Pelestarian Banteng Jawa Bergantung pada Pengelolaan Kawasan Konservasi

 

 

Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Timur, beberapa waktu lalu mengeluarkan catatan kegiatan konservasi di Jawa Timur. Disebutkan, ada peningkatan jumlah satwa tertentu, seperti elang jawa dan kakatua jambul-kuning yang terpantau di lembaga konservasi maupun kebun binatang. Namun, ada juga yang mengalami penurunan, sebagaimana yang terjadi pada banteng jawa (Bos javanicus).

Kepala BKSDA Jawa Timur, Ayu Dewi Utari mengatakan, penurunan populasi banteng jawa di alam lebih disebabkan pada keterancaman habitatnya. “Kondisi ini terlihat di sekitar Taman Nasional Meru Netiri, seputaran Jember, karena wilayah hidupnya berada di antara kawasan konservasi dengan perkebunan,” ujarnya belum lama ini.

Berkurangnya populasi banteng jawa juga terjadi di Malang selatan, yang sebelumnya juga terdeteksi di Taman Nasional Baluran di Situbondo. Habitatnya terdesak akibat meluasnya perkebunan sebagai imbas alih fungsi hutan. “Banteng jawa biasa bergerak di area perbatasan tersebut.”

 

Baca: Banteng Jawa, Salah Satu dari 25 Spesies Satwa Prioritas Konservasi

 

Ayu menuturkan, selain alih fungsi lahan, perburuan liar juga masih terjadi. BKSDA Jawa Timur terus melakukan patroli serta sosialisasi kepada masyarakat sekitar kawasan konservasi, agar tidak melakukan aktivitas terlarang itu. “Mungkin dulu, masyarakat menganggap banteng boleh diburu secara liar. Sekarang, jika ada yang menangkap pasti diproses secara hukum.”

Hasil monitoring BKSDA Jawa Timur menunjukkan, jumlah banteng jawa pada 2016 sekitar 22 ekor, yang tersebar di Hutan Lindung Londo Lampesan-Jember, Hutan Lindung Lebakharjo-Malang, serta Perkebunan Trebasala-Banyuwangi. Populasinya mengalami penurunan sejak tahun 2013 (50 ekor), 2014 (47 ekor), dan 2015 (39 ekor).

 

Banteng jawa yang dikawinkan dengan sapi bali di Taman Safari Indonesia, Prigen. Foto: Petrus Riski

 

Kawasan

Penurunan populasi banteng jawa dibenarkan Ketua PROFAUNA Indonesia, Rosek Nursahid. Menurut Rosek, berkurangnya populasi tersebut terjadi di Taman Nasional Baluran, sebagian kawasan menuju Gunung Ijen di Bondowoso, serta Malang selatan.

“Kalau Baluran saya tidak hafal angkanya, dari laporan dan keterangan masyarakat ada perburuan di sana. Sebelumnya, sangat mudah melihat banteng ini.”

Menurut Rosek, sebelum tahun 2000 masih sering dijumpai banteng jawa di kawasan Lebakharjo dan Pujiharjo, Malang selatan. Namun, pemantauan terakhir Desember 2016,  PROFAUNA Indonesia sudah tidak menemukan lagi banteng jawa di kawasan tersebut. “Hutan beralih fungsi menjadi kebun kopi.”

Meski faktor lain seperti predator bisa saja menjadi penyebab berkurangnya populasi, namun Rosek meyakini alih fungsi lahan dan perburuan satwa liar merupakan penyebab utama menurunnya populasi banteng jawa. Hal mendesak lain adalah menjaga habitatnya yang kian terancam. “Pengamanan harus ditingkatkan. Bila ingin menyelamatkan satwa liar di Jawa Timur, kita harus menyelamatkan habitat mereka.”

 

Savana Bekol Taman Nasional Baluran sebagai salah satu habitat banteng jawa. Foto : Petrus Riski

 

PROFAUNA Indonesia mendorong pola kemitraan masyarakat untuk membantu pemerintah, dalam hal ini BKSDA, untuk menjaga dan mengamankan kawasan konservasi. Masyarakat harus dilibatkan sebagai relawan, untuk mengamankan kawasan dari perburuan liar maupun pembabatan hutan.

Selama ini, relawan yang direkrut hanya dilibatkan dalam kegiatan insidentil. Misal, bersihkan gunung atan menanam pohon, namun bukan dalam konteks manajemen pengelolaan kawasan. Penjagaan kawasan pun masih pada titik wisata, bukan pada wilayah satwa dilindungi.

“Pola ini yang didorong PROFAUNA Indonesia, dan pola itu juga dilakukan taman-taman nasional di luar negeri,” papar Rosek.

Terkait masukan tersebut, Ayu Dewi mengatakan, upaya penegakan hukum akan menjadi prioritas BKSDA Jawa Timur dalam menjaga dan mengamankan kawasan. Selain, melibatkan masyarakat untuk ikut mengamakan dan mengawasi kawasan.

“Kita sudah mulai dengan masyarakat, termasuk dengan PROFAUNA,” tandasnya.

 

 

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , ,