,

Masyarakat Kampung Laut Sambut Baik Program Desa Inovasi Nelayan

Masyarakat nelayan di Kecamatan Kampung Laut, Cilacap, Jawa Tengah (Jateng) menyambut baik rencana pemerintah yang bakal menjadikan desa-desa di kecamatan setempat menjadi desa inovasi nelayan dan model desa pesisir. Mereka berharap adanya program tersebut akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Pada Sabtu (7/2) akhir pekan lalu, Menteri Koordinator (Menko) Kemaritiman Indroyono Soesilo mengunjungi Kampung Laut. Di tempat itu, Indroyono menjanjikan sejumlah program di Kampung Laut, di antaranya adalah menjadikan desa-desa di Kampung Laut sebagai model desa pesisir dan kampung inovasi nelayan.

“Sebagai tahap awal, nantinya akan didatangkan para ahli ke Kampung Laut untuk mempelajari karakteristik hutan mangrove di kawasan ini. Saya sudah bicara dengan Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk mencoba program desa pesisir. Selain itu, dari Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi juga memiliki program desa inovasi nelayan. Dengan demikian, nantinya akan ditindaklanjuti dengan kajian terlebih dahulu,”kata Indroyono.

Menurutnya, masyarakat harus disiapkan terlebih dahulu. Kalau siap, kata Menko, pemerintah akan membangun satu model rumah instan berupa rumah panggung yang ditempatkan di Klaces atau sekitar Kantor Kecamatan Kampung Laut. “Nantinya akan dibangun satu unit rumah panggung di sini. Selain itu, ada juga ada bantuan peralatan yang mengolah air payau menjadi air bersih,” ujarnya.

Bahkan, lanjut Indroyono, pihaknya akan mengajak Dubes Jerman dan Perancis ke kawasan hutan mangrove di Kampung Laut. “Dengan mengajak mereka, setidaknya dua negara tersebut akan mengetahui potensi dan keindahkan hutan mangrove di Kampung Laut,” tambahnya.

Camat Kampung Laut Ahmad Nurlaeli menyatakan sejumlah program yang bakal digarap di Kampung Laut mendapat apresiasi dari masyarakat nelayan. “Terus terang saja, kalau kondisi warga nelayan di sini masih tertinggal jika dibandingkan dengan masyarakat di kecamatan lainnya di Cilacap. Sehingga membutuhkan perhatian, tidak saja dari pemerintah daerah, melainkan juga pemerintah pusat,” jelasnya.

Dikatakan oleh Camat, dengan adanya dua program yakni desa inovasi nelayan dan model desa pesisir, maka akan sangat membantu warga di Kampung Laut agar kehidupannya lebih sejahtera.

“Misalnya, dengan membangun rumah panggung yang sangat cocok dengan kondisi Kampung Laut, karena setiap saat ada pasang surut. Yang tidak kalah penting adalah adanya alat pengolahan air payau menjadi air bersih. Sebab, warga di sini hanya menggantungkan air bersih dari sumber-sumber mata air di Pulau Nusakambangan. Bagi warga yang cukup jauh dengan Pulau Nusakambangan, saat musim penghujan, warga menampung air hujan yang digunakan memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari,”kata Nurlaeli.

Salah satu terminal perahu penduduk di Desa Ujung Alang,   Kecamatan Kampung Laut Cilacap, Jateng. Foto : L Darmawan
Salah satu terminal perahu penduduk di Desa Ujung Alang, Kecamatan Kampung Laut Cilacap, Jateng. Foto : L Darmawan

Pada bagian lain, Nurlaeli mengatakan bahwa setiap tahun, kondisi Kampung Laut terus berubah dengan adanya sedimentasi dari sejumlah sungai yang bermuara di Segara Anakan yakni Citanduy dan Cimeneng. “Sedimentasi membuat sejumlah desa yang sebelumnya terdiri dari pulau-pulau kecil, kini telah menyatu. Misalnya, menyatunya Desa Ujung Gagak dengan Panikel serta menyatunya Klaces dan Ujung Alang dengan Pulau Nusakambangan. Perubahan semacam ini, tentu membutuhkan antisipasi,”ujarnya.

Pengerukan

Warga di Kampung Laut meminta kepada pemerintah untuk melakukan pengerukan Segara Anakan. Sebab, setiap tahunnya, Segara Anakan kian dangkal dan menyempit akibat sedimentasi yang masuk ke kawasan itu. Akibat semakin dangkalnya Segara Anakan, maka nelayan kian sulit mencari ikan dan hasil tangkapan semakin menurun. “Oleh karena itu, kami berharap pemerintah melakukan pengerukan sedimentasi di Segara Anakan,”ungkap Anwar, 47, salah seorang nelayan dari Desa Klaces, Kecamatan Kampung Laut.

Anwar mencontohkan, di Plawangan Barat atau pertemuan antara muara Sungai Citanduy dengan laut lepas Samudra Hindia, kini kian dangkal. Sekarang, pada saat surut, perahu dan kapal nelayan kandas. “Padahal, dulu Plawangan Barat kedalamannya mencapai puluhan meter. Namun, kini malah terancam tertutup,”ujarnya.

Camat Kampung Laut Ahmad Nurlaeli mengatakan kalau sedimentasi memang tidak hanya membuat daratan di desa-desa Kampung Laut bertambah luas, tetapi juga mengancam penutupan muara sungai yang langsung masuk ke Samudra Hindia. “Dulu memang sempat ada wacana penyudetan Sungai Citanduy, namun upaya itu masih belum jelas. Oleh karena itu, ada alternatif lainnya yakni pengerukan sedimentasi Segara Anakan. Kalau tidak, maka laguna Segara Anakan bisa hilang karena tertutup sedimentasi,”tandasnya.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , ,