Mongabay.co.id

Fengshen Kali Brantas, Upaya Pemulihan Ikan dan Biota Air

Fengshan Kali Brantas merupakan gerakan peduli menjaga kelestarian sungai dan makhluk hidup. Hakikatnya, tindakan menebar cinta kasih kepada semua makhluk agar terjaga kehidupannya.

Pada upacara Fengshen Kali Brantas kali ini dilepaskan sebanyak 50.000 ikan yang terdiri dari 11 spesies. Diantaranya, bader putih (Barbodes gonionotus), bader merah (Barbodes balleroides), kuniran (Mystacoleucus marginatus), montho (Osteochillus hasseltii), seren (Toxetes javolator), rengkik (Hemibragus nemurus), jendil (Pangasius micronemus), papar (Notopterus notopterus), keting (Mystus plaiceps), wader (Rasbora argyrotaenis), dan welut (Monopterus albus).

Yuska Harimurti, perwakilan Buddhist Education Centre menuturkan, air merupakan komponen dasar penciptaan semua makhluk hidup sehingga manusia diminta bertindak bijak dalam memanfaatkan dan memperlakukan sungai secara seimbang dan berkesinambungan. “Keserakahan dan jiwa pembunuh manusia bila tidak dikendalikan akan membawa bencana,” ujarnya belum lama ini.

Aktivis Ecoton, Daru Setyo Rini mengatakan, kegiatan Fengshen terhadap Kali Brantas, khususnya Kali Surabaya ini ingin mengajak dan mengingatkan masyarakat untuk ikut melestarikan dan menjaga kualitas air. Karena, air selain sebagai bahan baku air minum masyarakat juga sebagai rumah bagi ikan dan makhluk air lainnya. “Dengan menebar ribuan ikan, masyarakat diingatkan bahwa sungai merupakan tempat hidupnya ikan.”

Ekspedisi Brantas menjaring ikan di Kali Surabaya untuk sensus ikan yang dilakukan 2014 lalu. Foto : Ecoton

Upacara Fengshen juga merupakan upaya memulihkan makhluk hidup khususnya ikan yang keberadaannya mulai terganggu atau berkurang di suatu habitat. Kondisi Kali Surabaya beberapa tahun terakhir mengalami degradasi kualitas air, akibat pencemaran dari industri maupun rumah tangga.

Pencemaran ini menyebabkan banyak spesies ikan mati. Upaya perbaikan dan pemulihan kembali sungai sebagai sebuah ekosistem sangat diperlukan, agar keseimbangan lingkungan tercipta dan bencana yang lebih besar dapat dicegah. “Manusia harus hidup berbagi dengan ikan, karena bumi tidak hanya diciptakan untuk manusia saja, tetapi juga untuk semua makhluk ciptaan Tuhan. Kita harus menjaga alam sebaiknya, terutama sungai,” tandas Daru.

Sebelumnya, dalam menangani pencemaran di Kali Surabaya, Ecoton bersama beberapa aktivis lingkungan di Surabaya, telah menebarkan 10.000 benih ikan rengkik, sejenis ikan khas di kali tersebut. Tujuannya, untuk menggantikan ikan yang mati akibat pencemaran air kali oleh limbah industri di Surabaya.

Terkait kondisi Kali Surabaya, Perum Jasa Tirta Asa II Kota Surabaya, April 2013, pernah menyampaikan bahwa sekitar 62% pencemaran Kali Surabaya disebabkan dari limbah domestik rumah tangga. “Selama ini belum ada peraturan yang mengatur limbah domestik rumah tangga ini,” ungkap Kepala Divisi Asa III Perum Jasa Tirta Uli Muspardewanto.

Uli juga mengatakan, tidak ada instalasi pengolahan air limbah (IPAL) secara komunal untuk mengolah limbah rumah tangga tersebut. Ada beberapa, tapi skala kecil atau di beberapa tempat seperti di BLH (Badan Lingkungan Hidup) dan Pengairan. Sedangkan yang dibuat oleh pemerintah daerah belum ada. “Jangan sampai kasus pencemaran kali Surabaya yang berujung pada matinya ribuan ikan yang dilakukan PG Gempol Kerep terulang kembali,” paparnya.

Exit mobile version