Merawat Hutan Batang Toru, Laut Sekitar pun Akan Terjaga

 

Bentang alam Batang Toru meliputi tiga kabupaten di Sumatera Utara, yakni Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, dan Tapanuli Utara. Ketiga kabupaten ini secara geografis berdekatan dengan laut yang di kelilingi hutan berbukit. Khusus hutan Batang Toru–data Yayasan Ekosistem Lestari (YEL)–, keadaan topografi sangat curam.

Sebagian besar kelerengan berkisar lebih 40%, dan lebih curam lagi di blok timur. Area hutan Batang Toru peka erosi. YEL menilai, kawasan hutan mengelilingi tiga kabupaten ini, penting terjaga mencegah bencana alam seperti erosi dan longsor.

Burhanuddin, Manager Program Batang Toru YEL, kepada Mongabay pekan kemarin mengatakan, Tapanuli Tengah merupakan kombinasi dua ekosistem, yaitu ekosistem teristerial di hutan Batang Toru dan ekosistem pesisir.

Dengan begitu, hutan dan pesisir Batang Toru harus terjaga baik karena terkait erat. Jika terjadi kerusakan hutan Batang Toru akan berdampak terumbu karang yang berdekatan dengan hutan, seperti Pulau Mursala.

“Pemerintah Tapanuli Tengah sudah menetapkan sebagian wilayah dekat Pulau Mursala sebagai kawasan konservasi laut daerah. Kita ketahui Sibolga dan Tapanuli Tengah,  penghasil terbesar ikan dari laut yang di kelilingi hutan Batang Toru, ”kata pria yang biasa disapa Aan ini.

Kondisi hutan, katanya, sangat dekat dengan pesisir,  berjarak hanya beberapa kilo meter. Di bagian belakang terlihat hutan pegunungan nan hijau, di bagian depan pantai samudra Hindia.  Terumbu karang bagus hingga jadi ‘rumah’ bagi ikan. “Ini harus dipertahankan.”

YEL pun akan terus mengkampanyekan pelestarian hutan Batang Toru demi kepentingan masyarakat dan lingkungan. Masyarakat perlu ekosistem Batang Toru terjaga demi pemenuhan ekonomi , sosial, sampai budaya.

Data Kabupaten Tapanuli tengah, dengan Ibu Kota Sibolga, pendapatan asli daerah (PAD) terbesar dari sektor perikanan, lalu pertanian, mulai kemenyan, kopi, karet, dan cengkih.

Di Kota Sibolga sendiri, sektor pertanian, ada beberapa lokasi penampungan hasil tangkapan ikan nelayan, salah satu kapal ukuran kecil akan berlabuh di Pasar Ikan Mina Nauli. Ini perusahaan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Kota Sibolga.

 

Janang, ikan laut Sibolga yang ekspor ke Singapura. Foto: Ayat S Karokaro/ Mongabay Indonesia

 

Menurut Anhar, Petugas Retribusisar Ikan Mina Nauli, BUMD Kota Sibolga, Tapanuli Tengah, mengatakan,  setiap hari ada 10 kapal berbagai jenis mencari ikan, bertsandar dengan hasil antara satu hingga dua ton ikan. Jenis ikan biasa ada di pasar ini seperti tamban, bela kance atau dencis, janang, pari, rembolon, dan tenggiri.

Kapal membawa ikan, katanya, merapat ke dermaga setiap pagi antara pukul 7.00-8.00. Untuk kapal ukuran kecil bisa mendapatkan hasil tangkapan antara 200-500 kg, kapal dalam ukuran besar antara satu hingga dua ton ikan berbagai jenis.

Dia bilang, ada beberapa jenis ikan hasil tangkapan nelayan ekspor ke luar negeri, yaitu janang dan tenggiri, dikirim ke sejumlah negara, antara lain Singapur, Malaysia, China, dan Australia.

Jenis-jenis lain ada dikirim ke berbagai wilayah di Sumut, seperti Mandailing Natal, Kota Pematang Siantar, Serdang Bedagai, dan Kota Medan. Semua jenis ikan ini, hasil tangkapan dari laut Sibolga.

Lantas bagaimana dengan kapal katagori besar? Data dari Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Sibolga sejak beberapa tahun belakangan, setiap hari tangkapan ikan mencapai 300-400 ton.

Pelabuhan ini merupakan terbesar di antara belasan pelabuhan perikanan yang ada di Tapanuli tengah dan Kota Sibolga. Data PPN pada 2016,  total penangkapan ikan di pelabuhan ini mencapai 1.200 ton. Sedang ekspor mencapai tiga ton per bulan untuk beberapa jenis ikan seperti cakalang.

Data Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Sibolga, potensi perikanan laut Tapanuli Tengah mencapai 1.076.960 ton pertahun. Pada 2015, produksi perikanan tangkap di Kota Sibolga tercatat 54.840,32 ton pertahun.

 

Ilham memperlihatkan kepiting hasil tangkapan di Pesisir Pantai Sibolga. Foto: Ayat S Karokaro/ Mongabay Indonesia
Kapal ini bisa hasilkan 300-500 kg dari laut Tapanuli Tengah. Foto: Ayat S Karokaro/ Mongabay Indonesia

 

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , ,