Mongabay.co.id

Menelusuri Jejak Para Penghuni Leuser

Harimau, gajah, badak dan orangutan. Inilah antara lain, empat jenis satwa langka dan dilindungi yang hidup di Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), baik di Sumatera Utara maupun Aceh.

Untuk mengamati satwa-satwa ini, saya bersama tim Balai Besar TNGL, pertengahan Juni 2015, turun ke lapangan. Perjalanan melalui hutan belantara, selama dua hari.

Perjalanan terhenti di hutan Halaban, Langkat. Kami menemukan jejak kaki gajah, dan kotoran yang diduga masih baru. Tim observasi dan mengambil kesimpulan gajah liar baru melintas sekitar enam atau delapan jam lalu. Tidak jauh dari sana, ditemukan sejumlah pohon kecil dan lokasi pembibitan sedikit rusak.

Di dekat situ, ditemukan jejak orangutan. Terlihat bekas rumah dibangun dari ranting pohon yang tersusun rapi. Tampak orangutan bergelantungan bermain sambil mencari makan.

BBTNGL memasang camera trap di sejumlah titik. Ketika dibuka, rekaman menemukan jejak dua spesies lain, badak dan harimau. Bahkan, badak dewasa cula dua, terlihat bermain di lumpur. Terlihat pula, badak melintasi kamera pada malam hari, bersama anakan. Sedangkan harimau terekam melintas dan sangat sehat.

Kuswandono, Kepala Bidang Teknis BBTNGL, mengatakan, mencari jejak empat satwa kunci ini, selain dengan pemantauan langsung, dan menggandeng sejumlah mitra. Juga pemasangan camera trap di sejumlah lokasi yang diduga peredaran satwa–satwa ini.

Dari pemantauan BBTNGL, gajah, yang termonitoring sekitar 160, orangutan sekitar 6.000-an, badak teridentifikasi 12, dan harimau sekitar 100-an.

Gajah Sumatera, terekam kamera di Taman nasional Gunung Leuser. Foto: Ayat S Karokaro

Di beberapa lokasi TNGL, masih memiliki daerah penyangga. Namun, ada juga kawasan langsung berbatasan dengan areal penggunaan lain hingga menjadi tantangan tersendiri. Artinya, jika serius ingin melindungi hutan konservasi kata Kuswando, tidak bisa dilakukan sendiri oleh BBTNGL, harus bersama pemerintah daerah, politisi lokal, dan masyarakat tinggal di sekitar.

Demi keberlanjutan satwa-satwa ini, habitat mereka harus terjaga. Perambahan atau penebangan ilegal, sangat berbahaya bagi keberlangsungan hidup mereka. “Jadi harus ditekan dengan penindakan, pencegahan, dan pemahaman mengenai apa saja di TNGL yang harus dijaga dan tidak boleh diambil.”

Panut Hadisiswoyo, Direktur yayasan Orangutan Sumatera Lestari-OIC, mengatakan, kebanyakan wilayah hutan dataran rendah di TNGL memiliki tekanan cukup tinggi bagi kehidupan satwa, seperti perambahan di Besitang. Daerah ini, menjadi satu-satunya hutan dataran rendah tersisa di TNGL bagian Sumut.

Orangutan, katanya, dulu berada di dataran rendah. Saat ini makin terdesak ke hutan makin tinggi karena banyak tekanan dari aktivitas manusia. Mereka harus beradaptasi. Dulu, tidak banyak orangutan hidup ketinggian lebih 1.000 meter. Sekarang, dari beberapa survei, sudah banyak orangutan hidup di sana.

Orangutan tampak bermain di hutan Padang Halaban, TNGL. Pemandangan ini membuat BBTNGL agak lega karena kemungkinan mereka berkembang makin tinggi. Foto: Ayat S Karokaro
Gajah Sumatera tertangkap kamera di kawasan hutan TNGL Langkat. Ditaksir usia masih muda. Jika hutan terjaga, mereka bisa terhindar dari kepunahan. Foto: Ayat S Karokaro
Exit mobile version