, , ,

Kena Jerat Baja, Harimau di Sumbar Ini Kehilangan Satu Kaki

Harimau Sumatera (Phantera tigris Sumatrae) terkena jerat pemburu di Kampung Taratak, Kanagarian Mandeh, Kecamatan Koto XI Tarusan pada (25/5/16). Harimau yang dijuluki Bujang Mandeh ini mengalami luka cukup parah terkena jerat sling baja hingga kaki depan kanan membusuk dan terpaksa harus amputasi.

Dokter hewan, Idham Fahmi yang mengevakuasi mengatakan, sling baja penjerat merupakan jerat khusus harimau. Dampak jeratan, harimau berbobot 90 kilogram, panjang dua meter itu infeksi parah hingga ke bahu.

Dari luka, katanya, diperkirakan harimau sudah terjerat sekitar tiga hari, jika terlambat dilepaskan, kemungkinan besar akan mati karena infeksi dan dehidrasi.

Idham mengatakan, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) berupaya tak amputasi, dengan harapan jika kaki tak cacat harimau bisa dilepasliarkan. Seiring perkembangan,  ternyata terpaksa amputasi. Operasi oleh lima dokter hewan sekaligus dari Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan (TMSBK) Bukittinggi pada (31/5/16). Operasi selama dua jam dari pukul 16.00-18.00.

Usai operasi, tim dokter mengobservasi efek bius terhadap tubuh harimau yang diperkirakan berumur lima tahun ini. Barulah malam hari, sekitar pukul 21.00 harimau bisa urinasi (mengeluarkan urin).

“Kita terus pantau setiap dua jam sekali. Kondisinya pagi hari sudah bagus, ia sudah mau makan-minum dan efek bius sudah selesai. Tim dokter sedang maintenance efek luka, pantauan terakhir luka mulai mongering,” kata Idham.

Kaki depan kanan harimau ini membusuk dan terpaksa diamputasi. Foto: Vinolia
Kaki depan kanan harimau ini membusuk dan terpaksa diamputasi. Foto: Vinolia

Putusan amputasi, katanya, hasil diskusi dengan tim pakar harimau Sumatera, seperti dari Taman Safari Indonesia (TSI) dan konsultan harimau. Setelah amputasi, harimau tak bisa lepas kembali ke habitat di hutan Taratak Mandeh karena kondisi tanpa tangan akan memudahkan konflik langsung antara harimau dengan manusia. Harimau juga akan kesulitan berburu makanan.

Dengan kondisi harimau begini, membuat pupus impian warga di Kampung Taratak, Kenagarian Mandeh, Koto XI Tarusan. Sebelumnya, warga meminta kepada BKSDA agar “inyiak” mereka kembali ke hutan.

Idham mengatakan, kemungkinan sulit memenuhi keinginan warga karena harimau sudah tak layak rilis. Meski begitu, harimau masih bisa untuk dikembangbiakkan. “Di Lembaga Konservasi ada pengembangan plasma nutfah satwa langka indonesia, jadi si Bujang mandeh ini akan jadi pejantan.”

Di TMSBK juga ada Bancah, harimau dari Sawahlunto, juga diamputasi. Bancah memiliki banyak anak.

Pantauan Mongabay beberapa hari lalu, kondisi Bujang Mandeh tampak sehat. Ia diletakkan di kandang perawatan karena kaki belum pulih dan masih sangat liar.

Kepala Bidang Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan (TMSBK) Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bukittinggi, Ikbal, Rabu (8/6/16) mengatakan, Bujang belum bisa ke area bermain karena kondisi masih sangat liar. Beberapa hari lalu, katanya, saat petugas TMSBK datang memberikan makanan, harimau ini bereaksi menyerang. “Ini menyebabkan luka bekas amputasi di lengan depan berdarah lagi. Saya isolasi lagi. Kami harus pelan-pelan saat meletakkan makan dan minum agar tak terkejut,” katanya

Tim, saat meyelamatkan harimau masuk perangkap. Foto: Vinolia
Tim, saat meyelamatkan harimau masuk perangkap. Foto: Vinolia

Medan sulit

Sebelum sampai di TMSBK Bukittinggi, Jumat malam (27.5/16), Bujang Mandeh menempuh perjalanan panjang dari tempat terjerat perangkap warga. Ia dievakuasi dari ladang kopi di Bukit Karambia, Kanagarian Mandeh, Koto XI Tarusan, Pesisir Selatan (Pessel). Menurut laporan warga, harimau malang itu bergelantungan sejak tiga hari belakangan.

Setelah mendapatkan laporan warga Kamis, (26/5/16), rombongan terdiri dari tim BKSDA, dokter hewan, aparat TNI/Polri dan wartawan bertolak dari Padang menuju Pesel, tempat harimau terjebak. Menempuh perjalanan dua jam mengendarai kendaraan roda empat, rombongan tiba di perkampungan warga. Lanjut berjalan kaki menempuh lereng perbukitan sangat terjal selama dua jam.

