Hutan Mangrove

Hutan mangrove sering disebut hutan payau atau populer dengan sebutan hutan bakau. Disebut hutan payau, karena hutan ini tumbuh di atas substrat (media tumbuh) yang digenangi campuran air laut dan juga air tawar.  Perpaduan keduanya menjadikan air di daerah tersebut menjadi payau.  Disebut hutan bakau, karena orang sering mengenali dengan keberadaan spesies bakau (Rhizopora sp) yang dominan.

Hutan mangrove tumbuh di sepanjang pesisir pantai, muara sungai, bahkan ada yang tumbuh di rawa gambut. Komunitas dan pertumbuhan hutan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor alam, misalnya tipe tanah, salinitas, dan pasang surut, serta hempasan gelombang.

Tanah berlumpur sangat baik sebagai media tumbuh sebagian besar jenis-spesies mangrove di Indonesia.  Rhizopora mucronata dan Avicennia marina merupakan dua contoh spesies yang berkembang dengan baik pada tipe tanah tersebut.  Sementara itu, spesies seperti Rhizopora stylosa tumbuh baik pada media tanah berpasir.  Spesies mangrove juga dupat tumbuh pada media pantai berbatu seperti misalnya R. stylosa dan Sonneratia alba.

Pasang surut air laut telah membentuk formasi atau zona hutan mangrove.  Pada wilayah selalu tergenang yaitu pada bagian depan ditumbuhi Avicennia alba dan Sonneratia alba pada media tumbuh pasir, sementara pada substrat berlumpur bagian depan didominasi  oleh Rhizopra mucronata.  Areal yang digenangi oleh pasang sedang adalah jenis-jenis Rhizopora atau yang dikenal dengan bakau.  Spesies ini antara lain Rhizopora mucronata, Rhizopora stylosa, dan Rhizopora apiculata (Noor et al. 1999).

Adapun wilayah yang hanya digenangi pada saat pasang tertinggi didominasi oleh spesies Bruguiera sp. dan Xylocarpus sp. Wilayah ini berada di bagian yang paling dekat dengan daratan.

Kenyataan di lapangan sering berbeda dengan formasi zona yang umum ini.  Berbagai spesies kadang tercampur dan tumpang tindih dalam zona tersebut.  Perbedaan ini juga terjadi antara satu daerah dengan daerah lainnya.

Adaptasi Hutan Mangrove

Berbagai spesies mangrove memiliki strategi dalam menghadapi kondisi ekstrim lingkungan hidupnya.  Spesies mangrove tertentu memiliki  kemampuan menghindari penyerapan garam dari tempat tumbuhnya, sementara spesies lain memiliki kemampuan mengeluarkan garam dari kelenjar khusus daunnya (Noor et al. 1999).

Hempasan gelombang dan kondisi tempat tumbuh yang tidak stabil membuat vegetasi hutan mangrove melakukan adaptasi pada sistem perakarannya.  Vegetasi mangrove memiliki perakaran khas misalnya akar pasak atau akar nafas (pneumatophore), akar lutut, akar papan, akar tunjang, dan akar gantung.  Beberapa spesies bahkan memiliki buah yang berkecambah meski masih menempel di pohon induknya seperti spesies Kandelia, Bruguiera, Ceriops, dan Rhizophora. Sehingga pada saat buah jatuh ke substrat, buah dapat lebih cepat berkembang.

Keanekaragaman Jenis

Indonesia memiliki 202 spesies tumbuhan mangrove, dimana 43 spesies diantaranya merupakan mangrove sejati (Noor et al. 1999).  Kartawinata (2013) menyatakan bahwa kekayaan jenis tumbuhan hutan mangrove relatif rendah.  Jumlah spesies seluruhnya sekitar 60, dimana tercatat 38 spesies berupa pohon mangrove sejati.

Sementara itu spesies lain yang ditemukan di sekitar hutan mangrove  dikenal sebagai mangrove ikutan.  Dengan demikian, Indonesia memiliki 70% spesies mangrove sejati dari seluruh spesies mangrove sejati yang ada di dunia.

Chapman (1984) seperti yang ditulis Noor et al. (1999), mengelompokan mangrove menjadi 2 kategori yaitu :

  1. Flora mangrove inti, yaitu mangrove yang mempunyai peran ekologi utama dalam formasi mangrove yang terdiri dari spesies : Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Kandelia, Soneratia, Avicenia, Nypa, Xylocarpus, Deris, Acanthus, Lumnitzera, Scyphyphora, dan Dolichandron.
  2. Flora mangrove pheripheral (pinggiran) yaitu flora mangrove yang secara ekologi berperan dalam formasi mangrove, tetapi juga flora tersebut berperan penting dalan formasi hutan lain. Spesies tersebut antara lain; Exoecaria agalloca, Acrosticum auerum, Cerbera manghas, Heritiera littoralis, Hibiscus tilliaceus.

Fungsi dan Manfaat Mangrove

Hutan mangrove memiliki fungsi dan manfaat yang sangat penting bagi kehidupan manusia.  Mangrove merupakan lokasi yang sangat baik sebagai tempat pemijahan ikan, udang, dan biota air lainnya.  Kelestarian ekosistem mangrove akan berdampak pada meningkatnya produktivitas biota air yang sebagian besar dimanfaatkan oleh manusia.  Mangrove juga berfungsi sebagai penahan gelombang air laut.  Sistem perakaran mencegah intrusi air laut sehingga kualitas air tanah di daratan tetap terjaga.  Ekosistem mangrove menyediakan produk yang dapat dimanfaatkan secara langsung misalnya untuk kayu, kayu bakar, penyedia tanaman pangan, dan obat-obatan.  Sepeti ekosistem hutan lainnya, mangrove juga berfungsi sebagai penyerap dan penjerap CO2 sebagai zat emisi.  Nilai intrinsik hutan mangrove juga dapat dimanfaatkan untuk pengembangan wisata alam.  Tidak kalah penting, ekosistem mangrove juga menjadi habitat bagi spesies fauna khas.

kembali