Mongabay.co.id

Indahnya…Pulau di Papua Ini Pepohonan Berbuah Satwa

Kalau pepohonan berdaun rimbun atau berbuah lebat, tentu sudah biasa. Nah, di Pulau Um ini, pepohonan berdaun lebat dan berbuah satwa. Wah! Kalau malam, pepohonan dipenuhi burung camar. Siang hari, ia menjadi ‘rumah’ bagi kalong (sebangsa kelelawar (Chiroptera) bertubuh lebih besar, tergolong marga Pteropus familia Pteropodidae). Pulau ini tepatnya berada Kampung Malaumkarta, Distrik Makbon,  Kabupaten Sorong, Papua Barat.

Ketika sampai di pulau ini, kita akan disuguhi pemandangan indah. Menakjubkan. Pantai pasir putih, dengan panorama laut lepas. Air biru, jernih. Pengunungan dan hutan Sorong tampak berundak-undak hijau dari kejauhan. Pepohonan hijau tumbuh cukup rapat menjulang tinggi di pulau ini.

Cit..cit…cit…citt…ciit….” Suara riuh kalong, sahut menyahut menyambut pengunjung.

Kala pagi hingga sore hari, pepohonan di pulau ini menjadi rumah kalong. Sore hingga pagi hari, burung-burung camar mengganti posisi, kala kalong terbang mencari makan. Foto: Sapariah Saturi

“Boleh kita lihat, asal jangan diganggu. Tak boleh dilempar, dilihat saja,” kata Ones, pemuda adat Moi Kelim, yang menemani melihat-lihat pulau ini. Pulau ini terbilang kecil, paling perlu 20-25 menit buat mengelilingi sambil menikmati keindahan laut dan pepohonan yang ‘berbuah’ kalong.

Ones menceritakan, kawasan ini dilindungi oleh masyarakat adat Moi Kelim. Tak boleh ada yang menggangu satwa di darat maupun di laut. Bahkan, pepohonan tumbang juga tak diganggu. Pulau Um ini, tak berpenghuni manusia. Orang boleh datang, hanya untuk berkunjung melihat-lihat. Ia hanya menjadi rumah bagi satwa-satwa, antara lain camar dan kalong. Dua satwa ini berbagi ruang hidup. Kala, pagi hingga sore hari, ‘wilayah’ ini ditinggali kalong.

Kalong-kalong ini berjumlah, ratusan, mungkin sampai ribuan, memenuhi pohon-pohon. Saking, banyaknya, pohon-pohon bak berbuah kalong. Mereka bergelantungan. Sesekali ada yang terbang lalu bergelantungan lagi.

Inilah Pulau Um itu. Foto: Sapariah Saturi

Kala sore hari, camarpun mulai datang dan ‘menguasai’ kawasan hingga pagi menjelang.  “Kalau musim angin, ada dua-dua. Camar kadang bermain dengan ikan,” kata Antonius Mobilala, Guru SMP di Kampung Kuadas, Distrik Makbon. Saat itu, Mobilala, bersama istri dan anak-anak liburan ke Pulau Um. Mereka berenang dan berlarian dengan riang di pantai dan pasir putir nan bersih.

“Kadang-kadang kita di kampung ini liat burung camar. Kalau sudah camar turun ke laut maka akan banyak ikan. Ikan merah, cakalang, ekor kuning, tenggiri sampai gurita,” katanya.

Pulau Um tak hanya ‘rumah’ camar dan kalong. Ada juga penghuni lain, seperti biawak. Kala musim bertelur, penyu juga datang bertelur. “Kadang-kadang kalau sudah naik, lepas telur, kita juga bantu gali. Desember, panyu bertelur,” katanya.

Apa yang ada di Palau Um ini dilindungi oleh masyarakat adat Moi Kelim. Ia tak boleh diganggu baik satwa maupun tumbuhan. Foto: Sapariah Saturi

Telur penyu di pulau ini aman. Hanya predator alam, biawak  atau soa-soa yang kadang mengintai telur-telur ini. “Kalau kita ada, marahin biawak lari masuk.”

Bukan hanya camar dan kalong yang tak bisa diganggu di kawasan sekitar ini. Masyarakat adat Moi Kelim, juga melindungi biota laut di perairan mereka. Tak boleh ada yang  main tangkap ikan, apalagi pakai alat-alat berbahaya atau beracun. “Kita liat saja, tetapi tidak bisa ganggu,” ucap Mobilala.

Bagi dia, dan keluarga, pulau ini salah satu pilihan favorit liburan atau akhir pekan.Wisatawan juga biasa ramai datang ke pulau ini. “Pas liburan biasa ramai ke sini. Catatan tak boleh ganggu. Tetap ada yang mendampingi dari warga.”

Kawasan ini, katanya, dilarang memakai jaring, atau tombak kala menangkap ikan. “Mancing boleh. Semua sudah kawasan lindung oleh masyarakat,” ujar dia. Upaya ini, katanya, demi kebaikan masyarakat juga agar mendapatkan ikan tak perlu jauh-jauh ke tengah laut.

Untuk mengunjungi pulai ini sebenarnya mudah. Dari Kota Sorong, ke Kampung Malaumkarta, Kabupaten Sorong, ditempuh menggunakan mobil sekitar dua sampai tiga jam. Tergantung kondisi jalan. Secara umum, jalanan sudah mulus, beraspal. Tetapi, ada beberapa bagian jalan rusak hingga harus berhati-hati  terlebih kala musim penghujan.

Setelah sampai Kampung Malaumkarta, Distrik Makbon, ada sampan atau speed boat kecil, muat lima atau enam orang yang bisa disewa. Warga ramah dan senang hati membantu atau memberi penjelasan bagi yang ingin bertanya-tanya soal sewa speed boat, atau mencari guide.  Dari Malaumkarta, pulau sudah tampak, hanya perlu 15-20 menit perjalanan, sudah sampai di sana.  Ayo, tunggu apalagi?

Laut di perairan masyarakat adat Moi Kelim ini juga dilindungi. Tak boleh ada tangkap ikan pakai jaring atau bom, atau alat berbahaya lain demi menjaga pasokan ikan. Warga boleh menangkap dengan memancing. Foto: Sapariah Saturi

Anak-anak tengah asik bermain di Pulau Um. Warga boleh datang berkunjung dan melihat-lihat, tetapi tak boleh mengganggu apalagi merusak. Foto: Sapariah Saturi
Kalong-kalong asik bergelantungan sambil mengeluarkan suaran cuit bersahut-sahutan. Foto: Sapariah Saturi
Kayu-kayu tumbang juga tak diganggu. Dibiarkan begitu saja, malah memperindah pemandangan pulau. Foto: Sapariah Saturi
Pulau Um, salah satu tempat liburan menarik di Kabupaten Sorong. Bisa bermain di pantai pasir putih yang bersih sambil menikmati laut dan kalong yang bergelatungan. Foto: sapariah Saturi
Sesekali kalong-kalong ini terbang. Berputar-putar sebentar, lalu kembali higgap di pepohonan. Foto: Sapariah Saturi
Akar-akar pohon yang tumbang, tak diganggu…Foto: Sapariah Saturi
Pantai Pulau Um yang bersih. Foto: Sapariah Saturi
Pepohonan di Pulau Um, yang menjadi rumah para satwa-satwa itu. Foto: sapariah Saturi
Exit mobile version