,

Penelitian: Jumlah Gajah Sumatera di Way Kambas Dapat Diperkirakan Melalui Kotorannya

Gajah sumatera, berdasarkan Daftar Merah International Union for Conservation of Nature (IUCN) 2012, dimasukkan dalam status Kritis (Critically Endangered/CR). Status ini naik satu peringkat setelah sebelumnya dikategorikan Genting (Endangered/EN).

Kondisi ini dikarenakan menurunnya populasi gajah yang pada 2007 diperkirakan berjumlah 2.400 – 2.800 dan saat ini, angka tersebut kemungkinan telah berkurang hingga setengahnya. Faktor lainnya adalah sekitar 69 persen habitat potensial gajah sumatera juga telah hilang dalam waktu 25 tahun terakhir.

Untuk menentukan berapa banyak jumlah satwa bergading ini tersisa di alam liar, para ilmuwan coba melakukan berbagai upaya. Tidak sekadar untuk mengetahui angka populasinya, tetapi juga ilmuwan dan ahli-ahli konservasi merancang mekanisme proteksi yang tepat untuk menyelamatkan sang gajah.

Bagaimanakah cara ilmuwan memperkirakan jumlah populasi gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) itu? Tanpa diduga, informasi kunci justru diperoleh dari kotoran gajah yang tersebar.

Pada penelitian yang dilakukan baru-baru ini oleh Wildlife Conservation Society Indonesia Program (WCS-IP) bersama dengan mitranya, Eijkman Institute, ditemukan bahwa kotoran gajah dapat digunakan untuk memperkirakan populasi gajah. Proyek yang dilakukan di Taman Nasional Way Kambas ini dibagi dalam dua fase. Pertama, kotoran gajah dikumpulkan oleh staf lapangan WCS, dan kedua kotoran itu dibawa ke Jakarta untuk penelitian lebih lanjut di Eijkman Molecular Institute.

Tim WCS Indonesia mengumpulkan 310 sampel kotoran gajah lalu menggerus lendirnya menggunakan sendok plastik. Lendir kotoran itu kemudian dimasukkan ke tabung yang  berisi cairan khusus bernama Queen’s Buffer untuk mengawetkan asam deoksiribonukleat (DNA) yang ada dalam kotoran gajah.

Setelah itu, tes dilakukan untuk mengekstrak sampel DNA guna mengestimasi jumlah populasi gajah. Dari proses tersebut – yang disebut pendekatan statistik mark-recapture – ditemukan bahwa jumlah gajah yang ada di Taman Nasional Way Kambas pada 2010 sebanyak 247 individu dengan rentang estimasi 220 – 278 individu.

“Berdasarkan penelitian di 2002 kami menemukan bahwa estimasi gajah di Way Kambas sekitar 180 individu dengan rentang estimasi 144 sampai 225 individu. Data tersebut, meskipun menggunakan teknik yang berbeda, menunjukkan bahwa populasi gajah stabil bahkan mungkin bertambah,” ungkap Wulan Pusparini dan Simon Hedges, peneliti gajah sumatera dari WCS.

Selain dapat digunakan untuk menghitung populasi, kotoran gajah juga dapat digunakan untuk menghitung sebaran umur dan jenis kelamin suatu populasi. Rasio jenis kelamin juga ditentukan dengan menggunakan teknik tes DNA.

Wulan menuturkan, dari individu gajah yang diidentifikasi di Way Kambas, ditemukan bahwa terdapat rasio jenis kelamin jantan dan betina sebesar 1:6,4. Berbeda dengan dua metode di atas yang menggunakan analisis tes DNA, analisis perhitungan umur dilakukan dengan menghitung keliling kotoran gajah. Hasilnya adalah: 22.3% anak gajah, 34% gajah dewasa, dan 43.7% gajah muda.

Menurut Wulan, Way Kambas yang merupakan taman nasional di Indonesia dapat dijadikan contoh bagi wilayah lain yang didiami gajah sumatera untuk penelitian perkiraan populasi. “Hal ini dikarenakan Way Kambas merupakan satu-satunya tempat di Sumatera yang penelitian estimasi populasinya terpercaya secara ilmiah dan berhasil dilakukan. Dalam upaya menyelamatkan gajah sumatera di Way Kambas, WCS-IP juga telah bekerja sama dengan Balai Taman Nasional Way Kambas, Provinsi Lampung, sejak tahun 2000,” paparnya, Selasa (12/8/15).

Gajah sumatera memiliki berat bervariasi dari 2,25 ton hingga 5,5 ton per individu. Mamalia besar ini dapat tumbuh hingga tiga meter dari pundak ke kaki. Kelebihan lainnya adalah sang gajah dapat berjalan jauh mencari makan dalam jumlah besar guna mencukupi kebutuhan nutrisinya.

Waktu tidur gajah juga tidak terlalu panjang. Selain itu, satu individu gajah dewasa dapat mengkonsumsi makanan sebanyak 136 kilogram berupa akar-akaran, rerumputan, buah, maupun kulit pohon. Dari makanan yang dilahapnya itu, gajah dapat “memproduksi” kotoran sebanyak 50 kg sehari.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , , ,