,

Mampukah Pesona Situs Megalitik di Lahat Bertahan dari Kepungan Tambang?

Jika berkunjung ke Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan, sebuah kabupaten yang berada di sekitar Bukit Barisan yang luasnya mencapai 4.361,83 kilometer persegi, kita akan terpesona dengan keberadaan situs Megalitik Pasemah. Tercatat, sekitar 1.027 tinggalan megalitik tersebut tersebar di 41 situs penuh sejarah tersebut.

Megalitik yang bentuknya sudah dinamis, seperti patung manusia memeluk gajah, harimau, kerbau, dililit ular, dan sebagainya, merupakan bukti kebesaran kebudayaan Bukit Barisan Pasemah (Lahat, Pagar Alam, dan Empatlawang) yang pernah tumbuh dan berkembang sekitar 2.000 tahun lalu.

Kristantina Indriastuti dari Balai Arkeologi Palembang beberapa waktu lalu menjelaskan situs-situs itu saat ditemukan berada di persawahan, ladang-ladang atau kebun kopi dan bahkan berada di pekarangan rumah.

Beberapa situs yang telah diidentifikasi, menurut Kristantina, adalah Lubuk Tabun, Pajar Bulan, Tanjung Telang, Karang Dalam, Lesung Batu, Pagaralam, Tinggihari, Sawah Jemaring, Gunung Megang, Kampung Bakti, Pajar Bulan, dan Muara Danau.

Arca yang ada di Komplek Megalitik Tinggi Hari I. Foto: Rahmadi Rahmad
Arca yang ada di Komplek Megalitik Tinggi Hari I. Foto: Rahmadi Rahmad
Arca Babi yang berada di Situs Megalitik Tinggi Hari I. Foto: Rahmadi Rahmad
Arca Babi yang berada di Komplek Megalitik Tinggi Hari I. Foto: Rahmadi Rahmad

Keberadaan situs megalitik tersebut, meskipun belum ada penelitian ilmiahnya, membangun sebuah asumsi jika Kerajaan Sriwijaya dibangun oleh kekuatan dari dalam, bukan dari luar. “Selama ini orang memperkirakan Kerajaan Sriwijaya dibangun oleh kekuatan dari luar seperti India atau Tiongkok. Dengan adanya bukti keberadaan Megalitik Pasemah yang begitu tinggi nilainya, sangat dimungkinkan Kerajaan Sriwijaya dilahirkan dari tanah Melayu sendiri. Apalagi banyak bangsa di Asia mengaku berasal dari Pasemah, seperti halnya bangsa Korea,” kata Jemi Delvian, musisi dari Hutan Tropis, yang juga pegiat lingkungan hidup, beberapa waktu lalu.

Ironinya, meskipun sudah mendapatkan penghargaan dari MURI sebagai kabupaten paling banyak tinggalan megalitik pada 2012,tapi belum ada langkah jelas dari pemerintah untuk mengupayakannya sebagai cagar budaya.

Padahal ancaman terhadap situs megalitik itu cukup besar dengan maraknya aktivitas penambangan batubara di Lahat. Potensi batu bara di Lahat, selain di Kecamatan Merapi Barat,  terdapat juga di Merapi Timur, Kota Lahat, Pulau Pinang, Kikim Barat, Gumay Talang, serta Kikim Timur, yang potensinya sebesar 2,9 miliar ton.

Arca seorang ibu menyusui anaknya yang berada di Komplek Megalitik Tinggi Hari II, Lahat, Sumatera Selatan. Foto: Rahmadi Rahmad
Arca seorang ibu menyusui anaknya yang berada di Komplek Megalitik Tinggi Hari II, Lahat, Sumatera Selatan. Foto: Rahmadi Rahmad
Arca yang berada di Komplek Megalitik Tinggi Hari II. Foto: Rahmadi Rahmad
Arca yang berada di Komplek Megalitik Tinggi Hari II. Foto: Rahmadi Rahmad

Berdasarkan penelusuran Mongabay Indonesia, Gumay merupakan wilayah yang banyak ditemukan situs megalitik. Seperti di Tinggi Hari, yang memiliki tiga lokasi situs (Tinggi Hari I, II dan III). Kemudian di halaman Camat Gumay Ulu, serta di Desa Tanjung Raja (Komplek Megalit Tanjung Raya) yang baru ditemukan. “Kemungkinan akan lebih banyak lagi ditemukan. Sebab wilayah itu sangat ideal sebagai lokasi permukiman manusia di masa lalu. Sementara Gumay, merupakan wilayah yang diperkirakan paling banyak cadangan batubara di Lahat,” ujar Kristantina

Terhadap ancaman ini, Irfan Witarto, Budayawan Lahat, dengan singkat menjawabnya, “Jika ada situs situs sejarah di Lahat yang dirusak atau coba dirusak maka kita akan menuntut dengan UU Cagar Budaya.”

Tapi pencegahan jauh lebih baik. Hukuman seberat apa pun diberikan para perusak situs sejarah, tidak sebanding jika situs tersebut sudah rusak. “Hukuman tidak dapat mengembalikan situs sejarah yang telah rusak,” paparnya.

Arca Manusia yang oleh penduduk setempat disebut Patung Imam. Foto: Rahmadi Rahmad
Arca Manusia yang oleh penduduk setempat disebut Patung Imam. Foto: Rahmadi Rahmad
Arca Manusia di Komplek Megalitikum Tinggi Hari III. Foto: Rahmadi Rahmad
Arca Manusia di Komplek Megalitikum Tinggi Hari III. Foto: Rahmadi Rahmad

Tulisan ini hasil kerja sama Mongabay dengan Green Radio

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,