, , ,

Kebakaran Makin Meluas, Udara Berbahaya, Pemerintah Siapkan Evakuasi

Kebakaran hutan dan lahan di berbagai wilayah tak juga mereda bahkan meluas. Kabut asappun kini menyelimuti Kalimantan, Sumatera dan sebagian Papua. Tak pelak, kualitas udarapun memburuk hingga level berbahaya. Melihat kondisi tak membaik ini, pemerintahpun mulai menyiapkan upaya evakuasi bagi warga-warga terdampak terutama anak-anak.

Pada Kamis (22/10/15), pukul 05.00 WIB, tercatat 2.742 titik api di Indonesia. Kini, penyumbang titik api terbanyak Papua 744 hotspot, lalu Sumatera Selatan 703, Kalimantan Tengah 462, Kalimantan Barat 290, dan Kalimantan Timur 153.

Dari pantauan, kualitas udara sebagian besar daerah di Riau, Jambi, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah, level berbahaya. Data dari BNPB menyebutkan, indeks kualitas udara (PM10) di Pekanbaru (600 ugr/m3) level berbahaya, Jambi (712) berbahaya, Palembang (316) level sangat tidak sehat, Pontianak berbahaya (555), Banjarbaru sedang (121), Samarinda tak sehat (178), dan Palangkaraya, berbahaya (1.496).

“Sekarang ini penanganan masalah kemanusiaan lebih masif. Presiden intruksikan, kita gunakan semua sumber daya tanggulangi semua. Instruksi ke semua kementerian. Sampai ada kemungkinan evakuasi warga terutama anak-anak,” kata Luhut Pandjaitan, Menteri Politik Hukum dan Keamanan di Jakarta, Kamis (22/10/15).

Presiden memerintahkan, kabut asap yang menimbulkan masalah kemanusiaan ini harus diatasi segera. Presiden juga menginstruksikan, kebakaran di Papua tak luput dari pemantauan. Presiden, katanya, akan mengeluarkan Inpres untuk payung hukum penanganan dampak asap.

Menurut dia, upaya evakuasi sangat dipertimbangkan segera dilakukan, terutama daerah ISPU melebihi ambang batas dan berpengaruh buruk bagi kesehatan. Di Kalteng, misal, evakuasi akan dilakukan ke daerah selatan, yang kualitas udara lebih baik, seperti Banjarmasin. Bahkan, kata Luhut, kala kondisi masih parah dipertimbangkan membawa mereka tinggal di kapal perang atau milik PT Pelni sampai keadaan membaik.

“Sedang dibahas dan akan putuskan hari ini atau besok. Saya dengar di Kalteng sudah sangat parah sekali. Menteri Kesehatan akan mengeluarkan standar-standarnya.”

Korban asap tebal sudah berjatuhan. Ini foto Hanum Angriawati, di dinding rumahnya. Dia meninggal dunia karena gagal pernafasan. Foto: Made Ali

Dia mengatakan, kebakaran banyak di lahan gambut hingga sulit padam, terlebih gambut dalam lima sampai 10 meter. “Ada juga pengaruh El-Nino berkepanjangan hingga hampir tak mungkin dipadamkan pakai pesawat.” Hal yang bisa dilakukan, katanya,melokalisir agar kebakaran tidak meluas. Dia menyebutkan, salah satu upaya dengan kanal bersekat yang dikerjakan TNI/Polri sebulan terakhir.

Luhut menyadari, kemampuan pemerintah memadamkan api terbatas. Untuk itu, dalam waktu lima minggu masa kritis ini pemerintah harus bertindak segera. Pemerintah akan mengintensifkan peran TNI/Polri.

“Kita tak mau berbicara status bencana nasional karena menyangkut masalah hukum. Kita tak ingin masuk kesitu. Tapi penangananya sudah all-out sesuai perintah Presiden,” katanya.

“Kita sudah koordinasikan semua. Kita juga sudah minta Menteri Luar Negeri melihat kemungkinan-kemungkinan bantuan luar, seperti Kanada akan mengirim pakar gambut. Kita sama-sama mengerahkan semua kemampuan mengatasi ini.” 

Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengatakan sudah mendistribusikan stok logistik ke tujuh provinsi terdampak asap.

Setiap kabupaten/kota, katanya, punya hak mengeluarkan cadangan beras sampai 100 ton dan sudah berkoordinasi dengan daerah termasuk Perum Bulog. “Kita pastikan gudang Bulog aman.”

Sedang tingkat provinsi punya hak mengeluarkan cadangan beras pemerintah sampai 200 ton, lebih dilakukan Kementerian Sosial. “Sampai saat ini belum ada beras dari Kemensos. Cadangan bupati/walikota dan gubernur masih ada bagi provinsi terdampak,” katanya.

Dilihat dari pemegang program simpanan keluarga sejahtera, dari tujuh provinsi terdampak ada 1,44 juta orang. Kemensos sedang menyiapkan dana Rp10.000×90 hari, jadi per keluarga menerima dana Rp900.000. “Sekarang proses di Kemenkeu, total perlu Rp1,09 triliun.”

Dia mengatakan, bagi terdampak asap dan meninggal akan ada santunan. Bantuan santunan kematian selesai diproses untuk tujuh di Kalteng dan empat di Sumsel. “Kami dapat informasi lagi di Riau satu orang meninggal.”

Kemensos juga menyiapkan tenda yang bisa digunakan evakuasi terutama bagi anak-anak tidak jauh dari tempat tinggal mereka.

“Kemensos sedang pertimbangkan evakuasi ke Banjarmasin. Ada Balai Diklat Kemensos di sana dengan kapasitas 250 kamar. Bisa untuk 250 keluarga.”

Pendidikan masa asap

Sedangkan dampak kebakaran hutan dan kabut asap terhadpa kegiatan belajar mengajar, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan, menyiapkan berbagai langkah.

Kata Anies, siswa tidak perlu khawatir ketinggalan karena kementerian akan melakukan penyesuaian. Jadi, daerah terdampak asap tak akan dihitung sama dengan daerah tak alami bencana. “Anak-anak harus yakin, orangtua harus yakin, mereka tak akan mengalami masalah dua kali,” katanya.

Soal guru yang banyak memaksakan mengajar karena khawatir perhitungan jam mengajar dikaitkan dengan gaji, katanya, karena bencana asap maka penghitungan jam mengajar guru adalah penghitungan masa darurat. Bukan penghitungan masa normal. “Tidak perlu khawatir akan ada pemotongan atau pengurangan gaji karena jam mengajar.”

Kegiatan belajar di rumahpun, akan dibekali dengan bahan-bahan ajar dari Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah. Hingga belajar mandiri di rumah bisa berjalan dengan baik.

“Anak-anak jangan terkena asap. Tidak berada di sekolah bukan berarti bisa bermain di luar. Itu berisiko. Kita menyiapkan program-program yang akan ditayangkan di televisi agar mereka bisa menonton di rumah. Bukan pelajaran lewat televisi. Materi tontonan mendidik hingga aman ditonton berjam-jam oleh siswa,” katanya.

Dia juga sudah berbicara dengan Kementerian Ristek dan Pendidikan Tinggi, menyangkut bahan-bahan yang akan disesuaikan dengan durasi peliburan akibat asap.

Dia akan mengatur usaha mengejar ketertinggalan. “Kalau ini berkepanjangan, kalender akademik bergeser, ujian beda. Akan ada penyesuaian agar berkeadilan. Materi-materi itu kita siapkan semua.”

Ada tiga skenario Kemendikbud mengatasi gangguan belajar karena asap. Pertama, masa libur darurat asap 1-14 hari, maka masa liburan Desember untuk mengganti jam belajar hilang. Ujian akhir semester ganjil Januari. Jadwal ujian akhir sekolah dan ujian nasional tetap agar ketuntasan belajar tetap tercapai.

Kedua, masa libur darurat asap 15-28 hari, maka masa liburan Desember untuk mengganti jam belajar hilang. Ujian akhir semester ganjil Februari. UAS dan UN mundur selama 2-3 minggu.

