,

Kematian Petani di Tebo, Jambi Akibat Konflik Lahan Berkepanjangan?

Kematian anggota Serikat Petani Tebo (SPT) Jambi, Indra Pelani (23) menimbulkan keprihatinan dari berbagai pihak. Di Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel), aksi solidaritas ini ditunjukkan Mahasiswa Hijau Indonesia (MHI) dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Jumat ( 6/3/2015) di kawasan simpang lima DPRD. Selain mengutuk, mereka menuntut pemerintah segera menyelesaikan kasus tanah yang menjadi biang persoalan.

Dedek Chaniago, dari  MHI, mengatakan mahasiswa dan pelajar di Sumsel mengutuk keras tindak penganiayaan dan pengeroyokan oleh oknum keamanan perusahaan terhadap petani.

“Tindakan kriminal yang dilakukan oleh oknum keamanan perusahaan tak boleh dipisahkan dengan konflik lahan yang terjadi di sana. Karena peristiwa yang terjadi ini merupakan satu rangkaian yang tidak berdiri sendiri-sendiri,” tegas Dedek kepada Mongabay Indonesia, Jumat (06/03/2015).

Dedek menyatakan mahasiswa dan pelajar di Sumsel menyerukan dua hal kepada pemerintah. Pertama, mengusut tuntas kematian Indra, menyeret pembunuhnya ke meja hijau, dan memberikan hukuman yang seberat-beratnya kepada pelakunya.

Kedua, meminta Presiden Jokowi turun tangan secepatnya menyelesaikan sengketa lahan antara masyarakat Desa Lubuk Madrasah, Kabupaten Tebo, Jambi dengan PT. Wira Karya Sakti (WKS).

“Kematian Indra tak bisa dilepaskan dari konflik lahan yang terjadi selama ini. Perusahaan tak boleh arogan, sedangkan masyarakat desa harus dilindungi dan diberi pemahaman. Konflik ini harus segera diselesaikan agar peristiwa serupa yang menyedihkan tak menjadi teror bagi masyarakat di kemudian hari,” tegas Dedek.

Sebelumnya, dugaan yang sama disampaikan Walhi Sumsel melalui siaran persnya, (05/03/2015). Kematian Indra Pelani merupakan buntut dari konflik yang terjadi antara masyarakat dengan PT. Wira Karya Sakti, perusahaan milik Asia Pulp and Paper (APP), yang telah berlangsung bertahun-tahun tanpa ada penyelesaian dari pemerintah. Tragedi tewasnya petani yang memperjuangkan lahannya yang dirampas PT. WKS bukanlah yang pertama karena pada Agustus 2010 lalu, Ahmad Adam (45) petani Tanjung Jabung, tewas ditembak anggota Brimob Polda Jambi, yang sedang melakukan pengamanan terhadap konsesi perusahaan PT. WKS yang berkonflik dengan masyarakat setempat.

Walhi Sumsel mengutuk keras atas perbuatan biadab dan tidak berperikemanusian yang dilakukan pasukan pengamanan PT. WKS terhadap Indra Peilani. Walhi Sumsel juga meminta Polda Jambi bekerja serius dengan tidak hanya menghukum pelaku pembunuhan tetapi juga otak di balik kejadian.

Selain itu Komnas HAM kami desak untuk berperan aktif melakukan penyidikan atas kasus ini yang diduga terjadi pelanggaran HAM berat yang dilakukan perusahaan melalui pihak keamanan perusahaan.

Menurut Hadi Jatmiko, Direktur Walhi Sumsel, perusahaan milik APP dalam praktik penguasaan lahan tidak hanya bermasalah di sektor agraria dan kemanusian. Tetapi juga melakukan kejahatan terhadap lingkungan hidup, seperti kebakaran hutan dan lahan di Riau, Jambi, dan Sumatera selatan.

“Pemerintah dalam hal ini Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dapat mengevaluasi segala perizinan APP yang ada di Indonesia. Salah satunya di Sumsel dan mencabut izin perusahaan APP yang bermasalah baik yang melakukan kejahatan kemanusiaan maupun agraria dan lingkungan hidup,” katanya.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,