,

Kebun Binatang Indonesia Dinilai Tempat Pembunuhan Satwa

Beberapa hari lalu, komodo di Kebun Binatang Surabaya, tewas. Bukan itu saja, puluhan kematian serupa menimpa satwa-satwa di kebun binatang negeri ini. Sumatran Orangutan Conservation Programme (SOCP), dan organisasi perlindungan satwa liar di Sumatera Utara,  menilai, kondisi ini karena pengelolaan kebun binatang di Indonesia sangat buruk.

Ia Singleton, Direktur Konservasi SOCP, mengatakan, pengelolaan yang buruk membuat mayoritas kebun binatang di Indonesia menjadi tempat pembunuhan satwa.

Dia mencontohkan, kematian jerapah di Kebun Binatang Surabaya (KBS), setelah pemeriksaan, ditemukan 20 kilogram plastik dalam perut jerapah itu. Pemberian makanan dan minuman satwa juga jauh dari standar.

“Harusnya konsep kebun binatang itu konservasi, konservasi dan konservasi. Setelah itu baru diikuti penelitian dan pendidikan,”  katanya di sela pembukaan Musyawarah Nasional Perhimpunan Kebun Binatang Seluruh Indonesia  (PKBSI) XII,  di Medan, Kamis (28/11/13). Singleton, berharap pengelolaan kebun binatang mengacu kepada standar yang ditetapkan. “Ini harus berpulang dari kita semua.”

Senada diungkapkan Armen Maulana, Tim kampanye Komunitas Perlindungan dan Pembebasan Satwa Liar. Dia menyatakan, kurun waktu enam bulan terakhir, setidaknya ada 141 satwa mati di kebun binatang di Indonesia. “Ini akibat tidak beres dan tidak serius pengelolaan pada satwa.”

Di KBS, bukan hanya jerapah. Beberapa waktu lalu, orangutan, tiga harimau, 18 komodo, dan enam penyu juga burung mati, karena tak mendapatkan perawatan maksimal.

Di Kebun Binatang Jambi, satwa juga mengalami nasib sama. Kasus terakhir, ditemukan dua singa Afrika dan harimau Sumatera mati. Dari penelusuran, satwa-satwa itu mati, diracun. Dari pemeriksaan medis, di dalam tubuh singa dan harimau itu, ditemukan striknin. “Racun itu sengaja diberikan untuk membunuh singa dan harimau, setelah itu, baru mereka jual apa yang laku di seluruh tubuh mereka.”

Di Medan, kata Maulana, ada puluhan satwa mati di Taman Margasatwa Medan (TMM). Satwa mati karena tak terurus baik, dan perawatan tidak layak. Ada gajah, siamang, orangutan Sumatera, kera Jepang betina, dan burung merpati yang mati sepanjang 2008, 2010 dan 2011.

“Kami setuju kalau Kebun Binatang disebut sebagai tempat pembunuhan satwa. Mereka mati, 98 persen akibat tak diurus, mengakibatkan terserang penyakit, hingga sengaja dibunuh. Kembalikan satwa-satwa ini ke alam liar.”

Evaluasi Menyeluruh

Zulkifli Hasan, Menteri Kehutanan, yang hadir dalam acara itu menegaskan,  akan mengevaluasi menyeluruh kebun binatang di Indonesia. Seluruh pengurus PKBSI dan 56 lermbaga konservasi di Indonesia, harus memperbaiki sistem yang kurang benar ini.

Dia mengatakan, semua pihak wajib mengikuti standar kebun binatang agar konsep konservasi bisa berjalan. “Kehidupan satwa mendapat perhatian serius pemerintah, terutama satwa langka. Jika mati, pengelola dapat dikenakan sanksi.” Ketika ditanya upaya mengembalikan satwa-satwa itu ke alam liar, kata Zulkifli hal itu sudah dilakukan dan terus berjalan.

Menjawab kerusakan hutan menyebabkan satwa kehilangan habitat, katanya, kedepan tak akan ada izin penebangan hutan yang mengakibatkan penggundulan.”Percayalah, saya serius. Kita semua harus menjaga alam agar ada keberlangsungan hidup makhluk di dalamnya.”

Salah satu harimau Sumatera bernama Wesa di Taman Margasatwa Medan. Foto: Ayat S Karokaro
Salah satu harimau Sumatera bernama Wesa di Taman Margasatwa Medan. Foto: Ayat S Karokaro
Ayu terus menambah asupan untuk tubuhnya agar bisa kembali pulih secara total setelah keracunan. Foto: Meiliana/ Taman Rimbo Jambi
Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,