Begini Pesan Penyelamatan Terumbu Karang dalam HUT ke-72 RI di Pulau Samalona

Perayaan HUT RI selalu dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari yang formal hingga yang unik. Di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, misalnya, upacara pengibaran bendera untuk tahun ini salah satunya dilakukan di atas perahu Pinisi dan di saat yang sama juga dilakukan di bawah laut bertema penyelamatan terumbu karang.

Pagi itu, Kamis (17/8/2017), sekitar pukul 09.30, perahu Pinisi yang biasa bersandar di Anjungan Pantai Losari melaju lambat menuju Pulau Samalona, berwaktu tempuh sekitar 1 jam dari Pantai Losari Makassar. Puluhan orang menggunakan kacung dan pita merah putih berkumpul di geladak perahu. Setelah tiba di sekitar Pulau Samalona, perahu itu berhenti. Sirene dinyalakan, upacara pun laksanakan. Lima belas menit lamanya.

Ketika upacara di atas perahu dilakukan, sekitar 8 orang penyelam segera menyebur ke laut. Waktu telah disamakan. Ketika bendera dikibarkan di atas perahu, hal yang sama dilakukan di bawah laut. Berupacara di tengah-tengah terumbu karang.

 

 

Mirwan Anugrah, Program Manager Pinisi Bagi Negeri, Yayasan Makassar Skalia, sebagai salah satu penggagas kegiatan ini menyatakan bahwa perayaan HUT RI tahun ini memiliki makna yang berbeda bagi mereka dibanding tahun-tahun sebelumnya. Ia menyebut kegiatan ini sebagai upaya merekatkan silturahmi antar berbagai pihak yang selama ini bekerja bersama dalam upaya penyelamatan terumbu karang, sekaligus menumbuhkan rasa nasionalisme.

“Diharapkan kegiatan hari ini sedikit berbeda karena kita memanfaatkan perahu Pinisi untuk perayaan detik-detik proklamasi ini. Harapannya ini bisa jadi pengingat akan simbol kejayaan maritim bangsa kita di masa lalu. Kita juga mengangkat tema maritim karena sesuai dengan Nawacita dari pemerintahan saat ini,” ungkap Mirwan.

Tak kalah pentingnya dari upacara ini, tambah Mirwan, karena kegiatan ini dirangkaikan dengan upaya kampanye penyelamatan terumbu karang di pesisir Makassar.

“Kita ingin orang tahu tentang situasi terumbu karang kita saat ini. Makanya ada upacara di tengah-tengah terumbu karang, Setelah upacara kita lanjut monitoring dan pembersihan fragmen terumbu karang di Kebun Terumbu Tarang yang kami miliki di sekitar Pulau Samalona,” tambahnya.

Kegiatan ini melibatkan pula mahasiswa dari Universitas Hasanuddin, Universitas Brawijaya Malang, Yayasan Konservasi Laut (YKL), Marine Science Diving Club (MSDC) Universitas Hasanudian, perwakilan media, Pemkot Makassar dan masyarakat yang tinggal di Pulau Samalona.

Pentingnya kampanye penyelamatan terumbu karang ini, tambah Mirwan, mengingat kondisi terumbu karang yang semakin berkurang luasan tutupannya, termasuk yang ada di Pulau Samalona. Penyebabnya bisa bersifat alami ataupun terkait beragam aktivitas di sekitarnya, termasuk destructive fishing dan faktor penyebab lain.

“Makanya kemudian, sebagai salah satu muatan ekologi dari program Pinisi Bagi Negeri menekankan pada upaya rehabilitasi terubu karang. Kita target tahun ini sekitar 500 meter persegi dengan menggunakan metode spider web atau rangka laba-laba. Kita ajak masyarakat di Pulau Samalona melakukan penyelaman untuk monitoring dan pembersihan terumbu karang. Kita ingin agar aksi kami ini menjadi bagian dari masyarakat pulau itu sendiri,” tambahnya.

 

Kondisi terumbu karang di Pulau Samalona, Sulsel dalam beberapa tahun terakhir mengalami penurunan wilayah tutupan. Penyebabnya beragam, baik dari pemboman dan pembiusan ataupun tingginya aktivitas reklamasi di sekitar perairan Makassar. Foto: MSDC Unhas/Mongabay Indonesia

 

Perahu Pinisi Bagi Negeri sendiri adalah perahu wisata yang setahun terakhir ini biasa berlabuh di sekitar anjungan Pantai Losari. Perahu yang mulai beroperasi awal 2017 ini hampir setiap hari berlayar dengan rute pendek sekitar perairan Makassar sebagai bagian dari Corporate Social Responsibility (CSR) PT Toyota-Astra Motor (TAM) untuk pelestarian terumbu karang dan pengembangan edukasi budaya kemaritiman dan konservasi lingkungan di Kota Makassar.

Salah satu bagian dari program ini adalah edukasi maritim, di mana mereka mengundang pelajar hingga mahasiswa untuk datang berkunjung dan berlayar sekitar perairan Makassar.

“Siapa pun bisa datang berkunjung namun prioritas pada anak sekolah dari SD hingga mahasiswa. Syaratnya sederhana, cukup menyampaikan surat kepada kami. Kita tak ada bayaran kalau untuk kepentingan Pendidikan, cukup sumbang satu buku untuk perpustakaan,” jelas Mirwan.

Tidak hanya berlayar pengunjung juga akan mendapatkan pembelajaran tentang sejarah Pinisi, pengetahuan tentang kebaharian, navigasi dan melihat secara langsung aktivitas kemaritiman di sekitar perairan Makassar. Termasuk mengajak pengunjung melihat langsung kondisi terumbu karang yang ada di sekitar Pulau Samalona.

 

Kondisi Terumbu Karang di Pesisir Makassar

Kekhawatiran dan upaya berbagai pihak dalam memperbaiki kondisi terumbu karang di sekitar pesisir Makassar cukup beralasan. Dari data hasil penelitian MSDC Unhas pada 2016 menunjukkan bahwa kondisi terumbu karang di Pulau Samalona menurun, yaitu sekitar 57 persen ketertutupan pada 2012, menjadi 56 persen pada 2013, lalu 49 persen pada 2014. Dan menurun drastic menjadi 35 persen pada 2015.

“Ini bisa jadi terkait dengan semakin tingginya intensitas pembangunan di wilayah pesisir Makassar dalam dua tahun terakhir,” ungkap Hardin, peneliti dari MSDC Unhas.

 

Kondisi ketertutupan terumbu karang di Kepulauan Spermonde, termasuk di sekitar Pulau Samalona yang berada di Kota Makassar menurun drastic dalam beberapa tahun terakhir. Kini jumlahnya diperkirakan tak lebih dari 19 persen. Salah satu penyebabnya karena perikanan yang merusak (destructive fishing) Foto: Wahyu Chandra/Mongabay Indonesia

 

Di Pulau Barrang Caddi, pulau lain di pesisir Makassar, kondisi terumbu karangnya sempat mengalami kenaikan pada tahun 2013, yaitu 67 persen, dari sebelumnya yang hanya 56 persen. Namun, pada tahun 2014 menurun menjadi 47 persen. Pada tahun 2015 kembali mengalami penurunan hingga 33 persen.

Sementara di Pulau Barrang Lompo, dari tahun 2012 – 2015 trennya terus menurun. Jika pada 2012 populasi ketertutupan terumbu karang sekitar 62 persen, turun menjadi 50 persen pada 2013, dan 34 persen pada 2014. Pada 2015 turun drastis ke 29 persen, yang merupakan angka terendah dari seluruh pulau yang diteliti.

Menurut Hardin, tidak hanya segi populasi, kondisi kesehatan terumbu karang di pulau yang diteliti juga menunjukkan adanya penurunan yang drastis. Banyak terumbu karang yang hampir mati, dan di beberapa tempat dipenuhi oleh pasir akibat sedimentasi yang parah. Sampah-sampah juga banyak ditemukan di sela-sela terumbu karang.

Secara nasional sendiri kondisi terumbu karang Indonesia dinilai sedang terancam. Berdasarkan data Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 2017, status kondisi tutupan terumbu karang Indonesia 6,39 persen kondisi sangat baik (dengan kisaran 76-100 persen), 23,40 persen kondisi baik (51-75 persen), 36,06 persen cukup (26-50 persen), 35,15 persen jelek (0-25 persen), yang tersebar di seluruh Indonesia dengan titik pengamatan 435 stasiun di Indonesia bagian barat, 407 stasiun di Indonesia bagian tengah dan 222 stasiun di Indonesia bagian Timur.

“Kondisi Baik terbesar hanya 8,97 % di Indonesia bagian barat, sedangkan yang terjelek terbesar sebesar 37,10% berada di wilayah Indonesia Bagian Tengah,” jelas laporan tersebut.

 

Perayaan HUT ke-72 RI 2017 juga diselenggarakan di Anjungan Pantai Losari Makassar, Sulsel. Pengibaran bendera dilakukan oleh dua orang dengan menggunakan peralatan flying board. Foto: Dinas Perikanan dan Pertanian Kota Makassar/Mongabay Indonesia

 

Bantuan untuk Nelayan

Selain di atas perahu Pinisi dan di bawah laut, salah satu perayaan HUT RI yang cukup unik juga dilakukan di Anjungan Pantai Losari, yang diselenggarakan oleh Pemkot Makassar. Upacara ini melibatkan 142 nelayan dari Kecamatan Kepulauan Sangkarrang Makassar dengan menggunakan perahu tradisional jolloro, yang membentuk formasi angka 17, 8, 17 dan 72.

Pengibaran bendera pun dilakukan secara unik di atas laut menggunakan peralatan flying board oleh dua orang, setelah menerima bendera dari Walikota.

Dalam kegiatan ini Walikota Makassar, Ramdhan Pomanto, menyatakan keberpihakannya kepada nelayan dengan menyerahkan bantuan sebanyak 15 perahu untuk kelompok nelayan. Selain itu ada juga pemberian santunan sebagai bagian dari Asuransi Nelayan kepada dua janda nelayan, masih-masing senilai Rp200 juta dan Rp150 juta.

 

Sebanyak 142 nelayan dari Kecamatan Kepulauan Sangkarrang, Makassar, Sulsel memperingati HUT ke-72 Indonesia tahun 2017 dengan menggunakan perahu tradisional jolloro membentuk formasi 17, 8, 17 (2017) dan 72 di Pantai Losari, Makassar. Foto: Dinas Perikanan dan Pertanian Kota Makassar/Mongabay Indonesia

 

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,