Pesut Mahakam Mati Terjerat

Lumba-lumba air tawar yang terkenal dengan mana Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris), ditemukan tewas di kawasan Muara Semayang, Desa Sangkuliman, Kabupaten Kutai Kertanegara, Pertengahan bulan ini,. Mamalia air tawar tersebut ditemukan tewas terlilit oleh rengge atau alat penangkap ikan milik nelayan.

Pesut tersebut ditemukan oleh Emon, warga Desa Sangkuliman sekitar pukul 18.00 Wita. Saat di temukan pesut tersebut tersangkut di bawah keramba milik Emon dalam keadaan mati. Diperkirakan pesut tersebut telah mati sebelumnya.  Hal ini diketahui dari luka yang terdapat pada tubuh pesut tersebut ditemukan oleh warga.

Yayasan Conservation Foundation for Rare Aquatic (RASI) saat mengetahui peristiwa tersebut langsung melakukan pemeriksaan terhadap pesut tersebut. “Setelah memanggil kepala desa bangkai pesut diangkut ke rakit kepala desa dan diikat dan simpang di air sampai besok pagi sehingga dapat dilakukan otopsi pada Selasa kemarin,” kata Ir Budiono Direktur Yayasan Konservasi RASI.

Pesut di otopsi untuk mencari penyebab kematian. Foto: Hendar
Pesut di otopsi untuk mencari penyebab kematian. Foto: Hendar

Menurut  Budiono, pada saat ditemukan pesut masih dalam keadaan utuh namun badannya terlilit nilon rengge dengan ukuran mata rengge 15 cm, yang terutama terlilit di ekornya. Diduga oleh warga bahwa pesut setelah tersangkut rengge di Danau Semayang atau muara Danau  Semayang. Lalu dilepaskan oleh pemilik rengge dalam keadaan mati kemudian menghanyut ke Sungai Pela dimana akhirnya sangkut di keramba pak Emon.

Saat ini pihak RASI telah melakukan otopsi, yang dilakukan oleh satu assisten dokter hewan Caecilia Nurimpikanasari. Konklusi pemeriksaan adalah bahwa pesut adalah jantan dan usia di atas 20 tahun yang dapat dilihat dari giginya. Pesut ini mati akibat kekurangan oksigen (asphixiation) dikarenakan tidak dapat ambil oksigen karena posisi tersangkut di dalam air.

Pada saat badan dibuka banyak gas keluar dan diperkirakan pesut ini mati pada tanggal 13 April. Terdapat pula dalam maag segumpulan tali rengge yang sudah lama seberat 1 kg dengan bekas tulang ikan. Setelah di identifikasi oleh Dr Danielle Kreb bahwa itu pesut tersebut telah di-identifikasi sebelumnya melalui pemotretan sirip punggung ketika muncul dengan kode PM 2. Pesut ini pertama kali difoto pada tahun 1999 di Muara Pahu.

Pesut mahakam (Orcaella brevirostris) adalah sejenis hewan mamalia yang sering disebut lumba-lumba air tawar yang hampir punah karena berdasarkan data tahun 2007,  populasi hewan tinggal 50 ekor saja dan menempati urutan tertinggi satwa Indonesia yang terancam punah. Secara taksonomi, pesut mahakam adalah subspesies dari pesut (Irrawaddy dolphin).

Tidak seperti mamalia air lain yakni lumba-lumba dan paus yang hidup di laut, pesut mahakam hidup di sungai-sungai daerah tropis. Populasi satwa langka yang dilindungi undang-undang ini hanya terdapat pada tiga lokasi di dunia yakni Sungai Mahakam, Sungai Mekong, dan Sungai Irawady.

Pesut ini ditemukan di banyak muara-muara sungai di Kalimantan, tetapi sekarang pesut menjadi satwa langka. Selain di Sungai Mahakam, pesut ditemukan pula ratusan kilometer dari lautan, yakni di wilayah Kecamatan Kota Bangun, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Habitat hewan pemangsa ikan dan udang air tawar ini dapat dijumpai pula di perairan Danau Jempang (15.000 ha), Danau Semayang (13.000 ha), dan Danau Melintang (11.000 ha).

Pesut mempunyai kepala berbentuk bulat (seperti umbi) dengan kedua matanya yang kecil (mungkin merupakan adaptasi terhadap air yang berlumpur). Tubuh pesut berwarna abu-abu sampai wulung tua, lebih pucat dibagian bawah – tidak ada pola khas. Sirip punggung kecil dan membundar di belakang pertengahan punggung. Dahi tinggi dan membundar; tidak ada paruh. Sirip dada lebar membundar.

Pesut bergerak dalam kawanan kecil. Walaupun pandangannya tidak begitu tajam dan kenyataan bahwa pesut hidup dalam air yang mengandung lumpur, namun pesut merupakan ‘pakar’ dalam mendeteksi dan menghindari rintangan-rintangan. Barangkali mereka menggunakan ultrasonik untuk melakukan lokasi gema seperti yang dilakukan oleh kerabatnya di laut. Populasi hewan ini terus menyusut akibat habitatnya terganggu, terutama makin sibuknya lalu-lintas perairan Sungai Mahakam, serta tingginya tingkat erosi dan pendangkalan sungai akibat pengelolaan hutan di sekitarnya. Kelestarian Pesut Mahakam juga diperkirakan terancam akibat terbatasnya bahan makanan berupa udang dan ikan, karena harus bersaing dengan para nelayan di sepanjang Sungai Mahakam.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,