,

Kaya Keragaman Hayati, Burung Indonesia Lakukan Pemulihan 256 Ribu Hektar Hutan Gorontalo

Demi menjaga keragaman hayati di Gorontalo, Burung Indonesia akan menjalankan pengelolaan bentang alam berkelanjutan dan restorasi ekosistem di Gorontalo mulai 2014.

Dalam program ini, akan dilakukan pemulihan kawasan hutan Popayato-Paguat, dengan menghubungkan bentang alam lebih luas. Ia meliputi dua kawasan hutan konservasi yaitu Cagar Alam Panua dan Suaka Margasatwa Nantu, dan sembilan blok hutan lindung dengan luas total sekitar 256.000 hektar.

Amsurya Warman Amsa, Senior Wallacea Program Officer Burung Indonesia, menuturkan, tujuan utama program ini melestarikan keragaman hayati dan meningkatkan penghidupan masyarakat di sekitar hutan. Program lima tahun ini, katanya, mendapat dukungan penuh Pemerintah Jerman, yakni Federal Ministry for the Environment, Nature Conservation and Nuclear Safety (BMU) melalui Kreditanstalt für Wiederaufbau (KfW) Development Bank.

“Program ini memang didesain memberikan manfaat kepada para pihak yang menekankan pencapaian penguatan sumber penghidupan masyarakat dan ketahanan ekosistem terhadap perubahan iklim,” katanya kepada Mongabay, Senin (17/2/14).

Hasil survei Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Burung Indonesia tahun 2009 di blok hutan Popayato-Paguat, mengungkapkan, lebih dari 36 burung dan 10 mamalia endemik Sulawesi ada di Gorontalo.  Antara lain, maleo senkawor, julang sulawesi, anoa, dan babi rusa. Kondisi ini menunjukkan, Gorontalo merupakan daerah penting bagi keragaman hayati.

Amsurya mengungkapkan, hutan alam Popayato-Paguat, penting bagi keragaman hayati Sulawesi dan kelangsungan hidup daerah-daerah sekitar. Hutan alam ini, katanya, menjadi sumber mata air utama untuk empat sungai besar di Gorontalo yaitu Sungai Paguyaman, Sungai Malango, Sungai Taluditi, dan Sungai Wanggahulu.

Dian Agista, Kepala Divisi Konservasi Program Burung Indonesia, mengatakan, pengelolaan lintas fungsi hutan, non hutan perlu lestari untuk memberikan manfaat ekonomi dan ekologis optimal serta berkelanjutan.

Sejak 2009-2013, Burung Indonesia banyak pengkajian awal dan konsultasi terkait rencana pengembangan restorasi ekosistem (RE) dan memperkuat konektivitas bentang alam di Gorontalo. “Burung Indonesia juga mulai membangun kerjasama dengan pemerintah provinsi dan kabupaten serta masyarakat sekitar hutan.”

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,