Mongabay.co.id

Selamatkan Ikan Hiu Paus di PLTU Paiton, KKP Bentuk Tim Terpadu

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) membentuk tim terpadu untuk mengevakuasi  seekor ikan hiu paus (Rhincodon typus) yang diperkirakan terjebak sejak Senin (02/02/2015) di kanal PLTU Paiton, Probolinggo, Jawa Timur.

“Tim terdiri dari Angkatan Laut, Polair, Dishub laut, Basarnas, Dinas KKP provinsi dan kabupaten, perguruan tinggi, dokter hewan, serta LSM baik lokal maupun internasional,” kata Agus Dermawan, Direktur Kawasan Konservasi Dan Jenis Ikan KKP saat dihubungi Mongabay, pada Senin (09/02/2015).

Untuk itu, tim akan bertemu pihak PLTU Paiton pada Rabu (11/02/2015) untuk merumuskan langkah-langkah yang tepat guna menyelamatkan spesies yang dilindungi tersebut.

“Begitu mendengar kabar tersebut, saya langsung tugaskan kepala balai (Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir Laut / BPSPL Denpasar) untuk cek ke lapangan dan berkoordinasi dengan pihak PLTU Paiton,” katanya.

Pihak KKP juga kini sedang meneliti penyebab ikan hiu paus tersebut terjebak masuk dalam kanal PLTU Paiton. Ada tim ahli yang khusus menyelidiki hal tersebut. “Ini pertama kalinya terjadi ada hiu paus terjebak masuk kanal PLTU. Di luar dugaan. Biasanya yang sering terjadi hiu paus terperangkap jaring nelayan,” ujarnya.

Karena itu, penyelamatan hiu paus tersebut tentu memerlukan tindakan yang khusus. Berbeda dengan ketika terperangkap jaring nelayan. Proses pelepasan kembali ke laut bisa lebih mudah dilakukan.

“Kalau yang terperangkap jaring nelayan, kita tinggal tarik ke laut. Bisa menggunakan kapal. Ini situasinya berbeda. Karena itu akan kami rumuskan hari Rabu ini untuk menentukan langkah yang tepat. Jangan sampai ketika nanti kita angkat, hiu paus itu mati. Kita harus berhati-hati,” paparnya.

Ia juga menekankan bahwa hal yang harus dipahami bahwa hiu paus itu jenis ikan yang bernafas dengan insang. Bukan mamalia. Sehingga ketika nanti proses pengangkatan dilakukan, harus dipastikan ikan tersebut selalu mendapatkan kecukupan air. Saat proses pengangkatan hingga lepas kembali ke laut membutuhkan waktu 30 menit. “Kalau tidak bisa bahaya. Mungkin harus disediakan baskom ukuran besar,” ujarnya.

Hasil penyelidikan sementara menunjukan muara di PLTU tersebut mengandung air yang hangat. Selain itu unsur haranya subur. Banyak ikan kecil hidup di sana. Sehingga ini diindikasikan menjadi penyeban hiu paus tersebut mendekat ke arah PLTU Paiton. Untuk mencari makan, atau cuaca yang hangat.

“Pemantauan kondisi kesehatan hiu paus tersebut juga terus dilakukan. Kemungkinan hiu paus tersebut terluka sebelum masuk ke dalam kanal PLTU. Bisa jadi terluka karena terkena kapal atau arus di laut lepas,” paparnya. Untuk itu tim dokter hewan terus memantau kesehatan hiu paus itu sebelum nantinya dilepasliarkan kembali ke laut.

Kanal tempat ikan hiu paus terperangkap dikatakan Agus masih bisa dianggap aman. Tapi tentu tidak bisa terus membiarkan ikan hiu paus itu tetap berada di sana. Pelepasliaran kembali ke laut lepas harus segera dilakukan.

“Tapi tetap harus berhati-hati. Makanya ada dokter hewan masuk dalam tim. Jangan sampai hiu paus itu tersedot arus di dalam kanal. Hari Rabu, kami akan membicarakan resiko-resiko ini. Setelah sepakat, langsung bisa kita lepasliarkan kembali. Bisa hari itu juga atau besok harinya,” ujarnya.

Agus juga mengatakan, pihak KKP sangat peduli dengan hal ini. Karenanya akan terus berkoordinasi dengan banyak pihak untuk menyiapkan waktu dan sarananya. “Pihak PLTU Paiton juga aktif berkoordinasi dengan kami. Pokoknya kami all out menyelamatkan hiu paus tersebut,” ujarnya.

Untuk mengantisipasi hal itu terulang kembali, KKP sudah membuat pedoman penanggulangan mamalia dan ikan terdampar di pesisir pantai. SOP tersebut disebar di lokasi yang rawan terjadi kasus serupa. “Kita sudah sering melakukan pelatihan yang melibatkan berbagai instansi di Bali, NTB, NTT, Riau, Yogyakarta, Sulsel, Banten dan Probolinggo,” katanya.

Sosialiasi kepada masyarakat di pesisir laut untuk melindungi ikan yang terancam punah juga terus dilakukan. Sehingga ketika ada ikan hiu paus terperangkap jaring nelayan, bisa langsung dilepasliarkan kembali ke laut.

“Hiu paus hidup soliter. Ia bermigrasi dari satu tempat ke tempat lain. Bisa untuk cari makan atau karena faktor cuaca. Ia berpindah ke tempat yang lebih hangat. Di Indonesia hiu paus bisa ditemui di NTT, NTB, Bali hingga Probolinggo,” pungkasnya.

Exit mobile version