Mongabay.co.id

Pesona Karst Sangkulirang, dari Biota Unik sampai Cap Tangan Purba

Pebukitan karst Sangkulirang, dari jauh tampak hijau nan indah. Dari dekat, begitu menakjubkan. Tak heran,  kala sebanyak 13 mahasiswa Institut Pertanian Bogor melakukan ekspedisi ke sana pada 1-28 Juli 2014. Dari ekspedisi mereka yang tergabung dalam Lawalata IPB di Kampung Merabu, Kecamatan Kela, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, ini menemukan beragam biota unik dan langka sampai cap tangan purba.

Viedela, dari Departemen Manajemen Lawalata IPB mengatakan,  memiliki karst Sangkulirang karena akan diajukan menjadi warisan dunia. “Jadi, dari ekspedisi ini diharapkan menjadi masukan,” katanya kepada Mongabay via surat elektronik.

Karst Sangkulirang kala dilihat dari atas puncak Bukit Ketepu. Karst Sangkulirang termasuk ke dalam tipe bentukan tower karst karena bentuk menyerupai tower-tower yang menjulang tinggi. Foto: Lawalata IPB

Mereka mulai ekspedisi ke Kampung Merabu, awal Juli 2014. Tim terbagi menjadi tiga kelompok. Pertama, tim endokarst, yakni,  menelusuri, pemetaan, dan inventarisasi biota goa. Kedua,  tim biodiversitas eksokarst, yang menganalisis vegetasi di sekitar mulut gua. Ketiga, tim sosial budaya, yang melakukan kajian pemanfaatan sumber daya hutan dan sejarah masyarakat adat.

Menurut dia, mereka mengkaji beberapa gua, yakni, Bloyot, Sedepan Bu, dan Lubang Tembus. “Setiap goa di sana memiliki keunikan masing-masing, seperti cap tangan dan beberapa lukisan gua purba di Bloyot, aliran air sungai di dalam Gua Sedepan Bu dan pancaran sinar unik dari jendela-jendela gua di Lubang Tembus,” ujar dia.

Tak hanya itu. Mereka menemukan beberapa keunikan biota gua, seperti jenis famili Scuttigeridae dengan warna ungu dan ukuran kecil. Biota ini, katanya sangat langka dan belum pernah ditemukan di goa-goa di Jawa.  “Ini menunjukkan ada perbedaan morfologi unik.”

Amblypigi yang ditemukan di Goa Sedepan Bu, karst Sangkulirang Kaltim. Foto: Lawalata IPB

Dia mengatakan, pepohonan di hutan Kampung Merabu masih sangat lebat dan beragam. Air sungai jernih mengalir dari hutan. Masyarakatpun mendapatkan air dengan mudah.  “Air jernih dan menyimpan kekayaan biota sungai seperti ikan, kepiting, dan labi-labi. Bisa makan ikan segar hasil memarang (menangkap ala Suku Dayak) sungguh sangat mengesankan,” ucap Viedela.

Selain itu, Kampung Merabu juga memiliki kearifan lokal dan adat istiadat cukup kuat. Masyarakat sana percaya, mereka dari sosok bidadari cantik, bernama Bunga Inu. “Cap dan lukisan purba dipercaya miliki Bunga Inu.”

Hal lain yang menarik di kampung ini adalah Telaga Nyadeng dan Puncak Ketepu. Air di Telaga Nyadeng berwarna biru segar dan meiliki beragam ikan yang terlihat dari permukaan. Dari Puncak Ketepu, keindahan karst bisa terlihat. Ada juga Danau Tebo, konon memiliki air sangat jernih dan hamparan lahan luas dengan flora dan fauna masih liar. “November ini kita fokus pembuatan buku agar pengalaman dan pelajaran ini bisa dinikmati banyak orang.”

Diplopoda, salah satu jenis biota goa yang beradaptasi secara morfologi dengan hilangnya pigmen warna dalam tubuh.Biota ini dapat ditemukan di Goa Lubang Tembus, karst Sangkulirang. Lawalata IPB
Goa Lubang Tembus, sebagai pintu untuk memasuki dunia gelap sistem pergoaan. Uniknya, mulut goa ini berupa dinding yang jarang ditemukan di goa-goa di Jawa. Foto: Lawalata IPB
Scutigeridae, famili dari jenis ini ditemukan di Goa Sedepan Bu. Jenis ini menunjukkan ciri yang berbeda dengan kerabatnya yang banyak ditemukan di goa-goa di Jawa. Warna tubuh memiliki corak ungu. Foto: Lawalata IPB
Genangan air di Goa Sedepan Bu, yang menjadi salah satu obyek menarik. Foto: Lawalata IPB
Exit mobile version