Mongabay.co.id

Ketika Lagu Hutan Tropis Menyentuh Hati Masyarakat Sumatera Selatan

Ingat dengan Hutan Tropis Band? Grup musik yang hadir karena galau terhadap pesoalan lingkungan hidup di Sumatera Selatan dan Indonesia?

Perlahan, lagu bertema cinta lingkungan yang diusung musisi muda asal Kota Palembang ini telah menyentuh hati masyarakat Sumatera Selatan. Tak terkecuali Alex Noerdin, Gubernur Sumatera Selatan. Secara langsung, Alex mengapresiasi karya musik yang bercerita alam semesta ini dan berharap masyarakat Sumatera Selatan bangga dengan kehadiran grup musik Hutan Tropis.

“Nah, bagus sekali. Album ini, sebaiknya produksinya diperbanyak lagi. Kalau bisa setiap warga Sumatera Selatan mendapatkannya,” kata Alex Noerdin seusai menerima CD Album Hutan Tropis berwarna coklat, dan selembar poster yang bertuliskan “Kabut Asap Jangan Terulang. Jaga Hutan dan Lahan Gambut”, dari Jemi Delvian, vokalis Hutan Tropis.

Sebelum menerima album dan poster tersebut, Alex menikmati dua lagu berjudul “Bumi Bukan Hanya Hari Ini” dan “Kekasih Cantik Berperahu” yang ditampilkan Hutan Tropis saat acara pencanangan “Gerakan Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut 2015” di Desa Sungai Baung, Kecamatan Air Sugihan, Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, Selasa (03/03/2015) lalu.

Alex berharap lagu-lagu milik Hutan Tropis seperti Bujang Gambut, Kepak Semesta, Bumi Bukan Hanya Hari Ini, Kebun Terakhir, Kekasih Cantik Berperahu, Rain Forest, Kincir, dan Beri Kami Sedikit Tanah, mampu membangun kesadaran warga Sumatera Selatan yang mencapai 8,4 juta jiwa untuk menjaga lingkungan hidup. Khususnya, hutan dan lahan gambut.

Terhadap keinginan Alex Noerdin tersebut, Jemi Delvian, mengucapkan terima kasih. “Kami memang punya rencana pentas di 20 titik. Saat ini sudah manggung di dua tempat, yang intinya selain menghibur juga mengkampanyekan persoalan kebakaran hutan dan lahan gambut. Kami ingin Indonesia, khususnya Sumatera Selatan (Sumsel), ke depan, bebas dari kebakaran hutan dan lahan gambut. Meskipun itu tidak gampang, tapi kita harus bersatu memperjuangkannya,” kata Jemi, yang didampingi Herwin Meidison (gitar), Andi Achmad (gitar), David Wibowo (bas), dan Iftah Auladi (drum).

Alex Noerdin dan Jemi Delvian saat bersama mengkampanyekan “Kabut Asap Jangan Terulang. Jaga Hutan dan Lahan Gambut.” Foto: Jimi Pieter

Kabut asap memberi pelajaran

Sebelumnya dalam sambutannya, Alex Noerdin mengatakan, Sumsel memperoleh banyak pelajaran terkait bencana kabut asap yang terjadi selama ini. Tahun ini, Sumsel melakukan gerak cepat jangan sampai bencana kabut asap kembali terjadi dan berdampak buruk bagi kesehatan masyarakat, aktivitas pendidikan, transportasi, bahkan menganggu sektor perdagangan dan ekonomi. Sumsel tak ingin dikenal sebagai daerah produsen asap, dan Indonesia dicitrakan sebagai pengekspor asap ke negara tetangga.

“Gerakan Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan ini harus memberi aksi nyata. Tahun 2015 ini, Indonesia menargetkan bebas asap, zero burning. Khusus Sumsel, kita mulai dari sekarang,” ujar Alex Noerdin.

Alex mengatakan, pemerintah bersama perusahaan dan masyarakat Sumsel harus bekerja sama mencegah kebakaran hutan dan lahan. Perusahaan dapat melaksanakan program pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan hutan dan lahan perkebunan dan hutan tanaman industri (HTI). Dengan penguatan perekonomian masyarakat dan pelibatan mereka dalam gerakan pencegahan kebakaran hutan dan lahan (Gerkarhutlah), kebakaran hutan dan lahan yang 90 persen diakibatkan oleh kesalahan dan kelalaian manusia dapat dicegah sejak awal.

Gerkarhutlah sejalan dengan pengarahan Siti Nurbaya Bakar, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang disampaikan pertengahan Januari lalu, di Griya Agung, Palembang. Saat pertemuan dengan kepala daerah di Sumsel, pengusaha perkebunan dan HTI, Siti Nurbaya mengatakan strategi penanggulangan kebakaran hutan dan lahan tahun 2015 memiliki dua dimensi, yakni pencegahan dan penegakan hukum.

Hutan Tropis Band saat mengkampanyekan peduli lingkungan melalui musik pada acara Gerakan Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut 2015. Foto: Jimi Pieter

Tulisan ini hasil kerja sama Mongabay dengan Green Radio

Exit mobile version