Ketiga, masa libur lebih dari 29 hari, kalender akademik mundur hinggga ketuntasan belajar tercapai. Kemudian ada penyesuaian jadwal UN dan seleksi penerimaan mahasiswa baru di PTN/S.

“Sampai sekarang memang belum ada laporan lebih empat minggu. Tapi melihat paparan BMKG kemungkinan ada banyak sekolah libur lebih empat minggu. Sekiranya terjadi, sudah disiapkan untuk masing-masing kondisi.”

Gambar dari Film Bernapas Dalam Asap. Film ini ingin mengedukasi warga akan bahaya asap, salah satu bagi kesehatan.

Menkominfo Rudiantara mendukung program Kemendikbud dan telah berkomunikasi Komisi Penyiaran Indonesia.

“Agar masing-masing penyelenggara siaran, swasta terutama TVRI menyiarkan konten-konten sesuai pendidikan. Ini untuk kepentingan rakyat. Sekali-kali jangan berpikir dulu soal komersil.”

Menteri Ristek dan Pendidikan Tinggi M. Natsir telah mengkonsolidasikan seluruh rektor perguruan tinggi di Indonesia terutama yang terdampak asap, yang ada fakultas kedokteran harus terlibat langsung menangani kesehatan.

“Terkait ristek, kami melibatkan peneliti supaya ruangan belajar bisa dilakukan penjernihan udara.”

Bantuan luar negeri

Kepala BNPB Willem Rampangile mengatakan, bantuan luar negeri jika dibandingkan dengan kapasitas pemerintah memang tidak terlalu signifikan.

“Australia mengirimkan pesawat walaupun besar dengan kapasitas 15.000 liter, satu hari bisa lima kali bombing, terbatas hanya lima hari. Harus kembali karena negaranya juga kebakaran,” katanya.

Bantuan Malaysia juga lima hari, diperpanjang jadi enam hari. “Sekarang sudah kembali. Yang ada bantuan Singapura satu helikopter kapasitas lima ton.”

BNPB menyewa 19 helikopter, ditambah tiga air tractor Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

“Saya sekarang mencari pesawat tambahan. Ada tambahan dua helikopter ke Kalteng. Kita kesulitan mendapatkan pesawat karena El-Nino terjadi dimana-mana. Jadi banyak negara menyewa terlebih dahulu. Kita masih kesulitan.”

Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB menambahkan, Palangkaraya, Jambi dan Pekanbaru, nyaris terisolir selama lebih dua bulan karena asap.

Sejak Juli hingga kini, katanya, tercatat penderita ISPA mencapai 450.431 jiwa. Di Riau (65.232), Jambi (90.747), Sumsel (101.332), Kalbar (43.477), Kalteng (52.213), dan Kalsel (97.430).

Dia memperkirakan, jumlah sebenarnya jauh lebih besar karena banyak masyarakat tidak berobat ke Puskesmas atau rumah sakit hingga tidak tercatat.

Petisi desakan evakuasi warga

Menyikapi kabut asap yang menimbulkan banyak korban warga, muncul petisi menyerukan kepada pemerintah agar evakuasi dan seruan kepada sesama warga buat saling menolong para korban.

Dalam petisi di Change.org, dibuat Rabu (21/10/15), berjudul Pak Jokowi, Selamatkan Anak Bangsa! Evakuasi Balita dan Kelompok Rentan Lainnya Korban Asap, yang digagas Mai Jebing ini menyerukan beberapa poin.

Tak kurang nasib 43 juta warga negara yang terpapar langsung asap pembakaran lahan dan hutan. “Bisakah mereka bertahan? Beberapa wilayah terdampak sudah menyerukan agar balita dan kelompok rentan lain segera dievakuasi keluar dari wilayah terdampak?” kata Mai dalam petisi itu.

Untuk itu, katanya, perlu tindakan nyata segera evakuasi balita dan kelompok rentan korban asap. Negara, katanya, pasti tidak mampu melakukan sendiri. Jadi, perlu gotong royong selamatkan generasi penerus bangsa.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,