,

Pesantren Ini Daur Ulang Air Bekas Wudhu, Seperti Apa?

Siang itu, di Kompleks IV Pondok Pesantren Sunan Pandanaran, ramai para santri antri berwudhu. Mereka bersiap buat shalat zhuhur. Sekitar 80-an santri menjalankan rutinitas ibadah maupun keseharian menggunakan air. Tentu memerlukan banyak air. Masalah muncul, kala ketersediaan air kadang tersendat.

Bertolak dari keadaan ini, lima mahasiswa Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta yakni Aji Purnomo (Geografi), Muhamad Lutfi S. (MIPA), Luthfi Afgani (MIPA), Eka Fitriani (MIPA), dan Tia Nur A (Teknologi Pertanian) menemukan ide kreatif. Mereka menerapkan sistem filtrasi air bekas wudhu, diberi nama  Re-Syar’i limbah air wudhu.

Luthfi mengatakan, prinsip sistem ini yaitu mendaur ulang air bekas wudhu menjadi air siap pakai nonkonsumtif. Air ini termasuk belum terkontaminasi bahan kimia, jadi cukup menggunakan filtrasi sederhana.

“Dengan sistem re-syar’I, hasil filtrasi air bekas wudhu dipakai kembali sesuai syariat Islam. Juga untuk mencuci atau mandi,” katanya.

Mereka juga membangun beberapa tempat wudhu dengan debit air lebih tinggi, air bekas wudhu akan dialirkan ke sistem filtrasi, hingga tak terbuang sia-sia.

Sebelumnya, sistem re-syar’i ini memang telah ditemukan oleh beberapa pihak. Namun, mereka memberikan beberapa sentuhan inovasi, seperti menambahkan ziolit guna menyerap kotoran dan berbagai zat lain dalam air hingga membantu menjernihkan.

Sistem ini, katanya,  masih bisa diterapkan di daerah lain yang tak ada ziolit. “Alat filtrasi dengan material mudah ditemukan dan melimpah seperti ziolit, kerikil, pasir, arang, dan batok kelapa.”

Senada diungkapkan Aji Purnomo.  Dia mengatakan, tak hanya memasang alat filtrasi, juga memberikan penyuluhan kepada warga pondok pesantren soal manfaat penggunaan daur ulang air wudhu ini. Kegiatan ini, katanya,  sekaligus menumbuhkan kesadaran bagi santri lebih memelihara lingkungan dengan menghemat penggunaan air.

Merekapun membentuk struktur kepengurusan di ponpes itu sebagai penanggung jawab perawatan sistem. “Jika diterapkan kontinu dan memberikan manfaat serta efektif mengatasi kekurangan air, sistem ini dapat juga diterapkan kepada warga lain.”

Daur ulang air bekas wudhu, mulai dilakukan di mesjid-mesjid maupun musholla, sebagai salah satu gerakan cinta bumi.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , ,