,

Sensus Sungai Ecoton, Kali Brantas Mulai Menunjukkan Pemulihan

Upaya kampanye pelestarian lingkungan khususnya di kawasan sungai Brantas, mulai mendatangkan hasil positif. Hasil pelaksanaan sensus ikan dalam Ekspedisi Brantas 2014, menunjukkan kondisi ekosistem sungai Brantas yang semakin membaik, khususnya di wilayah Kecamatan Balongbendi dan Tarik, di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.

Tim Ekpedisi Kali Brantas dari Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (Ecoton) yang melakukan sensus ikan, menemukan fakta kondisi Kali Brantas bagian hilir di Wilayah Kali Surabaya dari Mlirip, Singkalan, Bakung Pringgondani mulai menunjukkan kondisi yang semakin baik.

Riska Darmawanti, Kepala Peneliti Ecoton  mengatakan dari sensus ini , semakin banyak jenis ikan yang ditangkap, yang menjadi indikator semakin baiknya kondisi air sungai.

“Ada beberapa jenis ikan yang ditangkap di Desa Singkalan, beratnya mencapai 2,5 kilogram per ekor. Bobot ikan itu diatas bobot tertinggi ikan rengkik yang ditangkap tahun 2012-2013 lalu. Sehingga dapat disimpulkan kondisi airnya semakin baik dan dapat memberikan pertumbuhan yang optimum bagi ikan,” kata Riska

Ikan hasil tangkapan nelayan bersama Ecoton pada Ekspedisi Brantas 2014. Foto : Ecoton
Ikan hasil tangkapan nelayan bersama Ecoton pada Ekspedisi Brantas 2014. Foto : Ecoton

Rencananya Ekspedisi Brantas 2014 akan berlangsung mulai 8 – 23 September 2014, untuk mengetahui kondisi kualitas air sungai Surabaya, yang menjadi bagian hilir dari sungai Brantas.

Pulihnya kondisi kesehatan air sungai Surabaya menjadi harapan yang menggembirakan bagi masyarakat, setelah terjadinya kematian ikan massal di sungai Surabaya pada 26 Mei 2012 lalu, yang diduga akibat keracunan limbah yang dibuang industri langsung ke sungai.

“Ikan-ikan asli sungai Brantas seperti rengkik, jendil dan keting seakan-akan hilang punah sejak peristiwa ikan mati masal pada Mei 2012 lalu, yang indikasinya karena kecerobohan Pabrik Gula Gempolkrep,” tutur Zunianto, Koordinator Kampanye relawan Telapak Jatim.

Dari ekspedisi Ecoton itu, Zunianto mengatakan bahwa Kali Brantas yang masih memiliki kemampuan memulihkan diri

“Ini menjadi harapan bagi masyarakat, pemerintah dan swasta, untuk bekerjasama memulihkan kualitas air Kali Brantas dan Kali Surabaya, salah satunya menjaga agar tidak lagi dibuangi limbah,” tandas Zunianto.

Ikan hasil tangkapan nelayan bersama Ecoton pada Ekspedisi Brantas 2014
Ikan hasil tangkapan nelayan bersama Ecoton pada Ekspedisi Brantas 2014

Ekspedisi Brantas 2014 yang dilakukan Ecoton bersama aktivis lingkungan lainnya serta masyarakat nelayan, berhasil mendapatkan beragam jenis ikan jaring ikan melalui 100 kali tebaran jaring di sepanjang sungai Surabaya yang melintasi wilayah Tarik dan Balongbendo.

Beberapa jenis ikan yang berhasil ditangkap antara lain rengkik (Hemibragus nemurus), papar (Notopterus notopterus), kuthuk (Channa striatus), montho (Ostechillus hasseltii), jambal (Pangasius Djambalis), bader abang (Barbodes balleroides), bader putih (Barbodes gonionotus), ulo (Laides longibarbis), kething (Mystus pla), jendil (Pangasius nemurus).

Direktur Eksekutif Ecoton, Prigi Arisandi mengatakan, selain semakin beragamnya jenis ikan yang ditangkap, juga ditemukan ikan berjenis kelamin jantan.

“Ikan jantan mulai ditemukan, padahal sebelumnya ikan jantan sangat sulit ditemukan, karena banyak yang berubah jenis kelamin menjadi betina akibat limbah,” ujar Prigi.

Industri di sepanjang sungai Surabaya menurut Prigi sudah mulai berhati-hati dalam membuang limbahnya, meski masih ada juga yang membuang limbah melebihi baku mutu. Selain itu limbah domestik juga menjadi pekerjaan rumah yang penting untuk kualitas air sungai, selain penangkapan ikan yang masih menggunakan strum listrik maupun potas.

“Membaiknya kondisi ini diharapkan tetap bertahan, agar tidak ada lagi kerusakan ekosistem sungai maupun kematian ikan. Hal ini membutuhkan peran serta masyarakat untuk ikut menjaga sungai, serta ikut melestarikan ikan di Kali Brantas,” ucap Prigi.

Prigi Arisandi, Direktur Eksekutif Ecoton memperlihatkan ikan asli sungai Surabaya yang berhasil dijaring pada Ekspedisi Sungai Brantas Ecoton. Foto : Ecoton
Prigi Arisandi, Direktur Eksekutif Ecoton memperlihatkan ikan asli sungai Surabaya yang berhasil dijaring pada Ekspedisi Sungai Brantas Ecoton. Foto : Ecoton

Pemulihan populasi ikan asli serta ekosistem di sungai Brantas dapat berjalan lebih cepat bila didukung pula oleh gerakan masyarakat yang melakukan penanaman tanaman asli di bantaran sungai. Selain itu diperlukan peraturan desa, mengenai pelarangan penangkapan ikatn menggunakan setrum dan potas di desa-desa kawasan suaka ikan, sebagai upaya melindungi dan melestarikan ekosistem sungai.

Pengendalian Ikan Alien

Melalui Sensus Ikan Ekspedisi Brantas 2014, Ecoton juga mendata ikan-ikan alien atau ikan invasif seperti ikan nila, mujaer, pembersih kaca, yang mendominasi populasi ikan di sungai Surabaya maupun di sungai Brantas. Riska mengkhawatirkan populasi ikan invasif yang dominan dapat mengancam  kelestarian ikan asli maupun endemik.

“Keberadaan ikan-ikan alien atau ikan-ikan yang berasal dari luar Indonesia atau dari benua lain, yang dimasukkan ke dalam perairan darat  telah mengganggu kelangsungan hidup jenis ikan asli seperti ikan rengkik, kuthuk, jendil dan bader,” ungkap Riska yang juga Ketua Tim Ekspedisi Sungai Brantas 2014 Ecoton.

Riska mengungkapkan, keberadaan ikan-ikan invasif di Sungai Brantas memiliki kemampuan bertahan hidup yang cukup tinggi, dibandingkan jenis ikan asli sungai Brantas. Kondisi ini akan mengakibatkan menyusutnya ikan-ikan endemik Sungai Brantas.

“Selain kemampuan survival yang tinggi, jenis ikan nila mampu bertahan hidup pada kondisi kualitas air yang buruk. Pada kisaran oksigen terlarut rendah, ikan nila masih bisa hidup, sedangkan ikan seperti jenis ikan montho, ikan bader merah dan ikan bader kuniran, membutuhkan kondisi air dengan kandungan oksigen tinggi,” katanya yang menyebut kondisi air sungai Brantas masih belum buruk.

Untuk menyelamatkan ikan-ikan asli sungai Surabaya dan sungai Brantas yang terancam punah, Ecoton bersama Dinas Perikanan dan Kelautan (DPK) Provinsi Jawa Timur melakukan kegiatan pembiakan ikan asli dengan menangkap beberapa jenis ikan indukan yang terancam punah. Ikan-ikan itu antara lain rengkik, montho, jambal, bader abang, bader putih, dan jendil.

Konservasi ikan asli sungai Surabaya yang dilakukan Ecoton dan DPK Jatim, mulai dilaksanakan pada 9 September 2014 berupa domestifikasi ikan asli Sungai Brantas. Indukan ikan dari 6 spesies yang merupakan ikan asli akan ditangkap dan dibiakkan di laboratorium budidaya di Umbulan, Kabupaten Pasuruan.

Selain untuk kegiatan restoking, budidaya ini juga untuk mengembangkan potensi pangan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan protein. DPK Jatim juga melarang pelepasan ikan dari jenis ikan alien seperti mujaer, nila dan lele, yang dikhawatirkan dapat mengalahkan populasi ikan asli Sungai Brantas.

“Mulai tahun ini kami sudah menghentikan kegiatan pelepasan ikan ke perairan jenis nila maupun mujaer,” ujar Iswahyudi. Staff UPT Pengembangan Budidaya Air Tawar Umbulan, DPK Jatim.

Ikan-ikan yang akan dibudidayakan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur. Foto : Ecoton
Ikan-ikan yang akan dibudidayakan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur. Foto : Ecoton

Restocking menurut Riska, sangat penting dilakukan mengingat ancaman dari kegiatan penyetruman atau pemotasan masih cukup tinggi di sepanjang Kali Brantas. Namun restocking terkendala kurangnya bibit ikan yang akan dikembangbiakkan. Jenis-jenis ikan yang populasinya mulai menurun antara lain rengkik, papar, keting, jendil, palung, muraganting, bekepek, berot, dan sili.

“Usaha domestikasi ikan-ikan ini menjadi usaha yang penting, karena nantinya diharapkan mereka mampu dipijahkan di luar habitat aslinya. Ketika mereka mampu dipijahkan, maka kegiatan restocking dengan jenis ikan yang mulai langka dapat dilakukan tanpa khawatir kesulitan mendapatkan bibit ikan asli,” pungkasnya.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , ,