, ,

Pelebaran Jalan, Danau Sentani Menyusut, Hutan Sagupun Terbabat

Pelebaran ruas jalan di Sentani–Waena, dalam setahun terakhir ini, menyebabkan penyempitan Danau Sentani karena dilakukan penimbunan cukup luas. Hutan sagu di sepanjang danaupun terbabat. Kini, di lahan penimbunan danau itu, dibangun rumah-rumah penduduk.

Marcel Suebu, Ketua Klub Pecinta Alam Hirosi, mengatakan, tanah kerukan ditimbun sepanjang jalan, akhirnya mengubah ekosistem di tepi danau. Luas penimbunan dari badan jalan ke danau bervariasi, mulai lima hingga 50 meter.

Danau Sentani memiliki luas 9.360 hektar berada pada ketinggian 75 mdpl. Terdapat 21 pulau kecil di dalamnya. Danau ini memiliki keragaman ikan unik, seperti hiu gergaji, gabus Sentani, ikan pelangi Sentani, pelangi merah, kembung, dan lain-lain.

Suebu mengatakan, julukan danau ini terluas di Papua, patut dipertanyakan akibat perluasan ini. “Kami tidak menentang pembangunan. Pembangunan jalan ini baik, tetapi saya yakin, saat pengajuan Amdal, tanah kerukan ini tidak untuk dibuang ke tepi danau. Ini yang harus diluruskan kembali.”

Sesuai nilai kearifan lokal suku Sentani, komunitas tepi danau sangat penting bagi keseimbangan ekosistem. “Pernyataan ini memang belum diuji di laboratorium, tetapi masyarakat danau tahu, ikan tidak bertelur di tengah danau, tetapi di tepi danau. Penimbunan ini akan merusak tempat hidup ikan dan berarti akan mengganggu ekosistem danau.”

Setelah tepian danau tertimbun, kini dibangun tempat-tempat santai sampai rumah-rumah penduduk. Foto: Angela Flassy
Setelah tepian danau tertimbun, kini dibangun tempat-tempat santai sampai rumah-rumah penduduk. Foto: Angela Flassy

Danau Sentani adalah muara dari seluruh sungai di Cagar Alam Cycloop. Terdapat tujuh sungai bermuara di sana: Sungai Koyabu, Makole, Hubai, Kleblouw, Taban, Klandili dan Abe Ale. Tepian muara ke tujuh sungai itu ditumbuhi hutan sagu yang luas.

Tak pelak, pelebaran jalan dan penimbunan ini  juga mengancam tanaman sagu yang tumbuh alami di sana. Tampak tanaman sagu rusak terkena timbunan tanah, di sepanjang Kampung Netar hingga Kampung Harapan.

Untuk itu, dia meminta pemerintah mengontrol kontraktor yang melakukan perluasan jalan. “Jika benar masyarakat lokal yang meminta penimbunan itu, saya pun berharap pemerintah memberitahu dampak penimbunan. Saya yakin, mereka tidak menyadari dampak dari keputusan mereka hari ini.”

Kata Sentani berarti “disini kami tinggal dengan damai.” Nama ini diberikan pendeta Belanda BL. Bink pada 1898, saat pertama kali menginjakkan kaki di danau ini. Dia melihat kehidupan masyarakat dan alam serasi dan damai.

Kini keadaan sudah berubah, Danau Sentani telah menjadi tempat pembuangan sampah akhir terbesar di Sentani. Semua limbah rumah tangga, hotel, pabrik, bengkel masuk ke danau tanpa pengolahan sedikit pun. Padahal masyarakat asli yang hidup di tepi danau masih mengambil air bersih di sini untuk kehidupan sehari-hari. “Permasalahan Danau Sentani cukup kompleks, seharusnya tidak perlu ditambah terus. Semua warga di pesisir danau harus peduli,” katanya.

Untuk meningkatkan kesadaran warga sekitar Danau Sentani dan Cagar Alam Cycloop, Saebu dan kawan-kawan mendirikan Club Pecinta Alam Hirosi dan Sekolah Alam. Dia berharap, bisa meningkatkan kesadaran warga, terutama generasi muda.

Danau Sentani juga tujuan wisata. Ada festival Danau Sentani berlangsung tiap Juni. Dia khawatir, perubahan ekosistem danau, akan mengubah kebudayaan  masyarakat asli Sentani di sekitar danau.

Mongabay berusaha mengkonfirmasi dampak penimbunan proyek jalan ini kepada Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Jayapura, tetapi sampai berita ini diturunkan belum mendapat jawaban.

Dulu, kawasan yang  lapang itu hutan sagu. Kini, sudah siap dibangun. Foto: Angela Flassy
Dulu, kawasan yang lapang itu hutan sagu. Kini, sudah siap dibangun. Foto: Angela Flassy
Pengerjaan jalan di tepian danau yang masih berlangsung. Foto: Angela Flassy
Pengerjaan jalan di tepian danau yang masih berlangsung. Foto: Angela Flassy
Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , ,