Ikuti Coca-Cola, PepsiCo Berkomitmen Hargai Hak Masyarakat Adat

Logo Pepsi-Coca Cola

Dua produsen minuman ringan terbesar dunia asal Amerika Serikat, PepsiCo dan Coca-Cola Company memulai langkah untuk memperbaiki praktek produksi mereka dalam menghargai hak atas tanah, perikanan dan hutan sebagai bagian untuk mengakhiri kelaparan dan kemiskinan, mendukung pembangunan berkelanjutan dan melestarikan lingkungan.

Langkah PepsiCo ini diterbitkan dalam kebijakan resmi perusahaan yang intinya mewajibkan mereka untuk menghargai dan melindungi hak-hak masyarakat adat dan meminta pemasok-pemasok mereka untuk memenuhi sejumlah standar yang mereka tantukan, termasuk sejumlah prinsip yang ada di dalam Voluntary Guidelines on the Responsible Governance of Tenure of Land, Fisheries and Forestry yang dikeluarkan oleh lembaga PBB, Food And Agriculture Organization (FAO).

“PepsiCo berkomitmen untuk melakukan praktek bisnis yang baik dan benar dan tidak menoleransi adanya aktivitas ilegal dalam rantai pasokan kami dan pemindahtanganan tanah dari kepemilikan yang sah sesuai dengan standar yang ada dalam International Finance Corporation. Kami memahami situasi-situasi ini bis amuncul dan PepsiCo memiliki tanggung jawab untuk mengatasinya,” ungkap perwakilan perusahaan ini.

Pabrikan minuman ringan dan makanan ringan raksasa ini melakukan langkah ini setelah kompetitor utama mereka, The Coca-Cola Company melakukan langkah serupa pada November 2013 silam.

Bekerjasama dengan lembaga Oxfam, Coca-Cola berkomitmen untuk melindungi hak atas tanah adat dan melakukan sejumlah penilaian di beberapa negara yang menjadi penghasil gula terbesar dunia, terutama dalam kaitan untuk memastikan tidak adanya perebutan dan konflik lahan dala rantai pasokan mereka.

Coca-Cola melakukan langkah ini setelah 225.000 orang menandatangani petisi yang meminta sejumlah produsen makanan dan minuman di AS untuk menghargai hak-hak masyarakat adat.

“Komitmen ini membuktikan bahwa tidak ada perusahaan yang terlalu besar  untuk mendengar suara konsumen mereka. Perusahaan minuman terbesar di dunia sudah melakukan langkah perubahan karena konsumen meminta mereka melakukannya,” ungkap Manajer Kampanye Oxfam, Judy Beal.

Namun, kendati PepsiCo sudah menetapkan komitmen mereka, sejumlah aktivis lingkungan tidak sepenuhnya puas akan hal ini. PepsiCo baru saja dikeluarkan dari koalisi yang terdiri dari Years of Living Dangerously Project, Rainforest Action Network, Union of Concerned Scientist dan lembaga pemerhati konsumen, SumOfUs.org karena dinilai masih menggunakan kelapa sawit yang bermasalah.

Menurut koalisi ini, PepsiCo tidak memiliki komitmen yang cukup transparan untuk membeli kelapa sawit yang bebas dari masalah. PepsiCo sendiri membeli sekitar 450.000 metrik ton kelapa sawit setiap tahun untuk memenuhi kebutuhan produksi makanan ringan mereka di AS, Mexico, Amerika Latin, Asia dan Eropa, dan jumlah konsumen mereka terus bertambah setiap tahun.

PepsiCo membahayakan melalui merk-merk makanan mereka karena menolak untuk melakukan hal yang benar dan menerima tantangan untuk menekan deforestasi, pelanggaran HAM dan perubahan iklim akibat dari rantai pasokan mereka,” ungkap Direktur Program Hutan di Rainforest Action Network, Ginger Cassady.

PepsiCo sendiri adalah salah satu perusahaan yang menjadi target kampanye  yang termasuk dalam “Snack Food 20” yaitu sejumlah produsen makanan yang dituju oleh kampanye Rainforest Action Network untuk tidak menggunakan kelapa sawit yang merusak hutan tropis dunia.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , ,