Mongabay.co.id

Gara-gara Asap, Nelayan Bajo di Gorontalo Sering Salah Arah

Siapa yang tak mengenal keahlian Suku Bajo dalam mengarungi lautan? Mereka dijuluki sebagai pengembara laut yang ulung. Bahkan, Suku Bajo disebut sebagai perpustakaan terlupakan yang dipenuhi harta karun pengetahuan kelautan.

Namun, sejak adanya aktivitas pembakaran hutan, dampaknya begitu terasa pada Suku Bajo yang berada di pesisir Teluk Tomini. Asap yang disebabkan oleh pembakaran hutan itu menyebar di perkampungan nelayan Bajo Torosiaje, Kabupaten Pohuwato, Gorontalo.

“Gara-gara asap ini, nelayan sering salah arah selepas pulang mencari ikan,” kata Umar Pasandre, tokoh Bajo Torosiaje, ketika dihubungi Mongabay, Minggu (25/10/15).

Asap mulai menyebar di perkampungan seminggu lalu. Sejak itu, kata Umar, hampir setiap hari ada nelayan yang salah arah ketika pulang melaut. “Misalkan, ada nelayan yang mau pulang ke Torosiaje, malah tembus ke kampung Molosipat. Atau malah ada yang mau ke Moutong, Sulawesi Tengah.”

Menurut Umar, nelayan Bajo memiliki ilmu perbintangan dalam membaca alam. Saat turun melaut malam hari, mereka akan membaca bintang di langit. Mereka mempunyai posisi melaut sesuai arah bintang, yang diajarkan sejak nenek moyang. Selain itu, mereka juga tahu arah angin dan mengandalkan kemampuan membaca gelombang siang hari.

“Sepulang melaut, penandanya adalah gunung besar dan kecil yang ada di pulau. Sejak seminggu lalu, gunung tidak terlihat karena tertutup asap.”

Titik api

Meski tidak separah Kalimantan dan Sumatera, Gorontalo juga mengalami kejadian pembakaran hutan. Namun Umar Pasandre tidak bisa memastikan dari mana asal asap yang menyebabkan nelayan di kampung mereka sering salah arah.

“Ada yang bilang asapnya kiriman dari Kalimantan. Tapi saya menduga, asap ini juga karena pembakaran hutan di Gorontalo,” katanya.

Tidak jauh dari perkampungan bajo Torosiaje, terdapat hutan primer yang kini menjadi sasaran perusahaan sawit. Tercatat ada empat perusahaan sawit yang berkegiatan di sana dibawah bendera perusahaan PT. Kencana Agri, yang disokong oleh Wilmar Group.

Umar Hasan, salah seorang tokoh masyarakat di Desa Telaga, Kecamatan Popayato, Kabupaten Pohuwato, mengungkapkan kalau tidak jauh dari daerahnya juga ia melihat ada pembakaran hutan. “Saya tidak tahu siapa yang melakukan pembakaran. Tapi lokasinya dekat dengan perkebunan sawit.”

Amsurya Warman Asa, Program Manajer Burung Indonesia di Gorontalo, mengatakan pada September, mereka sudah mendeteksi ada 34 titik api di Gorontalo yang tersebar di Kabupaten Pohuwato, Boalemo, Gorontalo Utara, dan Gorontalo.

“Sekarang, kami mendapat laporan ada aktivitas pembakaran di Kecamatan Wonggarasi, dekat Desa Bohusami,” kata Amsurya, Jumat (23/10/15).

Asap yang terlihat jelas dari perkampunga di Dulamayo, Kabupaten Gorontalo. Foto: Christopel Paino

Sementara itu, ketua Taruna Siaga Bencana (Tagana) Kabupaten Gorontalo Utara, Risan Demanto, mengungkapkan bahwa api yang membakar sebagian hutan di Kecamatan Sumalata dan milik warga sudah dipadamkan dalam lima hari oleh tim relawan.

“Namun yang kami khawatir apinya akan menuju ke selatan Sumalata Timur, dan mendekati hutan Suaka Margasatwa Nantu. Kami lihat asap di hutan masih tebal,” ujar Risan.  

Sebelumnya, pada 19 Oktober 2015, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Bandara Djalaludin Gorontalo menyebutkan ada 22 titik api yang terdeteksi di wilayah Gorontalo. Menurut Fathuri, prakirawan BMKG, pihaknya mendeteksi wilayah yang terbanyak titip apinya ada di Kabupaten Gorontalo Utara.

“Berdasarkan citra satelit, ada 15 titik api yang tersebar di Kecamatan Sumalata, Kwandang, dan Gentuma Raya,” ungkapnya.

Selain di Gorontalo, api juga membakar hutan yang ada di Kecamatan Suwawa Timur, Kabupaten Bone Bolango; Kecamatan Taluditi dan Buntuila, Kabupaten Pohuwato; Kecamatan Asparaga, Kabupaten Gorontalo; serta Kecamatan Mananggu, Kabupaten Boalemo. Karena pembakaran hutan ini, asap terlihat jelas dan menutupi gunung yang mengelilingi Kota Gorontalo.

Menurut BMKG, akibat angin permukaan yang bertiup dari arah selatan, wilayah Gorontalo mendapat kiriman asap dari daerah tetangga seperti Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara.

Bahkan pada Sabtu (24/10/15), akibat asap tersebut jadwal penerbangan di bandara Djalaludin terganggu. Pesawat yang membawa rombongan haji, yang sudah tiba di Bandara Sultan Hasanudin Makassar, harus menunda penerbangan ke Gorontalo. Karena jarak pandang kurang baik, hanya dua kilometer. Namun, setelah beberapa jam, jarak pandang mulai membaik.

Exit mobile version