,

Kabut Asap Kebakaran Hutan, Membutakan Riau dan Sekitarnya

Sejumlah titik panas di hutan Riau, Sumatra kini mulai berubah menjadi kebakaran hutan. Akibatnya, asap tebal kini menutupi sejumlah wilayah di propinsi tersebut. Selain menganggu aktivitas warga, sejumlah penerbangan pun terganggu akibat serangan kabut asap ini. Kualitas udara yang dihirup manusia pun melorot hingga jauh melewati ambang batas sehat. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru, sehari sebelumnya mencatat ada sebanyak 27 hotspot (titik panas) yang menyelimuti Riau.

Titik panas terbanyak berada di Kabupaten Rohil dengan tujuh titik, Pelalawan lima titik, Inhil empat titik, Kampar dan Inhu masing-masing tiga titik. Sementara Rohul dan Bengkalis masing-masing dua titik dan satu titik terdapat di Kuansing. Sementara Kota Pekanbaru, Kota Dumai, Siak dan Kabupaten Kepulauan Meranti tidak ditemukan titik panas. “Ini data titik hotspot yang kita terima per Kamis 14 Juni 2012 kemarin sore,” ungkap Kepala BMKG Stasiun Pekanbaru Philip Mustamu melalui Staf Analisas BMKG Warih,

Sedangkan titik panas yang terpantau melalui satelit NOOA 18 hingga pukul 17.00 WIB, terpantau sebanyak tujuh titik. Kabupaten Rohil masih menjadi kabupaten terbanyak titik hotspotnya yakni empat titik, Siak satu titik, Rohul satu titik dan Pelalawan satu titik. “Delapan kabupaten lainnya, hari ini tidak ditemukan adanya titik,” ujarnya. Kalau pun ada beberapa kabupaten/kota di Riau yang kondisi kabut asapnya lebih tebal, sementara tidak ditemukan adanya titik panas, menurutnya ada kemungkinan kabut asap tersebut merupakan kabut asap kiriman dari daerah tetangga.

Kabut asap yang turun hari Jumat pagi, langsung mengepung Kota Dumai. Kabut asap yang menyelimuti bahkan dalam kategori berbahaya. Akibat tebalnya kabut asap tersebut, penerbangan ke Bandara Pinang Kampai pun tertunda. Data Dinas Kesehatan Dumai yang dirilis dari alat pengukur ISPU PT CPI mencatat, pada jam tersebut kualitas udara Dumai mencapai 401 PSI. Sampai pukul 08.00 WIB status udara tersebut masih berbahaya, meskipun kabut asap tersebut sudah mulai berkurang.

Pada pengukuran pukul 07.00 WIB kualitas udara tercatat 373 PSI. Semakin berkurang pada pukul 08.00 WIB yakni 315 PSI. ‘’Kualitas udara itu menandakan kandungan partikel dan zat berbahaya cukup banyak dan sangat membahayakan untuk kesehatan,’’ kata Kepala Dinas Kesehatan Dumai, Marjoko Santoso.

Kabut asap diduga berasal dari aksi pembakaran lahan dan hutan yang dilakukan di Dumai. Satelit NOAA 18 yang disampaikan Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Dumai mencatat sebanyak 6 titik api. Seluruhnya terjadi di Kecamatan Sungai Sembilan. ‘’Setidaknya terdapat tiga titik api di kawasan Batu Tritip. Selain itu juga ditemukan dua titik di areal PT SGP yang dikuasai oleh masyarakat. Sedangkan satu titik lagi terjadi di areal HTI PT RUJ yang juga pada areal kawasan yang telah dikuasai masyarakat,’’ jelas Hadiono, Kabid Kehutanan Dumai.

Pekatnya kabut asap yang terjadi juga mengganggu aktivitas penerbangan di Bandara Pinang Kampai Dumai. Pesawat Fokker 100 Pelita Air carteran PT CPI tidak dapat mendarat di bandara tersebut akibat kabut asap menutupi jarak pandang. Pagi itu, jarak pandang hanya mencapai 700 meter. Jauh dari rekomendasi untuk jarak pandang yang dibolehkan yakni, 3.000 meter.

Menurut penjelasan Kepala UPT Bandara Pinang Kampai Dumai, Irvan, Pelita Air berangkat sesuai jadwal dari Bandara Halim Perdana Kusuma menuju Bandara Sultan Syarif Kasim Pekanbaru. Namun sampai di Pekanbaru, pesawat tak bisa melanjutkan penerbangan berikutnya ke Dumai karena tebalnya kabut asap. ‘’Jadwalnya pesawat tersebut sampai di Dumai pukul 09.30 WIB. Tapi karena kabut asap terpaksa harus menunggu sampai cuaca membaik,’’ jelasnya.

Selain Pelita Air, aktivitas penerbangan pada hari itu juga akan dilakukan dari maskapai Sky Aviation. Namun pesawat ini terjadwal siang hari yakni berangkat dari Batam pukul 13.00 WIB dan tiba di Dumai pukul 14.30 WIB. ‘’Kemungkinan untuk Sky Aviation tersebut tidak akan terkendala. Sebab jarak pandang berangsur membaik,’’ ujar Irvan. Meskipun begitu ia tetap mengatakan pihaknya hanya memberikan laporan tentang kondisi cuaca yang terjadi.

Dengan tebalnya asap yang dapat mengganggu kesehatan, Dinas kesehatan Dumai melakukan pembagian Masker kepada pengguna kendaraan roda dua dan pejalan kaki. Sebanyak 50 ribu lembar masker dibagikan kepada masyarakat secara cuma-cuma. ‘’Kita juga menyalurkan masker ke sembilan Puskesmas yang ada. Satu Puskesmas diberikan 1250 lembar masker,’’ kata Marjoko kepada Riau Pos.

Kendati, keberadaannya membuat resah warga, namun kedatangan asap ini tidak sempat mengganggu aktivitas pelayaran di Laut. Semua perusahaan jasa pelayaran tetap memberangkat dan mengoperasikan kapal ferry mereka, ke tujuan masing-masing. “Memang tadi pagi ada kabut asap. Tapi tidak sempat mengganggu aktivitas pelayaran kita,” sebut Manajer Operasional Dumai Express Group, Jais, kepada Riau Pos, Jumat (15 Juni 2012).

Mereka tetap memberangkatkan beberapa armada ke daerah tujuan, karena jarak pandang masih terjangkau. Di samping instsansi terkait belum memberikan pelarangan pelayaran. “Jarak pandang masih terjangkau hingga 60 mil. Kapal tetap kita operasikan. Karena kabut asap tidak mengganggu jarak pandang,” akunya.

Kabut asap parah juga menyelimuti Kota Duri Jumat (15 Juni) pagi kemarin. Angka ISPU (Indeks Standar Pencemaran Udara) di PT CPI pagi kemarin tercatat mencapai angka 465. Bendera merah pun berkibar.  Itu menandakan kondisi cemaran udara sangat berbahaya. Kondisi Itu bakal sangat berbahaya bagi paru-paru penduduk kota. Terutama sekali untuk kalangan tertentu.

Kepala UPTD Puskesmas Kecamatan Mandau Drg Susilowaty menjawab Riau Pos mengakui kalau kondisi kabut asap di Duri dan sekitarnya sangat tidak bersahabat Jumat pagi kemarin. “ISPU jam 07.00 WIB pagi (kemarin) sesuai informasi dari CPI mencapai level 465. Cemaran udara sangat berbahaya dan bendera merah dikibarkan,” ujarnya. Susilowaty juga menyebut banyaknya pasien yang mengeluhkan gangguan pernapasan atas Jumat kemarin. “Angka ISPA hari ini tercatat sebanyak 52 kasus. Kepada semua pasien tadi kita bagikan masker,” tambahnya. Pihak UPTD Puskesmas Kecamatan Mandau, menurut Susilowaty mengimbau segenap warga untuk mengurangi aktivitas di luar rumah.

“Imbauan kita, saat keluar rumah harus mengenakan masker. Jangan membakar sampah, tidak berada di luar rumah jika tidak perlu terutama bagi bayi, balita, usila, ibu hamil maupun penderita asma. Kita juga mengimbau warga untuk tidak berolah raga di luar rumah. Kalau sakit, segera berobat ke Puskesmas atau rumah sakit,” sarannya.

Kabut asap tebal juga sudah mengganggu dan menyelimuti Pekanbaru. Berdasarkan informasi yang dirangkum Riau Pos terhadap beberapa warga Pekanbaru, efek dari kebakaran hutan dan lahan ini sudah dirasakan warga. Seperti disebutkan warga Putri Tujuh Panam, Pekanbaru, Waldi (35), gangguan kabut asap ini dapat terlihat pada Kamis (14 Juni 2012) sore kemarin hingga dini hari Jumat. ‘’Saya yakin ini kabut asap, karena malam harinya bau asap dapat tercium, dan pemandangan pun mulai kabur,’’ katanya kepada Riau Pos, Jumat (15/6).

Sementara itu, dari pantauan Riau Pos pada dini hari, kondisi kabut asap yang terhirup ini membuat sesak nafas, meski belum mengganggu jarak pandang. Aktivitas di luar pun menjadi berkurang, dan masyarakat pun berada di dalam ruangan dan rumah.

Tak hanya di Riau, kabut asap bahkan menyerang hingga negara tetangga, Malaysia. Terutama kota Kuala Lumpur dan wilayah sekitarnya dalam beberapa hari terakhir. Berdasar pengamatan ANTARA, Sabtu, kabut asap yang mulai terlihat di Kuala Lumpur sejak Jumat (15 Juni 2012) petang silam semakin pekat.

Jabatan Alam Sekitar (JAS) dalam pernyataannya mengemukakan bahwa kondisi tersebut diperkirakan akan berlangsung hingga beberapa hari ke depan karena cuaca kering di beberapa negeri di utara dan pantai barat Semenanjung. Laporan pemantauan satelit NOAA-18 yang dikeluarkan oleh ASEAN Specialised Meteoroligal Centre menunjukkan bilangan titik panas di Sumatera, Indonesia meningkat sejak Selasa (12/6).

Gambar satelit juga menunjukkan asap dibawa angin dari kawasan titik panas di wilayah Riau menuju pantai barat Semenanjung Malaysia. Beberapa media lokal yang terbit di Kuala Lumpur melaporkan kualitas udara di beberapa daerah menurun terutama Pelabuhan Klang, Kuala Selangor, Shah Alam dan Cheras.

Sementara itu Berita Harian melaporkan, di Shah Alam kawasan paya bakau di beberapa area juga terbakar sehingga menambah buruk kualitas udara. “Kebakaran di Sungai Kelabu dan Johan Setia berhasil dipadamkan sementara di Pulau Kempas sedang diusahakan anggota kami,” kata seorang pejabat pemadam kebakaran Selangor, Mohamad Sani Harul. JAS mengimbau warga untuk tidak melakukan pembakaran terbuka serta meningkatkan program pencegahan kebakaran lahan gambut.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , , ,