,

Demi Selamatkan Badak Sumatera, Para Pakar Upayakan Perkawinan Antar-Saudara Kandung

Badak Sumatera, kini sudah berada diambang kepunahan. Berbagai cara kini ditempuh unuk mempertahankan satwa unik yang sudah ada sejak zaman purba ini. Saat ini, badak Sumatera menurut para ahli tinggal tersisa kurang dari 100 individu di dunia. Berbagai langkah dan upaya terus ditempuh untuk menjaga kelangsungan keturunan satwa ini.

Salah satu upaya yang kini tengah direncanakan adalah mengawinkan badak Sumatera yang tersisa dengan saudara kandung mereka. Meski langkah ini dinilai agak nekat, namun dengan kondisi yang semakin mendesak saat ini, hal ini dinilai sebagai salah satu upaya terbaik yang bisa dilakukan. Setidaknya, hal inilah yang diyakini oleh sejumlah paka di Kebun Binatang Cincinnati di Amerika Serikat lewat lembaga Lindner Center for Conservaton & Research of Endangered Wildlife (CREW).

Lewat cara ini, diharapkan mereka bisa memperbanyak individu badak Sumatera yang ada saat ini. “Tak ada seorang pun yang ingin mengawinkan antar-saudara kandung, ini adalah hal yang kami hindari, namun saat sebuah spesies jumlah terus menyusut hingga kurang dari 100 individu, memperbanyak jumlah menjadi jauh lebih penting dan mengalahkan keragaman genetik,” ungkap Dr. Terri Roth, Wakil Presiden Konservasi dan Direktur dari CREW di Kebun Binatang Cincinnati. “Kini kita tinggal melihat individu-individu terakhir dari badak Sumatera, dan saya tidak mau hanya duduk dan melihat mereka punah.”

Dalam Sumatran Rhino Crisis Summit di Singapura pada bulan April 2013 silam yang dihadiri oleh pakar badak dari seluruh dunia, terungkap bahwa kondisi badak Sumatera hanya tersisa sekitar 100 individu saja. Fakta ini mengagetkan para pakar yang hadir, yang selama ini menghabiskan waktu mereka untuk melakukan konservasi spesies unik ini. Di alam liar, populasi badak Sumatera menyusut sekitar 50% selama dekade terakhir dan para hadirin yang datang di runangan pertemuan itu menyadari bahwa jumlah yang hadir saat itu, bahkan jauh lebih banyak daripada populasi badak Sumatera yang tersisa di Bumi.

Induk badak Sumatera bernama Ratu dengan anaknya, Andatu yang lahir bulan Juni 2012 silam di penangkaran badak di Way Kambas, Lampung.
Induk badak Sumatera bernama Ratu dengan anaknya, Andatu yang lahir bulan Juni 2012 silam di penangkaran badak di Way Kambas, Lampung.

“Badak Sumatera adalah spesies yang bergantung pada hutan dan memiliki peran penting menjaga ekosistem hutan. Sebagai satwa yang suka berkelana, badak memakan pohon-pohon kecil dan memberikan pohon muda lainnya untuk tumbuh dan menjaga kelebatan kanopi hutan. Badak juga berfungsi sebagai penyebar biji pepohonan yang memancing pertumbuhan pohon baru di area yang terbuka dan menjaga keragaman hayati spesies vegetasi di seluruh kawasan hutan. Semua aktivitas ini mambantu hutan tetap sehat dan kita semua tahu, hal ini turut menjaga penyerapan karbon dioksida dari udara dan menekan dampak perubahan iklim,” ungkap Roth lebih lanjut.

Dalam upaya untuk memperbanyak anak badak Sumatera di penangkaran, Kebun Binatang di Cincinnati dan Los Angeles bekerjasama dengan banyak lembaga konservasi badak di dunia, termasuk diantaranya International Rhino Foundation, Indonesia Rhino Foundation, SOS Rhino dan Word Wildlife Fund untuk menjaga populasi yang tersisa di alam liar. Hingga kini berbagai ancaman masih melingkupi kehidupan badak Sumatera, mulai dari perburuan untuk diambil culanya, perambahan hutan yang menyebabkan terpisahnya individu badak, pembangunan jalan yang membelah hutan, dan deforestasi akibat ekspansi perkebunan kelapa sawit telah membuat laju kepunahan bada Sumatera menjadi jauh lebih cepat dibandingkan prediksi banyak pakar di dunia.

Saat ini, Pemerintah Indonesia sendiri belum memberikan izin untuk menangkap badak dari alam liar untuk ditangkarkan agar menjaga keragaman genetik badak, serta menghindari perkawinan antar-saudara kandung. Selain itu, problem finansial dalam proses penangkaran juga menjadi masalah tersendiri. Di Amerika Serikat sendiri, dana konservasi dari pemerintah federal sangat terbatas dan tidak ditujukan untuk upaya penangkaran. Artinya, biaya yang diperlukan untuk menjaga badak Sumatera sangat signifikan karena pakan mereka yang kompleks, seperti juga beruang panda. Namun para pendonor lebih memilih panda yang jauh lebih populer, dan tidak menyadari situasi kritis yang dialami badak saat ini.

Badak Sumatera jantan tengah makan pepaya di kebun binatang Ragunan. Foto: WWF
Badak Sumatera jantan tengah makan pepaya di kebun binatang Ragunan. Foto: WWF

Padahal, faktanya pola penangkaran di Amerika Serikat adalah salah satu kontributor utama dalam menjaga populasi badak Sumatera yang tersisa saat ini. “Tanpa kerja keras Kebun Binatang Cincinnati kita tidak akan menikmati kondisi seperti saat ini. Itu sebabnya mengapa menjadi penting untuk menjaga populasi badak Sumatera di penangkaran di Amerika Serika dan kedua, untuk menghindari keberadaan badak Sumatera di satu lokasi saja dimana mereka akan menghadapi resiko terkena penyakit, perburuan atau bencna alam, yang bisa menyapu bersih keberadaan mereka dalam sekejap. Ide tentang perlunya populasi penangkaran di dua tempat akan memperkecil resiko hal-hal tersebut terjadi,” ungkap Kurator Mamalia di Kebun Binatang Los Angeles, Jeff Holland.

Kebun Binatang Cincinnati sendiri berhasil melakukan penangkaran badak Sumatera pertamakalinya pada 13 September 2001 silam, saat seekor badak jantan bernama Andalas lahir ke dunia setelah 112 tahun upaya ini dilakukan. Para ahli di CREW menyambung kesuksesan penangkaran ini dengan melahirkan dua individu lagi bernama Suci yang berkelamin betina dan dan seekor jantan bernama Harapan.

Kesuksesan penangkaran ini kemudian disusul oleh mitra Kebun Binatang Cincinnati dan Los Angeles di Indonesia, dengan kelahiran badak jantan pada bulan Juni 2012 silam bernama Andatu. Ayah Andatu, adalah Andalas yang merupakan hasil penangkaran pertama di Kebun Binatang di Cincinnati. Kesuksesan ini adalah sebuah hasil kerjasama antara kedua kebun binatang di As tersebut, dengan International Rhino Foundation dan Indonesia Rhino Foundation atau Yayasan Badak Indonesia (YABI).

Video dibawah ini, adalah sebuah video saat-saat bersejarah kelahiran badak Sumatera untuk pertamaklinya di penangkaran di Way Kambas, Lampung, Indonesia. Anak badak bernama Andatu ini, adalah badak pertama yang berhasil lahir di penangkaran di Indonesia setelah 144 tahun.

Artikel yang diterbitkan oleh
, ,