, ,

Masuk Kebun Warga di Jambi, Anak Harimau Sumatera Tewas Ditembak

Pada 29 Januari 2014, seekor anak harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae)  berumur sekitar 4–6 bulan tewas ditembak di kebun milik warga Desa Durian Rambun, Kecamatan Muara Siau, Kabupaten Merangin, Jambi.

Rosidi,  Kepala Desa Durian Rambun mengatakan, harimau tewas ditembak warga desa itu, Yanus. “Tadi dia (Yanus) memberitahu saya melalui telepon kalau telah menembak harimau di kebun” katanya.

Dari keterangan Yanus kepada Rosidi, harimau itu ditembak pada pukul 10 pagi dan mati pukul 16.30. Yanus mengetahui harimau itu di kebun kopi miliknya sejak 28 Januari. Dia tak berani pulang ke desa yang berjarak sekitar dua kilometer dari kebun itu.  Dia terpaksa menginap di pondok bersama istri dan anaknya yang masih kecil.

Pada 29 Januari itu, harimau mengejar dia ke pondok hingga terjadi tembakan. Setelah mendapat laporan, Rosidi segera memberitahukan kejadian ini ke Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) di Bangko.

Muhammad Subhan, Koordinator Tim Patroli Penyelamatan Harimau Sumatera Kerinci Seblat (PHKS) Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), mengatakan, menerima laporan 29 Januari dan mengutus tim ke lokasi.

Tiba di lokasi, tim segera mengidentifikasi awal bangkai harimau dan diketahui berjenis kelamin betina, memiliki panjang 75 cm dan ada luka akibat benda tajam bagian kepala. Setelah identifikasi, bangkai harimau segera dibawa ke Jambi.

Pada 30 Januari, harimau tiba di Jambi dan langsung dibawa ke kebun binatang Taman Rimbo untuk otopsi. “Karena kami tak memiliki dokter hewan dan tempat otopsi,”  kata Wempy Endarwin, humas BKSDA Jambi.

Wempy mengatakan, proses otopsi masih berlangsung guna memastikan penyebab kematian harimau ini. “Selama Januari 2014, kami menerima beberapa laporan konflik harimau dengan masyarakat. Pada 22 Januari lalu kami juga mendapat laporan harimau menyerang masyarakat di Kecamatan Siau.”

Serangan harimau ini terjadi di Desa Lubuk Beringin, Kecamatan Siau, mengakibatkan warga terluka cukup parah di kaki dan harimau melarikan diri ke hutan.

Berdasarkan keterangan warga yang diserang,  harimau memiliki panjang sekitar 1,5 meter. Untuk mengantisipasi kejadian tidak terulang, BKSDA Jambi memasang perangkap di tempat penyerangan tetapi tak berhasil menangkap harimau ini.

Subhan mengatakan,  peningkatan konflik harimau dengan masyarakat khusus di Siau diduga kuat perambahan makin merajalela di TNKS yang masuk wilayah kecamatan ini.

Menurut dia, hutan dirambah hingga tak mampu lagi menyediakan makanan bagi harimau dan satwa mangsanya. Kondisi ini, mengakibatkan satwa mangsa keluar dari kawasan hutan mencari makan dan harimau mengikuti keluar hutan.

Indonesia pernah memiliki tiga dari 9 sub spesies harimau di dunia, namun dua di antaranya, harimau Jawa (Panthera tigris sondaica) dan harimau Bali (Panthera tigris balica) dinyatakan punah, masing-masing  tahun 1940-an dan 1980-an.  Hanya sub spesies harimau Sumatera tersisa dan hidup pada habitat terfragmentasi serta terisolasi satu dengan lain.

Harimau Sumatera,  jenis satwa mudah beradaptasi dengan kondisi lingkungan tempat tinggal di alam bebas, sepanjang tersedia cukup mangsa dan sumber air, serta terhindar dari berbagai ancaman. Saat ini, diperkirakan  sekitar 160 harimau hidup di kawasan TNKS.  Jumlah ini  terus berkurang jika perambahan dan perburuan terus terjadi di kawasan ini.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , ,