September 2015, NASA secara resmi mengumumkan ditemukannya air yang mengalir di permukaan Planet Mars. Penemuan ini memunculkan harapan akan ditemukannya makhluk hidup di planet merah tersebut.
Namun, hingga saat ini, NASA (National Aeronautics and Space Administration) belum menemukan tanda-tanda organisme hidup yang mampu bertahan di planet yang kering, dingin, dan oksigen sangat tipis.
Ternyata, makhluk yang bisa hidup di kondisi ekstrim tersebut, bisa ditemukan di planet kita, Bumi. Namanya Tardigrada yang dijuluki “water bear” atau beruang air yang merupakan salah satu organisme mikroskopik.
Makhluk ini, awalnya organisme air tawar. Namun, kini telah beradaptasi hidup di berbagai tempat. Tardigrada/Tardigrade bisa berumur lebih dari 200 tahun dan tetap hidup saat dibawa ke luar angkasa.
Bentuknya mirip ulat laut, dengan cakar di kaki yang membuatnya dipanggil “beruang air.” Gerakannya di dasar air yang tertutup lumut amat lambat. Lebih dari 900 spesies ini hidup di air tawar, sementara 10 jenis lainnya ada di laut. Mulai dari Gunung Himalaya, Gurun Sahara, hingga Hutan Amazon dan air yang membeku di Arktik, ia bertahan hidup.
Menurut para ahli, mikroorganisme yang ukurannya tidak lebih dari 1 mm ini mampu bertahan hidup karena kemampuannya melakukan cryptobiosis, yaitu mematikan seluruh fungsi tubuh mereka. Kecuali, fungsi-fungsi yang penting ketika ia berada di daerah yang tidak memungkinkan untuk hidup.
Pada 1920, seorang profesor Jerman menemukan tardigrada selamat meski direbus pada suhu 150 derajat Celcius, dan tetap hidup meski dibekukan selama berhari-hari di suhu di bawah 200 derajat Celcius. Makhluk ini bahkan mampu bertahan terhadap paparan radiasi hingga 5.700 gray, padahal 10-20 gray saja akan membunuh manusia dan sebagian besar hewan di bumi.
Yang mengejutkan, pada 2007 hewan ini dibawa ke luar angkasa oleh European Space Agency (ESA) dengan Pesawat Foton-M3 dengan misi TARDIS (Tardigrade in Space). Tardigrada diuji kemampuan bertahan hidup di sana.
Hasilnya mengejutkan. Makhluk ini mampu bertahan dalam kondisi hampa udara, dipapar sinar kosmik. Beberapa bahkan selamat dari radiasi sinar ultra violet lebih dari 1.000 kali lipat dari yang diterima permukaan bumi.
Tak hanya itu. Setelah wahana luar angkasa tersebut kembali ke bumi, para ahli menemukan banyak dari mereka yang bertahan hidup. Bahkan, tardigrada betina bertelur selama di angkasa, dan anak-anaknya menetas, sehat saat kembali ke bumi.
Tardigrada merupakan bagian dari supefilum Ecdysozoa yang jumlah kakinya delapan. Tardigrada pertama kali dideskripsikan oleh Eprhaim Goeze pada 1773. Nama Tardigrada berarti “pejalan lambat” yang diberikan oleh Spallanzani (1777). Panjang tubuh tardigrada dewasa adalah 1,5 mm dan terkecil ukurannya 0,1 mm. Larvanya berukuran 0,05 mm.
Sebagian besar Tardrigrada makan dengan menyedot cairan lumut dan ganggang. Sebagian lagi merupakan karnivora yang bahkan diketahui bisa memangsa tardrigrada lainnya. Hewan ini termasuk satwa sangat tua, fosil yang ditemukan dipercaya berumur 500 juta tahun lalu.