,

Setelah Tiga Bulan Ujicoba Kantong Plastik Berbayar, Bagaimana Selanjutnya?

Ujicoba kebijakan kantong plastik bebayar sudah berjalan tiga bulan dan dinilai tepat karena berhasil mengurangi timbunan sampah kantong plastik. Selanjutnya, kebijakan kantong plastik berbayar akan diperluas ke seluruh kota di Indonesia.

R Sudirman, Direktur Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengatakan, kala evaluasi tampak konsumen mulai menyadari plastik berdampak buruk pada lingkungan hidup bahkan mengganggu kesehatan

KLHK, katanya, survei 160 ritel melibatkan 535 konsumen di 27 kota. Hasilnya, 92% sadar jika plastik berdampak buruk bagi lingkungan, 67% setuju membawa tas belanja sendiri. Hasil survey menunjukkan, dulu orang mrnghabiskan tiga kantong plastik saat berbelanja, kini hanya dua.

Setelah gerakan kantong plastik berbayar, timbunan sampah plastik di beberapa kota juga menurun. Di Banjarmasin, turun 80%, Palembang 40%, Surabaya 30-40%. Hanya Kendari turun tipis 5%. Rata-rata penurunan hampir 25%.

Perluas ke seluruh kota

Dirman mengatakan, kantong plastik berbayar akan diperluas ke seluruh kota di Indonesia. Peraturan menteri soal kebijakan kantong plastik tengah disiapkan, target selesai Juni.

“Ritel modern berlaku keseluruhan. Di Banjarmasin, sekarang malah selangkah lebih maju dengan keluarkan peraturan walikota mulai Juni tak ada lagi kantong plastik di kota.”

Dia mengapresiasi langkah Walikota Banjarmasin. Meski dalam surat edaran KLHK, tak perintahkan tak pakai kantong plastik, terpenting tak gratis. “Saya apresiasi komitmen ini. Banjarmasin tak akan sediakan kantong plastik di ritel modern.”

Hasil kesepakatan di Ombudsman, katanya, diminta penerapan seluruh kota. “Memang arahnya ke sana, tapi belum pasar rakyat. Sasaran kami pasar modern berjumlah 90.,” katanya.

Tahap awal, akan coba di ritel modern seperti kota-kota besar, kawasan industri dan lain-lain. Untuk pasar tradisional, ada langkah-langkah menuju ke sana tetapi tak sama dengan ritel modern. “Kita siapkan, gak berbarengan. Mungkin edukasi dulu.” Menurut dia, kebijakan buat pasar tradisional satu daerah, belum tentu sama dengan daerah lain.

Kepala Subdit Barang dan Kemasan Direktorat Pengelolaan Sampah KLHK Ujang Solihin Sidik mengatakan, tengah menyiapkan surat edaran baru ujicoba kantong plastik berbayar di seluruh kota. Ujicoba, katanya, sambil menunggu permen selesai.

“Rencananya, akan undang 27 kota untuk evaluasi terakhir. Minta informasi monitoring dan evaluasi tiap daerah sebelum puasa.”

 

Harga kantong plastik

Banyak kalangan menilai, harga Rp200 per kantong, terlalu murah. Jadi kurang berdampak bagi penurunan sampah. Bagi Dirman, pandangan itu jadi masukan.

“Masukan Komisi II DPR bilang kalau bisa pemerintah jangan matok harga berapa. Setelah dipelajari ada interval. Beberapa kota beda-beda. Nanti akan ada interval. Kini di lapangan Rp200-Rp5000.”

Kantong plastik tidak gratis, begitu pengumuman yang tertera di dinding etalase Cycle K, salah satu peritel modern di Jakarta. Foto: Sapariah Saturi
Kantong plastik tidak gratis, begitu pengumuman yang tertera di dinding etalase Cycle K, salah satu peritel modern di Jakarta. Foto: Sapariah Saturi

Evaluasi YLKI

Bulan lalu, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menyampaikan hasil survei, sekitar 50-60% konsumen bergantung pada kantong plastik. YLKI menilai kebijakan ini belum efektif mengurangi sampah, tetapi sudah berdampak positif dalam penggunaan kantong plastik. “Sudah ada perubahan perilaku,” kata Tulus Abadi, Ketua Pengurus Harian YLKI.

Sebanyak 56% konsumen mengeluhkan kebijakan ini karena dianggap kurang jelas dalam sosialisasi, mekanisme dan ketersediaan alternatif solusi bagi konsumen. Termasuk soal pengelolaan dana hasil penjualan kantong plastik.

Tulus menyatakan, perlu ada transparansi dari selisih harga produksi dan berapa penyisihan untuk lingkungan terlebih bila harga plastik naik. YLKI menilai cocok harga plastik minimal Rp1.000.

YLKI tak menyetujui jika ada aliran dana ke pendapatan daerah (PAD) karena berpotensi disalahgunakan untuk kepentingan lain. “Lebih baik, dana pengelolaan sampah oleh badan tertentu, tim independen, untuk apa saja, ke lingkungan dan lain-lain,” katanya.

Dalam penelitian YLKI dari 1 Maret-6 April 2016 ini, memperlihatkan, pengetahuan masyarakat bahwa tujuan kebijakan untuk mengurangi sampah dan menjaga lingkungan hanya 26,1%  atau 58 dari 222 orang.

Penelitian dengan sampel 25 titik di Jakarta ini menunjukkan, ada penurunan konsumsi kantong plastik. Dari delapan minimarket, 11 supermarket dan hypermart dan enam departement store terjadi penurunan pada 16 ritel.

”Rata-rata penggunaan kantong plastik per konsumen per transaksi kurang tiga kantong,” kata peneliti YLKI, Natalya Kurniawati.

YLKI menyatakan, tak memiliki data jumlah akurat karena penelitian menggunakan metode investigasi. “Tanpa ada izin, kita wawancara langsung, beberapa kasir hanya memberikan perkiraan.”

Keluhan konsumen terkait ketidakjelasan pengelolaan dana kantong plastik 33,7%. Alasannya, mereka tak tahu, dan tak ada informasi peritel.

”Sebanyak 35,5% konsumen menyarankan sekalian meniadakan kantong plastik agar kebijakan lebih efektif. Namun, ritel harus aktif menyiapkan kantong ramah lingkungan maupun kardus.

Dia berharap, peritel, bertanggung jawab  dalam pengelolaan sampah (extended producer responsibility/ERP). Yakni, setiap ritel mengambil dan mengelola sampah plastik dari gerainya.  ”Ini bias melibatkan pemulung dan bank sampah.”

Perlu juga, katanya, penerapan intensif dan disintensif, missal, produsen menggunakan plastik biodegradle mendapat intensif.

 

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , ,