,

Srikandi Hijau, Pemberdayaan Perempuan Untuk Perilaku Hijau Di Rumah Tangga

Seratus lebih perempuan berkumpul di ruang pertemuan Jogja Digital Valley, Sagan, Yogyakarta, pada Rabu, (12/11/2014). Mereka ingin tahu program “Srikandi hijau” yang merupakan proyek Sustainable Consumption and Production(SCP) Policy Support Indonesia bersama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Program ini bertujuan memperkenalkan dan memotivasi pola-pola kehidupan hijau (ramah lingkungan) di rumah tangga dengan target kaum perempuan.

Christine Effendy, Project Manager, Sub Project SCP Switch Asia Indonesia kepada Mongabay mengatakan, program Srikandi Hijau di Yogyakarta ini membidik perempuan (ibu/istri) sebagai pelaku atau driver hidup hijau di mulai dari rumah tangga. Mulai dari pembelian dan konsumsi dipengaruhi oleh istri/ibu, paling terkait elektronik posisi suami mengambil peran. Tapi sebagian besar ditentukan istri/ibu. Kampanye ini diharapkan ibu menjadi pengemudinya, minimal keluarganya sendiri.

“Lebih mudah mendekati istri/ibu karena kebutuhannya dia rasakan, manfaatnya dia sadari. Hidup hijau bisa berhemat dan bikin kesehatan lebih baik. Yang ditekankan di program ini terkait perilaku sehari-hari. Apa dibeli, dipilih, dikonsumsi harus ramah lingkungan. Perilaku tidak membuang sampah sembarangan dan bisa mengurangi pembelian produk yang menghasilkan banyak sampah,” kata Christine.

Untuk mengukur keberhasilannya,  SCP Switch Asia Indonesia melakukan survei khusus dan evaluasi seberapa berubah perilaku hijau mereka.

Ia menambahkan, peserta Srikandi Hijau akan mengimplementasikan perilaku hijau dan membagikan testimonianya dalam bentuk foto dan cerita di media sosial.

Srikandi hijau didukung dan dibina oleh GKR Pembayun. Selain Skrikandi hijau, pola hidup hijau juga diperkenalkan melalui workshop dan kompetisi foto dan blog bertema konsumsi hijau.  Kegiatan workshop dan kompetisi foto dilaksanakan sebagai upaya untuk mengaktivasi komunitas fotografi dan blog sebagai agen kampanye konsumsi hijau. Banyaknya komunitas-komunitas seperti komunitas kreatif, hobi maupun komunitas informal lainnya menjadikan Kota Yogyakarta berpotensi menjadi salah satu kota pelopor konsumsi berkelanjutan. Mewujudkan Jogja hijau bukan hanya impian.

Program ini diadakan dalam rangka Yogyakarta Goes SCP. GKR Pembanyun dalam rilis yang diterima Mongabay mengatakan, perempuan sebagai istri dan ibu di rumah tangga memegang peran utama sebagai penggerak perilaku hidup hijau.

“Mulai dari keputusan memilih produk yang ramah lingkungan, perilaku ramah lingkungan seperti hemat energi, air dan bahan bakar minyak, hingga ke perilaku membuang dan mengurangi sampah,” kata GKR Pembanyun.

Ika Rostika, Kepala Bidang Pengawasan dan Pemulihan Lingkungan, Badan Lingkungan Hidup (BLH) Yogyakarta mengatakan, program Srikandi hijau sangat mendukung dan sejalan dengan program BLH. BLH sudah melakukannya sejak tahun 2009 yakni program kampung hijau. Kampung hijau akan menjadi baik jika rumah tangga hijau.

“Pola konsumsi perempuan di Jogja tidak banyak yang konsumtif, mereka cenderung beli hanya yang dibutuhkan, bukan diinginkan,” kata Ika.

Berbagai program BLH Yogyakarta seperti kampung hijau, Bank Sampah di Jogja dan program kampung ramah lingkungan. Untuk menunjang program pemerintah, kaum ibu dilibatkan, karena mereka sangat berperan di dalam rumah tangga dan sampah yang dihasilkan dari dalam rumah tangga cukup banyak jika tidak dikendalikan akan berdampak buruk pada lingkungan.

“Mulailah dari rumah untuk mengubah perilaku ramah lingkungan. Kami mengharapkan mereka lebih semangat dan lebih banyak berbuat kearah lebih baik, tapi kami yakin masrayakat ingin Jogja bersih dan hijau dan mari kita lakukan bersama,” tambah Ika.

Ibu-ibu melakukan lomba menyusun puzzle tentang hidup ramah lingkungan di Jogja Digital Valley, Yogya, 12 November 2014. Foto : Tommy Apriando
Ibu-ibu melakukan lomba menyusun puzzle tentang hidup ramah lingkungan di Jogja Digital Valley, Yogya, 12 November 2014. Foto : Tommy Apriando

Diah Wati Agustayani dari Kementerian Lingkungan Hidup dan kehutanan dalam sambutannya mengatakan, dengan Srikandi hijau ini semoga embrio perilaku ramah lingkungan di keluarga bertambah dan dapat menularkan sifat dan perlikau hidup yang ramah lingkungan ke masyarakat lainnya.

“Semoga ibu-ibu mulai bisa mengubah pola hidup. Konsumsi tidak harus mahal, namun bisa murah, sehat dan ramah lingkungan. Harapannya Ibu-ibu bisa menularkan ilmu yang didapat ke banyak orang,” kata Diah.

Dwi Ayu, 31 tahun warga Terban, Yogyakarta yang juga ikut menjadi peserta kepada Mongabay mengatakan, program Srikandi hijau bagus bagi kaum perempuan. Dengan program srikandi hijau, perempuan memegang kendali konsumsi di rumah tangga, dan bisa ke anggaota keluarganya, tetangganya, sehingga perannya dan gerakannya bisa lebih luas. Harapannya semkain banyak perempuan yang mengerti dan peduli lingkungan dan mempraktikkanya.

“Untuk pemerintah kami berharap ada program yang membuat masyarakat tahu, memberi ilmu dan fasilitas untuk bergerak bersama menjaga dan peduli lingkungan,” katanya.

Selain bergerak langsung di level konsumen untuk membentuk kebiasaan pola konsumsi hijau, juga diadakan program-program dukungan implementasi produksi dan konsumsi berkelanjutan di pemerintah dan industri. Pemerintah DIY dan Kota Yogyakarta merupakan pilot implementasi Green Public Procurement, yaitu pengadaan pemerintah yang memperhatikan kriteria-kriteria produk hijau.

Kebijakan ini akan mendorong penerapan produksi yang berkelanjutan di industri serta tersedianya produk ramah lingkungan lebih banyak di pasar konsumen. Di industri, dukungan penerapan Eco/Green Hotel juga diberikan untuk hotel-hotel di Yogyakarta. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah meluncurkan panduan penerapan green hotel.

SCP merupakan aksi yang telah disepakati secara global di Konferensi Rio+20 untuk pelaksanaan pembangunan berkelanjutan yang melibatkan pihak pemerintah, industri dan masyarakat. Proyek bersama SCP ini merupakan bagian dari program Switch Asia yang didanai oleh Komisi Uni Eropa di beberapa negara Asia. Proyek in bertujuan untuk meningkatkan produksi dan konsumsi berkelanjutan di Asia. Komponen dukungan kebijakan dimulai tahun 2011 dan Indonesia adalah salah satu negara dari empat negara yang dipilih.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , ,