Ekspansi Investasi Sawit Negeri Jiran di Indonesia Kirimkan Kabut Asap Kembali ke Pemodal

Media Malaysia kembali memberitakan serangan kabut asap yang disebabkan oleh kebakaran hutan yang terjadi di Pulau Sumatera, Indonesia yang tepat bersebelahan dengan negeri semenanjung ini. Menurut beberapa laporan media Malaysia, seperti The Sraits Times, Free Malaysia, The Malaysia Insider serta beberapa media lain menyebutkan, bahwa sekitar 51 titik yang dimonitor oleh Departemen Lingkungan Hidup Malaysia berada dalam kondisi sudah melewati angka polusi di atas 100, dan masuk dalam kategori tidak sehat.

Dalam pernyataan pihak Kementerian Lingkungan Hidup disampaikan bahwa dengan kondisi cuaca yang kering di beberapa negara bagian dan sisi timur pesisir di Semenanjung Malaka, maka diperkirakan kabut asap ini masih akan terjadi dalam beberapa hari ke depan.

Sebelumnya, seperti dimuat The Jakarta Post kabut asap ini disebabkan oleh pembakaran di lahan gambut dan hutan alam di beberapa propinsi yang berdekatan dengan negeri tetangga tersebut. Menurut catatan satelit yang dilaporkan oleh Asean Specialised Meteorogical Centre (ASMC) ada peningkatan titik-titik panas di Sumatera, dari sekitar 67 titik panas menjadi 122 titik panas pada hari rabu pertengahan pekan lalu.

Hutan tropis yang sudah berubah menjadi perkebunan kelapa sawit. Foto: Rhett A. Butler

Selain itu pihak Kementerian Lingkungan Hidup Malaysia juga mengirimkan peringatan kepada publik bahwa seluruh wilayah negeri ini beresiko terpapar kabut asap juga dari dalam negeri mereka sendiri.

Laporan yang disampaikan media Malaysia terhadap serangan kabut asap ke negeri tersebut, nampaknya adalah sebuah penyakit tahunan yang terus terjadi sejak beberapa tahun terakhir. Kondisi terburuk kabut asap dari Sumatera, pernah mencapai level terburuk tahun 1997-1998 yang menyebabkan kerugian mencapai 9 miliar dollar AS akibat terganggunya jadual penerbangan dan terhambatnya aktivitas bisnis.

Namun Malaysia mungkin lupa, mereka adalah salah satu kontributor terbesar dalam kerusakan hutan di Indonesia, terutama di pulau Sumatera akibat laju ekspansi perkebunan kelapa sawit yang dilakukan oleh berbagai perusahaan Malaysia di pulau ini.

Laju pertumbuhan perkebunan kelapa sawit dan hilangnya tutupan hutan di Indonesia dan Malaysia antara tahun 1990 hingga 2008.

Perkebunan kelapa sawit milik perusahaan Malaysia di propinsi Riau, kini bahkan mencapai 25% atau seperempat dari luasan perkebunan sawit secara total di propinsi tersebut berdasarkan catatan dari Konsulat Malaysia di Riau. “Sejumlah lahan itu ada di berbagai kawasan di Riau,” ungkap Konsul Kehormatan Malaysia untuk Riau, Azizan Ismail di Pekanbaru kepada waspada.co.id dalam sebuah wawancara di awal September 2012 silam.

Tiga perusahaan Malaysa, yaitu PT TH Indo Plantation, Minamas dan PT Adei mengelola setidaknya 178 ribu hektar perkebunan kelapa sawit di propinsi Riau.

Dari data di bulan September 2012 juga, Ketua Departemen Politik, Hukum dan Keamanan Serikat Petani Indonesia, Agus Ruli Ardiansyah dalam sebuah diskusi mengatakan bahwa industri perkebunan kelapa sawit Indonsia dikuasai oleh tujuh negara, dan yang paling utama adalah Malaysia.

Salah satu perusahaan Malaysia bernama Gurthrie Berhad menguasai perkebunan sawit di Aceh, Riau, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan Sulawesi Tengah seluas 220.204 hektar. Sementara perusahaan lain bernama Kulim Berhad menguasai perkebunan di Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Barat seluas 92.263 hektar. Satu perusahaan lagi, Golden Hope Plantation Berhad menguasai perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Barat seluas 96.000 hektar, dan terakhir Kuala Lumpur Kepong Berhad di Riau, Belitung dan Kalimantan seluas 91.000 hektar.

Data Tutupan Hutan di Asia Tenggara (Miettinen, 2011).

Data lain yang didapat dari Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia, perusahaa kelapa sawit dari Malaysia menguasai sekitar dua juta hektar perkebunan kelapa sawit Indonesia atau sekitar 24,7% dari total perkebunan kelapa sawit di tanah air. Perusahaan kelapa sawit terbesar yang beroperasi di Indonesia adalah Sime Darby, yang menjadi produsen dengan luasan lahan perkebunan terbesar kelima di Indonesia.

Berbagai proses pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit di Indonesia, terus terjadi saat ini. Indonesia sendiri sebagai produsen terbesar kelapa sawit dunia, terus menggenjot produksi kelapa sawit hingga mencapai 28 juta metrik ton per tahun dari sekitar 25 juta metrik ton yang berhasil diproduksi tahun lalu.

Perkebunan kelapa sawit adalah salah satu bisnis yang memakan lahan dan hutan dalam jumlah yang masif. Sejak tahun 1980-an, pembukaan besar-besaran perkebunan kelapa sawit Indonesia, telah menjadi salah satu pendorong terjadinya deforestasi hutan hujan tropis di tanah air yang mencapai 2 juta hektar setiap tahun.

Jika ditotal, sejak 1990-an perkembangan kebun kelapa sawit telah memusnahkan 16.000 kilometer persegi hutan primer dan hutan tanaman industri, dan luasan ini setara dengan negara bagian Hawaii di Amerika Serikat. Dan hilangnya hutan ini, merupakan 60% dari angka kerusakan hutan yang terjadi pada saat itu.

Proses pembukaan lahan untuk ditanami kelapa sawit dengan cara dibakar inilah yang kemudian menjadi penyebab meluasnya kabut asap ke berbagai wilayah di sekitar perkebunan sawit dan bahkan lintas negara. Melesatnya investasi oleh Malaysia akibat keterbatasan lahan mereka, kini kembali begitu cepat dalam bentuk kabut asap, bahkan jauh lebih cepat sebelum mereka merasakan nikmatnya gelontoran ringgit.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,