Yohanes Kurnia Irawan, seorang fotografer Kalimantan Barat, berhasil mengabadikan sisi paling kelam Kota Singkawang. Di tengah keanggunan kota itu, wewangi setanggi datang dari klenteng-klenteng tua, ternyata terselip sebuah wajah muram.
Pemicunya pertambangan emas ilegal. Kini, Danau Serantangan, menjadi sasaran tak kurang dari 1.000 penambang emas tradisional. Danau indah terletak di Kelurahan Sagatani, Kecamatan Singkawang Selatan, sekitar 20 kilometer dari Kota Singkawang, ini pun tak ubah sebuah perkampungan para penambang. Bahkan, mereka mengajak keluarga.
“Para pekerja ini kebanyakan dari luar kota. Mereka sengaja didatangkan para pemilik modal menjadi pekerja dompeng, istilah untuk aktivitas pertambangan,” kata Yoyon, sapaan akrab Yohanes, Selasa (9/4/13) di Singkawang.
Para pekerja tinggal di kamp-kamp yang sudah disediakan oleh bos mereka. Tak banyak para penambang ini bertahan lama. Kebanyakan, terutama penambang dari daerah setempat menjadikan pekerjaan sebagai batu loncatan meraup modal atau bekerja di luar.
Yoyon memperoleh informasi soal para penambang ini melalui Juweng, juru mudi perahu klotok yang biasa mengantar para pekerja ke lokasi penambangan. “Dia sudah cukup lama menjadi juru kemudi. Tapi tidak mengenali seluruh pekerja yang berada di lokasi. Mereka biasa datang dan pergi. Wajah baru selalu ada setiap kali pekerja yang sebelumnya pulang kampung, kemudian datang lagi membawa orang yang baru.”
Dari hasil penelusuran Yoyon, semua tambang ini milik orang per orang. Seorang bos, biasa memiliki beberapa set mesin dompeng. Satu set dikerjakan enam sampai delapan orang.
“Hampir sekitar 300 set mesin dompeng beroperasi di Danau Serantangan. Mereka menyebar di beberapa titik. Untuk beraktivitas di lokasi ini, pemilik mesin menyewa lahan kepada pemilik sekitar Rp3 juta-an per bulan,” ucap Yoyon.