Mongabay.co.id

Lahan Gambut di Rasau Jaya Mulai Terbakar

Sulin tampak lelah pagi itu. Sesekali dia menyeka peluh di dahi.  Pria paruh baya ini baru saja dari kebun. Dia mencangkul membuat pembatas sambil menyirami tanaman. Harapannya, rumah dan tanaman yang tersisa tak terbakar.

Lebih sepekan ini, berhektar-hektar kebun warga di Sekunder C, Desa Rasau Jaya, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, terbakar, termasuk kebun Sulin.

Di kebun Sulin, tampak pohon rambutan tinggal puing-puing. Begitu juga nenas, tebu, bahkan sawit. Sekitar lahan gambut yang terbakar, masih banyak tanaman lain, seperti jagung, karet, dan tebu. Dia khawatir, tanaman yang tersisa pun dilalap api.

“Sudah sekitar 2,3 hektar kebun saya terbakar. Habis rambutan, nenas, sawit, dan lain-lain,” katanya Sabtu (2/8/14).

Dia berusaha menahan kebakaran agar tak meluas dengan membuat parit kecil dan menyirami dengan air. “Tapi tak mampu saya.”

Warga tak hanya khawatir tanaman, tetapi rumah mereka juga terancam. Bara api terus berjalan mendekati pemukiman.

Sulin sudah melaporkan kebakaran ini kepada Manggala Agni, tetapi tak juga mendapat bantuan pemadaman. “Mereka bilang, saya harus lapor ke atasan. Kalau petugas yang lapor tak didengar. Saya tak tahu siapa atasannya. Ginilah, sampai sekarang, kita sendiri yang usaha padamkan.”

Dia berharap, pemerintah daerah segera memberikan bantuan pemadaman kebakaran lahan gambut ini. Menurut dia, warga sudah mengetahui mengenai kebakaran lahan ini. Jadi, dalam membuka lahanpun mereka tak pakai cara membakar. “Kami tahu itu. Tapi tak tahu ini api darimana. Mula-mula dari belakang sana. Angin kuat lalu sampai ke sini,” ujar dia.

Tanaman milik Sulin yang ludes terbakar. Kebakaran terus meluas dan makin mendekati pemukiman warga. Foto: Sapariah Saturi
Sulin tengah menggali tanah membuat pembatas agar kebakaran tak menjalar ke rumah dan tanaman. Foto: Sapariah Saturi

Kebakaran lahan gambut juga terjadi di Desa Rasau Jaya II dan lebih parah. Dari jalan raya, asap menyelimuti cukup tebal. Sekitar 100 meter dari jalanan, belasan hektar lahan gambut ‘membara.’

Tampak tanaman warga bertumbangan dan tinggal puing-puing. Di kiri kanan jalan setapak menuju kebun dilalap api. Bunyi api memakan pepohonan terdengar kuat, tetapi api hanya tampak sesekali. Hanya panas dan asap tebal menyesakkan nafas.

Rusli, yang memiliki tiga hektar kebun sawit tengah sibuk menyedot air guna menyelamatkan tanamannya yang masih belum terbakar. Dia punya kebun sawit tiga hektar berusia lima tahun, sebagian ada yang berbuah. “Sudah dua hektar habis, tinggal satu hektar ini yang saya usaha jaga,” katanya.

Di bagian lain tampak tanaman jagung, nenas singkong yang hangus. “Ada yang sudah lapor BNPB, katanya hari ini mau datang. Tapi tak jadi. Polisi pun sudah datang tiga orang. Foto-foto lalu pulang.”

Rusli berharap, pemerintah segera memberikan bantuan pemadaman api jika tidak kebakaran akan meluas. “Kebakaran dari Rabu (30 Juli).” Dia juga berharap, hujan turun agar api dan bara padam.

Entah mengapa badan yang mengurus penanggulangan kebakaran lahan dan hutan lamban bergerak. Padahal, Kalimantan Barat, merupakan salah satu daerah yang menjadi prioritas penanganan.

BNPB menyebutkan, ada sembilan provinsi mendapat perlakuan khusus, yaitu Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, dan Kalimantan Barat. Lalu, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara.

Taufikurahman, kadaops Manggala Agni Rasau Jaya kala dihubungi  Mongabay, belum bisa berkomentar. “Saya lagi berkendara. Bisa hubungi besok ya.”

Pepohonan yang tumbang dilalap api dan kebakaran yang terus meluas melalap kebun warga di Desa Rasa Jaya. Foto: Sapariah Saturi
Asap tebal diikuti bunyi api memakan dahan terus menjalar di lahan gambut Desa Rasau Jaya II. Kapan pemerintah mulai turun membantu? Foto: Sapariah Saturi

Hendrikus Adam dari Walhi Kalbar mengatakan, musim kemarau memang rawan kebakaran hutan dan lahan hingga menyebabkan kabut asap. Terlebih kawasan bergambut seperti di Kalbar, lahan mudah dilalap api dan sulit dipadamkan.

Kebakaran lahan gambut di Rasau, katanya, seharusnya mendapatkan penanganan segera, terlebih warga sudah melaporkan peristiwa itu. “Ini bentuk partisipasi warga guna meminimalisir dampak kebakaran lahan. Penting direspon segera agar kebakaran tak meluas dan tak berkepanjangan.”

Menurut dia, dalam menanggulangi kebakaran lahan dan hutan ini perlu keterlibatan semua pihak. Termasuk, tak membiarkan baik sengaja maupun tidak kebakaran itu.

Selama ini, kebakaran hutan dan lahan, terutama di konsesi perusahaan,  belum mendapatkan perhatian serius, misal penindakan hukum masih lemah.

Belum ganggu penerbangan

Meskipun kebakaran lahan mulai terjadi di sekitar Bandara Supadio Pontianak, seperti di Rasau Jaya, namun belum mengganggu penerbangan. Pantauan Mongabay, pada Sabtu (2/8/14), penerbangan berjalan lancar sesuai jadwal. Menurut petugas di bandara, sudah ada asap sedikit namun belum menggangu penerbangan. Selama Lebaran ini, belum ada penundaan penerbangan karena asap.

Lahan gambut di kebun warga yang dilalap api di Desa Rasau Jaya II. Foto: Sapariah Saturi
Pohon-pohon yang hangus terbakar di Desa Rasa Jaya II. Kebakaran cukup hebata sudah berlangsung empat hari, tetapi belum ada penanganan dari pemerintah. Foto: Sapariah Saturi
Api menyala melalap kebun warga di Desa Rasau Jaya II. Pohon-pohon pun tampak hangus dan bertumbangan. Foto: Sapariah Saturi
Angin kuat, kebakaran makin meluas di Desa Rasau Jaya II. Pemilik kebun berusaha mandiri mengurangi dampak kebakaran dengan menyirami tanaman. Foto: Sapariah Saturi
Tanaman jagung warga mulai terbakar. Meskipun hanya asap tebal yang tampak, namun bara api berjalan dan terus meluas. Foto: Sapariah Saturi
Exit mobile version