Rombongan baru tiba di Bukit Karambia sore hari. Menurut penuturan warga yang ikut rombongan, butuh waktu dua jam lagi sampai di puncak bukit tempat harimau terjerat. Rombongan sempat melanjutkan perjalaan, karena hari mulai gelap, tim kekurangan penerangan, evakuasi dilanjutkan keesokan hari. Rombongan menginap di rumah warga.

Pagi hari, rombongan melanjutkan perjalanan ke tempat harimau terjerat, menempuh perjalanan sekitar empat jam dari perkampungan. Mereka mulai mendengar auman harimau. Tim medis segera menyiapkan senapan bius.

Setelah berjalan beberepa meter, terlihatlah harimau bergelantungan dengan posisi kaki kanan terjerat sling baja. Tepat di puncak bukit. Ia terus mengaum, bagian kaki lain terus menggapai-gapai, meski terluka ia tampak lincah.

Harimau mengalami luka cukup parah. Kaki kanan bagian depan membusuk. Menurut tim BKSDA, Zulmi Gusrul,  jerat Sling baja memang dipasang sebagai perangkap harimau yang sering masuk kebun warga.

“Lokasi harimau terperangkap itu perkebunan cengkih warga, jebakan sling sepertinya sengaja dibuat untuk menangkap Harimau,” katanya.

Evakuasi jarimau ke TMSBK setelah kesepakatan dengan warga. Dalam kesepakatan itu, masyarakat Mandeh meminta BKSDA, berkenan mengembalikan harimau ke habitat setelah menjalani pengobatan. Saat itu, BKSDA belum bisa menjanjikan apa-apa melihat kondisi kaki depan harimau cukup parah.

Walinagari Mandeh, Jasril RB mengatakan, masyarakat berharap harimau bisa kembali  karena warga merasa satwa ini bagian masyarakat Mandeh. Harimau sering menuntun warga kampung saat tersesat di hutan. Dia menduga, jerat di puncak Bukit itu bukan oleh warga setempat melainkan masyarakat kampung lain yang berniat jahat.

Salah seorang tim Dokter hewan memperlihatkan bagian kaki depan harimau sumatera yang baru saja menjalani operasi amputasi lengan kanan bagian depan (Metacarpal dextra). Tindakan ini terpaksa dilakukan karena kaki Harimau Sumatera tersebut mengalami infeksi akibat terjerat perangkap warga jenis sling baja di Taratak Mandeh, Kabupaten Pesisir Selatan beberapa waktu lalu. Foto: Vinolia
Salah seorang tim Dokter hewan memperlihatkan bagian kaki depan harimau sumatera yang baru saja menjalani operasi amputasi lengan kanan bagian depan (Metacarpal dextra). Tindakan ini terpaksa dilakukan karena kaki Harimau Sumatera tersebut mengalami infeksi akibat terjerat perangkap warga jenis sling baja di Taratak Mandeh, Kabupaten Pesisir Selatan beberapa waktu lalu. Foto: Vinolia

Harimau kembali masuk kampung

Berselang beberapa hari evakuasi harimau di Kenagarian Mandeh, petugas BKSDA Sumbar kembali menerima laporan konflik harimau. Zulmi Gusrul menyebutkan, harimau masuk kampung dan muncul dekat pemukiman warga di Sungai Liku Ateh Kanagarian Sungai Liku Palangai, Ranah Pesisir, Pesel. Harimau dilihat warga Sungai Liku Ateh, bernama Kewi (60).

Warga terkejut ketika harimau tak jauh dari hadapannya sedang menerkam sapi. Beruntung harimau tak menyerang Kewi.

Kala itu, Kewi hendak pergi ke lading, tak jauh dari rumah. Di tengah jalan, dia terkejut ketika harimau sedang menerkam sapi peliharaannya. Beberapa sapi Kewi dilepas sekitar ladang.

Beberapa personil kepolisian dari Polsek Ranah Pesisir ke lokasi menemukan jejak kaki harimau berukuran besar. Hasil identifikasi terhadap sapi, ditemukan luka robek bagian kanan.

“Kami menduga harimau lapar lalu menerkam sapi warga. Sapi luka paha kanan membuat sapi tersungkur,” kata Kapolsek Ranah Pesisir Iptu Busrial saat dihubungi Mongabay. Busrial menambahkan, medan sulit dan licin membuat evakuasi sapi sulit.

Camat Ranah Pesisir, Irwan mengimbau, masyarakat waspada, jika perlu tak memasuki ladang yang jauh dari pemukiman. Begitu juga ternak agar tak dilepas, karena diyakini harimau masih tak jauh dari pemukiman.

Harimau sesaat setelah evakuasi pelepasan jerat. Foto: Vinolia
Harimau sesaat setelah evakuasi pelepasan jerat. Foto: Vinolia
Harimau pasca operasi. Foto: Vinolia
Harimau pasca operasi. Foto: Vinolia
Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , ,