Mongabay.co.id

Ini Dia Hasil Pertemuan Terumbu Karang di Manado

Pada 28-29 Juni lalu, Indonesia menggelar pertemuan Consultating Meeting on Implementation of UNEA-2 Resolution on Sustainable Coral Reefs Management yang dilangsungkan di Manado, Sulawesi Utara. Pertemuan tersebut membahas dua agenda penting, yakni keamanan pangan dan pemutihan terumbu karang (coral bleaching).

Setelah dua pekan berlalu, rekomendasi dan aksi dari hasil pertemuan tersebut akhirnya dirilis resmi oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Sekedar informasi, pertemuan penting tersebut menjadi tindak lanjut dari pertemuan serupa yang digelar pada 23-27 Maret lalu di Nairobi, Kenya.

Pertemuan di Nairobi tersebut melaksanakan Sidang Umum PBB Bidang Lingkungan kedua (United Nations Environment Assembly/UNEA-2). Pertemuan di Nairobi tersebut melahirkan resolusi pengelolaan terumbu karang berkelanjutan (coral reefs sustainable management).

Berikut adalah rincian hasil pertemuan di Manado yang dirilis resmi Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut KKP:

Butir A : Kesadaran, pendidikan, coral bleaching dan transfer pengetahuan, mencakup :

Butir B : Kemitraan Industri

Butir C : EBM , KKL , langkah-langkah nasional dan regional

Butir D : Gender dan isu-isu sosial

Butir E : Analisis instrumen kebijakan

Butir F : Penilaian dan indikator

Komitmen Indonesia

Indonesia berkomitmen untuk terus menjadi pemimpin dalam pengelolaan dan penyelamatan terumbu karang yang ada di kawasan segitiga karang (coral triangle) yang meliputi enam negara, yakni Indonesia, Malaysia, Filipina, Papua Nugini, Timor Timur, dan Kepulauan Solomon. Langkah itu dinilai akan menyelamatkan terumbu karang di seluruh dunia.

Pernyataan tersebut diungkapkan Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) BrahmantyaSatyamurtiPoerwadi saat membuka kegiatan pertemuan konsultasi tentang terumbu karang dunia yang digelar di Manado, Sulawesi Utara.

Clown Fosh atau Ikan Badut, yang ikut terancam akibat menurunnya kualitas terumbu karang di nusantara. Foto: The Nature Conservancy

“Sekarang itu terumbu karang sudah masuk dalam tahap krusial. Jika tidak dikelola dengan baik, maka ancaman kepunahan pada terumbu karang akan tidak bisa dihindari lagi,” ungkap dia.

Brahmantya mengatakan, hasil riset menjelaskan bahwa terumbu karang yang ada di Indonesia terancam akan punah pada 2050, bila tanpa usaha yang jelas. Usaha yang dimaksud, adalah bagaimana menjaga dan mengelola terumbu karang dalam pengelolaan berkelanjutan.

“Kami paham bahwa hanya itu yang bisa kami lakukan untuk menjaga terumbu karang tetap bagus,” ucap dia.

Lebih lanjut Brahmantya menuturkan, dalam melakukan pengelolaan terumbu karang, pihaknya harus menghadapi beragam masalah pelik. Di antaranya adalah, metode perikanan tangkap yang tidak berkelanjutan, polusi yang ada di daratan maupun perairan, buruknya kualitas air yang ada di kawasan perairan, deforestasi, dan juga meningkatnya suhu udara yang ada di samudera.

“Kondisi itu ikut memengaruhi perkembangan terumbu karang. Saat ini, karena suhu yang terus meningkat, pemutihan karang sudah tidak bisa dicegah lagi,” jelas dia.

Seperti diketahui, sebagai negara kepulauan dengan 17.504 pulau, luas terumbu karang di Indonesia mencapai 75.000 km persegi atau mencapai 14 persen dari total terumbu karang yang ada di dunia. Dengan fakta tersebut, Indonesia kini menempatkan terumbu karang sebagai ekosistem kelautan yang penting.

Sejak lama, keberadaan terumbu karang sudah menjadi penyokong kehidupan untuk banyak spesies ekosistem laut. Termasuk, ada 250 juta jiwa yang bergantung pada pantai yang memanjang hingga 6 juta kilometer persegi di wilayah Asia Pasifik.

Exit mobile version