,

Gagal Jantung, Harimau Sumatera di Kebun Binatang Surabaya Mati

Satu individu harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) koleksi Kebun Binatang Surabaya (KBS) ditemukan mati di kandang, Minggu (10/04/2016) malam, setelah sebelumnya menunjukkan tanda-tanda perubahan perilaku dan pola makan.

Dokter Hewan KBS, drh. Irmanu Ommy mengatakan, sejak dua minggu terakhir, harimau jantan berumur 16 tahun ini sulit menerima asupan makanan. “Ada perubahan perilaku dibandingkan teman-temannya, seperti tidak mau makan. Terakhir, kami memberikan makanan dengan alat bantu khusus,” jelasnya saat ditemui di KBS, Senin (11/04/2016).

Harimau bernama Rama ini merupakan satwa kelahiran KBS dari orang tua yang juga dilahirkan di KBS. Sedangkan kakek Rama, berasal dari Kebun Binatang Ragunan, Jakarta.

Hasil nekropsi dan pembedahan organ yang dilakukan tim dokter KBS, menyimpulkan bahwa Rama mati karena gagal jantung. Belum diketahui pasti penyebabnya, namun hasil pemeriksaan menunjukkan indikasi tersebut. “Gagal jantung di sebelah kanan, ada penimbunan cairan di abdomen dan torak,” ujar Ommy yang menyebut Rama memiliki riwayat kelainan jantung.

Direktur Utama Perusahaan Daerah Taman Satwa Kebun Binatang Surabaya (PDTS KBS), Aschta Boestani Tajudin menjelaskan, indikasi lemah jantung yang ada pada Rama terlihat setelah dilakukan pembiusan, dalam pemeriksaan kesehatan tiga tahun terakhir. “Dibandingkan harimau lainnya, Rama paling lama bangun setelah dibius, padahal dosisnya paling rendah.”

Kematian Rama, menurut Aschta, memiliki kemiripan dengan kematian Kun, harimau sumatera koleksi KBS akhir 2014. Dari rekaman CCTV tidak didapati gejala aneh pada Kun di hari-hari terakhirnya. Berdasarkan pemeriksaan dan uji toksikologi, tidak ditemukan racun, namun ada pembengkakan jantung serta cairan di abdomen dan torak, sebagaimana yang dialami Rama.

Kondisi Rama setelah dibius untuk diperiksa kesehatannya. Foto: KBS
Kondisi Rama setelah dibius untuk diperiksa kesehatannya. Foto: KBS

Aschta memastikan, pemeriksaan kesehatan dan pemberian vaksin telah dilakukan rutin. “Paling tidak sebulan sekali divaksin. Kedepan, perlu teknik baru untuk mendeteksi penyakit harimau.”

Kini, koleksi harimau sumatera KBS hanya 9 individu, 6 betina dan 3 jantan. Dari total tersebut, satu individu merupakan penghuni baru, harimau jantan bernama Wira yang didatangkan dari Taman Safari Indonesia, Prigen, September 2015. Sementara, 8 harimau lain tercatat masih satu garis keturunan.

Penjarangan satwa

Aschta menuturkan, permasalahan yang terjadi pada harimau sumatera di KBS saat ini adalah tidak adanya pencatatan kesehatan yang lengkap. Ini yang menyulitkan untuk ditangani bila ada yang sakit. “Pernah ada catatan kakak adik dikawinkan, anaknya mati semua. Interbreeding atau perkawinan sekerabat yang terlalu dekat, akan memunculkan sifat resesif dominan. Meski tidak dapat dipastikan penyakit apa yang muncul, namun bisa menjadi penyebab kematian.”

Pada pertemuan antara PDTS KBS dengan Pemerintah Kota Surabaya, Senin (11/04/2016), Aschta menegaskan perlunya dilakukan langkah strategis untuk mengurangi populasi satwa yang melebihi kapasitas.

Dirut PDTS KBS Aschta Tajudin menunjukkan foto penanganan  kesehatan Rama yang mati akibat gagal jantung. Foto: Petrus Riski
Dirut PDTS KBS Aschta Tajudin menunjukkan foto penanganan kesehatan Rama yang mati akibat gagal jantung. Foto: Petrus Riski

Dari 15 hektar lahan KBS, ada sekitar 2.400 ekor satwa yang menjadi penghuni. Diperlukan penjarangan atau pengurangan untuk mencapai angka ideal, sekitar 700-an satwa. Kelebihan populasi di KBS ini ada pada 50-an spesies, yang lima besarnya adalah komodo, curik bali, babirusa, bekantan, dan pelikan. Pengurangan satwa baik melalui pertukaran maupun penyerahan ke lembaga konservasi mendesak untuk dilakukan, agar fokus manajemen dapat lebih terpusat pada kesejahteraan satwa.

“Kita tahu, harimau sumatera dan singa di KBS hampir finish (habis) kalau tidak dilakukan fresh blood. Jadi, harus ada pengeluaran karena sekarang ini sama sekali tidak bisa bergerak,” tutur Aschta.

Clarinsa, pengunjung KBS asal Ketintang, Surabaya, berharap penanganan satwa di kebun binatang kebanggaan warga Surabaya ini dapat ditingkatkan, agar kematian satwa dapat dihindari. “Prihatin. KBS kan tempat wisata terbesar di Surabaya, jadi harus lebih baik lagi merawat dan memelihara satwa yang ada,” paparnya.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,