Mongabay.co.id

Potret Alam Negeri dalam Bumi untuk Generasi Jingga

Dalam pameran tunggal di Galeri Walhi hingga 18 Oktober 2013 ini, Andreas Iswinarto ingin menyampaikan pesan bahwa alam dan lingkungan negeri telah hancur. Para ahli waris, generasi Jingga yang bakal merasakan dampak parah.  Sebelum menjadi lebih buruk, mari jaga bersama.

Dia tampak sibuk sendiri malam itu. Berbaju terusan motif bunga, ada orange, merah, ungu, dia berjalan turun naik tangga. Berlari kecil. Sesekali dia berteriak pelan mengajak sang ibu ikut serta. Dialah Jingga Shifa Nadhira. Usianya kurang dari tiga tahun. Malam itu dia ikut menghadiri pembukaan pemeran di Galeri Walhi. Namun, mungkin Jingga belum tahu kegiatan apa itu. Jingga juga mungkin belum tahu jika pameran lukisan itu dipersembahkan sebagai ‘kado’ untuk dia, untuk generasinya.

Bumi Untuk Generasi Jingga. Begitulah sang pelukis, Andreas Iswinarto, memberi tema pameran menyambut ulang tahun Walhi ke-33 ini. Jingga adalah nama putri sahabat Andreas, Khalisah Khalid. Jingga dipandang sebagai wakil dari generasi mendatang. Mereka yang bakal menanggung biaya dan beban ekologis masa kini.

Dari katalog Bumi Untuk Generasi Jingga, dikatakan, Jingga dapat bermakna sebuah upaya sadar untuk mendekatkan isu-isu lingkungan. Ini bukan lagi tentang nasib beruang putih di kutub utara atau hutan gambut terbakar di Riau sana, melainkan tentang persoalan, “anak sahabat karib saya, Jingga.”

Lukisan Andreas berjudul Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

Pameran ini berlangsung 4 hingga 18 Oktober 2013. Puluhan lukisan Andreas yang dipajang di Galeri Walhi Nasional di Jalan Tegal Parang, Jakarta, ini menggambarkan kehancuran, kerusakan hutan, alam dan lingkungan negeri. Ada kebakaran hutan, lumpur lapindo, maupun gambaran vila-vila yang dibangun di atas bukit penyangga. Ada kekeringan mengakibatkan panen gagal. Ada lukisan tailing tambang yang menghancurkan alam, sampah menggunung sampai aksi pengembalian kalpataru, baru-baru ini.  Adapula bertema harapan perbaikan, seperti lukisan berjudul Kembali ke energi surya dan angin.

“Dengan gambaran dalam lukisan ini Andreas ingin mengingatkan kerusakan alam sudah begitu parah. Bumi harus dijaga, demi generasi ke depan, generasi Jingga,” kata Alien, sapaan akrab Khalisah, ibu Jingga, selaku Kepala Departemen Jaringan dan Pengembangan Sumber Daya Walhi Nasional, di Jakarta, Jumat (4/10/13).

Malam itu Andreas tak bisa hadir. Kata Alien, dia terserang demam berdarah hingga harus beristirahat. Usai Alien memberi sambutan, pengunjungpun langsung menikmati suguhan yang sebagian besar kisah sedih bumi ini. Lukisan pameran tunggal Andreas ini dilelang. Di antara pengunjung pun sudah ada yang menandai lukisan-lukisan pilihan mereka.

Lukisan Andreas Iswinarto berjudul Piramida villa gunung estate= piramida bencana ekologi

Andreas Iswinarto, lahir di Yogyakarta pada 1965. Dia pernah mengenyam kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Namun, dia memutuskan berhenti setelah berkenalan dengan gerakan lingkungan, era 90 an. Kali pertama dia aktif berkampanye menolak pembangungan pembangkit listrik tenaga nulkir.  Lalu dia bergabung di Walhi, dari 1998 sampai 2007. Kini dia di Sarekat Hijau Indonesia.

Melukis dan menggambar mulai getol dilakoni pada pertengahan 2010. Dia menggunakan media beragam, baol kertas, dengan cat minyak, akrilik, cat tembok, polycrayon, sampai tinta cina alias arang.  Setahun belakangan ini, Andreas mulai menggunakan kanvas.

Andreas mempunyai galeri online bertitel Lentera Pembebasan. Pameran yang pernah diusung antara lain Tribute to Wiji Thukul-Padepokan Lembah Ibarat, Malang pada 2011, Caping Emas untuk Kaum Tani, Bandung pada 2011. Pada 2012, dia mempersembahkan pameran Tribute to Munir, dan Melawan Lupa-14 Tahun Reformasi di Galeri Kontras Jakarta.

Beragam acara akan dihelat Walhi dalam ulang tahun kali ini. Tak hanya pameran lukisan. Pada 11 Oktober 2013 ada obrol bareng mengenai Seni dan Perubahan Sosial dan 17 Oktober tentang Bersih-bersih Parlemen Perusak Lingkungan. Lalu,12 Oktober 2013, ada workshop komik, dan pada 17 Oktober 2013, ada suguhan jazz akuistik dan lelang lukisan.

Lukisan berjudul Bencana pembakaran hutan (peradaban)
Lukisan berjudul Pohon polusi dan pohon hayati
Exit mobile version