,

Mempertahankan Keindahan Surga Hayati Dunia di Banda Neira

Berbagai upaya menjaga dan melestarikan keagaman hayati kelautan Indonesia terus dilakukan oleh berbagai pihak, untuk mencegah kerusakan dan terus berkurangnya kekayaan alami Indonesia di masa mendatang. Terutama, di perairan di kawasan timur Indonesia, yang hingga kini masih rentan terhadap berbagai ancaman. Namun, sayang banyak wilayah perairan di Indonesia masih belum sepenuhnya terlindungi, dan bahkan belum diketahui potensi kekayaan yang ada di dalamnya sepenuhnya. Misalnya di perairan Banda Neira.

Perairan yang terletak di Maluku ini, berdasarkan survey keragaman hayati yang dilakukan The Nature Conservancy tahun 2002 silam, memiliki setidaknya 310 jenis karang dan 500 jenis ikan. Survey yang dilakukan satu dasarwarsa silam ini, kini dirasa perlu diperbarui untuk melakukan proses konservasi dan pengelolaan perairan Banda Neira ke depan. Hal ini mengingat sampai kini belum ada rencana final pengelolaan jangka panjang  dan zonasi Taman Wisata Perairan Banda Neira seluas 2500 hektar.

Proses pengambilan data di perairan Banda Neira. Foto: Coral Triangle Center

Selain itu, fungsi penting Banda Neira juga terkenal sebagai daerah migrasi tuna sirip kuning dan paus biru.

Terkait hal ini, tanggal 6 hingga 16 November 2012 silam, Coral Triangle Center mengkordinir sebuah Kajian Cepat Kelautan (Marine Rapid Assesment) dengan melibatkan para mitra seperti BKKPN Kupang SATKER TWP Laut Banda, Direktorat Kawasan Konservasi dan Jenis Ikan (KKJI)-KP3K Kementerian Kelautan dan Perikanan, PemKab Maluku Tengah, Camat Banda Naira, P2O LIPI, LIPI Ambon, Universitas Patimura, Yayasan Warisan Budaya Banda Naira, Marine Conservation Southeast Asia (MC-SEA), STP Hatta-Syahrir, TNI-AL dan Kepolisian.

Kajian Cepat kelautan ini merupakan salah satu upaya membangun database yang lengkap terkait keragaman hayati dan sosial ekonomi di Kepulauan Banda. Menurut Koordinator Satuan Kerja Taman Wisata Perairan Laut Banda, Julham Pelupessy, kajian ini juga akan digunakan sebagai rencana pengeolaan jangka panjang dan zonasi wilayah ini yang masih dalam penyusunan dokumen final.

Sementara itu, Direktur eksekutif CTC Rili Djohani mengatakan bahwa Kajian Cepat Kelautan ini difokuskan pada pengumpulan data biofisik seperti terumbu karang dan jenis ikan,  dan data sosial ekonomi di Kepulauan Banda seperti perikanan, pariwisata bahari dan kearifan tradisional seperti sasi.

Berdasar Kajian Cepat Kelautan 2012 ini ditemukan kelimpahan ikan Napoleon Wrasse (Chelinus undulatus) yang tinggi hampir di semua pulau di Kepulauan Banda.  Marthen Welly – Koordinator Kajian Cepat Kelautan dari CTC menjelaskan bahwa dari Kajian Cepat Kelautan yang dilakukan mulai tanggal 6-16 November 2012 ini,  dilakukan di 21 titik pengamatan biofisik dan 17 desa untuk survei sosial ekonomi dengan jumlah tim yang terlibat sebanyak 25 orang. Dalam Kajian Cepat Kelautan 2012 berhasil disurvei seluruh pulau yang ada di Kepulauan Banda termasuk Atol Hatta.

Coral Triangle Center (CTC) adalah sebuah NGO berbadan hukum Indonesia dengan lingkup kerja di kawasan segitiga karang dunia (coral triangle) yang meliputi enam negara yaitu Indonesia, Filipina, Malaysia, Timor Leste, Papua New Guinea dan Solomon Island.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , ,