,

Yuk, Kita Jaga Kelestarian Terumbu Karang Unik di Teluk Balikpapan

Di Teluk Balikpapan, Kalimantan Timur, terdapat terumbu karang yang unik. Disebut unik karena berada di dalam teluk. Ini berbeda dengan keberadaan terumbu karang lainnya yang lebih dekat dengan pantai atau juga letaknya hingga 20 km dari laut terbuka. Terumbu karang ini berada di depan muara Sungai Berenga dan Muara Sungai Tengah, serta sekitar Pulau Balang.

Terumbu karang ini memiliki total luasan sekitar 400 meter persegi, yang terbagi dalam tiga tempat berbeda, yakni di Muara Sungai Berenga, Muara Sungai Tengah, dan Sekitar Pulau Balang. Namun, terumbu karang tersebut terancam  rusak.

Menurut Agung Darmawan, saat ditemui di Pos Angkatan Laut Kapung Baru Balikpapan belum lama ini, penyumbang terbesar kematian terumbu karang di Teluk Balikpapan ini adalah sedimentasi.

“Sedimentasi di kawasanTeluk Balikpapan sangat tinggi. Sebab, ada 10 sungai yang mengalir ke Teluk Balikpapan, yang membawa sedimentasi dari darat. Aktivitas galian di daratan yang kian meluas karena berbagai proyek juga menyebabkan tingkat sedimentasi menjadi tinggi,” kata pemerhati pesisir dan laut sekaligus penyelam senior di Balikpapan ini.

Selain itu, perubahan suhu dan salinitas (kadar asin) air laut turut mempengaruhi pertumbuhan terumbu karang. “Suhu di kawasan Teluk Balikpapan cukup tinggi dengan kisaran 29-32 derajat celsius, sementara terumbu karang nyaman hidup pada suhu 23- 25 derajat celcius,” kata Agung.

“Setiap tahunnya, kami melakukan pengecekan terumbu karang di Teluk Balikpapan. Terumbu karang yang hidup setiap tahunnya mengalami penurunan,” kata Darmansyah, nelayan dari Kampung Jenebora, Kabupaten Penajam Paser Utara, yang juga dikenal sebagai pegiat lingkungan hidup.

“Berdasarkan penelitian Yayasan Pesisir Kalimantan, pada 2012, karang keras dan karang lunak diperkirakan di bawah 15 persen,” kata Darmasyah yang mengetahui keberadaan Terumbu Karang saat penelitian Yayasan Pesisir dua tahun lalu itu.

Penelitian tersebut menggunakan reef chek (pemantauan karang) dengan metode Rapid Reff Assesmant (RRA) sesuai standar internasional. Tujuannya, untuk mendapatkan gambaran presentase tutupan karang yang hidup dan mati, dengan radius 10 kali 10 meter.

Mumun Saputra, Pengurus Yayasan Pesisir, membenarkan hal tersebut. Saat dihubungi Mongabay Indonesia (28/10/2014), ia mengatakan bahwa penurunan terumbu karang terjadi setiap tahun. Penyebabnya antara lain perambahan di hulu serta perputaran air di kawasan teluk. “Di teluk ini hanya ada pasang surut namun tidak ada perputaran air.”

Mumun menambahkan, bila pemerintah mau konsen terhadap penyelamatan terumbu karang, salah satu jalan yang bisa dilakukan adalah dengan melarang jalur transportasi atau alur pelayaran yang melintasi kawasan tersebut. “Dengan begitu, penyelamatan dan pengawasan lebih mudah dilakukan.”

Inilah kondisi karang lunak di perairan Teluk Balikpapan. Foto: Hendar
Inilah kondisi karang lunak di perairan Teluk Balikpapan. Foto: Hendar

Penjaga biota laut

Stanislav Lhota, peneliti asal Ceko sekaligus pemerhati Teluk Balikpapan, menjelaskan terumbu karang sebagai ekosistem memiliki peranan ekologi dan fisik. Secara ekologi, terumbu karang merupakan rumah bagi sebagian biota laut, serta tempat bertelur dan perawatan biota laut yang sedang dalam masa pertumbuhan. “Berkurangnya terumbu karang praktis menurunkan kualitas dan kuantitas biota laut,” katanya.

“Bila karang-karang rusak di kawasan Teluk Balikpapan, maka tidak ada lagi rumah bagi biota laut di kawasan teluk ini. Apalagi terumbu yang berada di Teluk Balikpapan termasuk terumbu karang yang unik karena berada di dalam teluk yang tidak seharusnya ada,” kata Stan Lhota.

Secara fisik, terumbu karang memiliki peran sebagai peredam gelombang. Jika terumbu karang berkurang, maka hutan mangrove di Teluk Balikpapan akan memiliki beban yang lebih berat meredam ombak. “Terumbu karang di Teluk Balikpapan merupakan garda terdepan penghalang ombak,” ujarnya.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,