Ketika saya diberitahu, bahwa ada ketam kenari di Pulau Maratua, Kalimantan Timur ini, awalnya tidak percaya. Apalagi kata Bang Udin, salah seorang nelayan di Pulau Maratua ini, ketam kenari sering terlihat di belakang rumahnya. Semangat saya seketika bangkit. Bukan karena ingin memakannya seperti yang dilakukan beberapa oknum yang tidak bertanggung jawab, tetapi ingin melihatnya dari dekat.
Sudah lama saya sangat ingin menyaksikan si kelomang raksasa ini dari dekat. Ketika saya di bangku kuliah, saya pernah membaca sebuah berita di sebuah koran nasional, bahwa ada seekor monster kelomang yang bisa mematahkan kerangkeng kawat yang mengurungnya. Saya sempat takjub melihat foto monster itu. yang akhirnya saya tahu, jika sang monster itu sebenarnya adalah si ketam kenari atau ketam kelapa.
Dan benar saja, pagi-pagi sekali, Bang Udin sudah sampai di tempat saya menginap di pulau maratua, dan memberitahu saya, jika dia menemukan seekor ketam kenari di halaman samping rumahnya. Tanpa menunggu panjang lebar lagi, saya langsung menuju ke rumah Bang Udin.
Sesampainya di sana, saya pun langsung takjub melihat si raksasa. Bentuknya sangat unik dan cukup menakutkan untuk ukuran seekor ketam.
Ketam kenari atau Birgus latro, atau disebut kepiting kelapa, merupakan artropoda darat terbesar di dunia. Ketam ini merupakan jenis umang-umang yang sangat maju dalam hal evolusi. Kesukaannya adalah buah kelapa.
Ketam ini mampu mengupas buah kelapa dengan capitnya yang sangat kuat untuk memakan isinya. Ia juga disebut dalam bahasa Inggris terrestrial hermit crab atau kelomang darat .
Ukuran si raksasa ini cukup beragam, namun menurut banyak referensi beratnya bisa mencapai 4 kg, dengan panjang tubuh hingga 40 cm, dan bentangan kaki sekitar 200 cm. Hewan jantan umumnya lebih besar daripada betina. Umurnya dapat mencapai 30-60 tahun .
Seperti semua dekapoda lainnya, tubuh ketam kenari dibagi menjadi bagian depan yaitu, meliputi kepala dada atau sefalotoraks, dengan 10 kaki, dan abdomen atau perut. Sepasang kaki terdepan mempunyai capit yang sangat besar untuk mengupas kelapa, dan cakar yang juga sangat kuat. Konon cakar ini mampu mengangkat benda hingga seberat 29 kg. Dua pasang kaki berikutnya, seperti pada kelomang lain, adalah kaki berjalan yang besar dan kuat yang memungkinkan ketam kenari memanjat pohon (seringkali kelapa) secara vertikal hingga setinggi 6 m.
Pasangan kaki ke empat lebih kecil, dengan cakar mirip pinset diujungnya, memungkinkan ketam muda berpegangan di dalam kulit keong atau batok kelapa untuk berlindung. hewan dewasa juga menggunakan pasangan kaki ini untuk berjalan dan memanjat. Pasangan kaki terakhir sangat kecil dan hanya digunakan untuk membersihkan organ pernapasannya. Kaki-kaki ini diletakkan dalam karapas, dalam rongga tempat organ pernapasannya berada.
Ada beberapa perbedaan warna antara hewan di pulau yang satu dengan pulau yang lain, dari ungu muda, ungu tua hingga cokelat.
Meskipun Birgus latro adalah tipe turunan dari umang-umang, hanya yang muda yang memakai kulit keong, untuk melindungi perutnya yang lunak, dan kadang-kadang hewan dewasa memakai batok kelapa yang pecah untuk melindungi perutnya.
Tidak seperti kelomang yang lain, ketam kenari dewasa tidaklah membawa kulit keong, melainkan mengeraskan perisai perut mereka dengan menumpuk kitin dan kapur. Mereka juga membengkokkan ekor mereka untuk melindunginya, seperti banyak kepiting sejati.
Perut yang mengeras melindungi ketam kenari dan mengurangi kehilangan air di darat, namun kulit ditubuhnya harus diganti secara berkala. Pergantian kulit (molting) berlangsung selama 30 hari, selama itu tubuh hewan ini lunak dan rapuh, dan ia bersembunyi untuk berlindung
Ketam kenari diketahui hidup sendiri di bawah tanah atau celah-celah bebatuan. Mereka menggali tempat bersembunyi di dalam pasir atau tanah gembur. Di siang hari, ketam kenari bersembunyi, untuk berlindung dan mengurangi hilangnya air karena panas.
Di tempat persembunyiannya terdapat serat sabut kelapa yang kuat nan halus, yang dipakainya sebagai alas. Saat beristirahat di liangnya, ketam kenari menutup jalan masuk dengan salah satu capitnya untuk menjaga kelembapan yang penting untuk pernapasannya.
Di tempat yang banyak ketam kenarinya, beberapa ketam juga keluar waktu siang hari. Ketam kenari juga kadang-kadang keluar waktu siang jika keadaan lembap atau hujan, karena keadaan ini memudahkan mereka untuk bernapas. Mereka hanya ditemukan di darat, dan beberapa dapat ditemui sejauh 6 km dari lautan.
Ketam kenari hidup di areal dari samudera Hindia hingga samudera Pasifik tengah. Pulau Christmas di samudera Hindia, adalah tempat yang mempunyai populasi ketam kenari terbesar dan paling lestari di dunia. Populasi samudera Hindia lain ada di Seychelles, terutama Aldabra, kepulauan Glorioso, pulau Astove, pulau Assumption dan Cosmeldo, namun pada pulau-pulau di tengah ketam kenari punah. Mereka juga ada di beberapa pulau di kepulauan Andaman dan Nicobardi teluk Benggala.
Dalam jumlah besar, mereka juga ada di kepulauan Chagos milik Inggris, yang juga dikenal sebagai Teritori Samudera Hindia Inggris. Mereka dilindungi di pulau-pulau ini, dari perburuan dan dimakan, dengan denda hingga 1500 poundsterling tiap ketam yang dikonsumsi.
Karena mereka tidak berenang saat dewasa, ketam kenari tiap waktu harus mengkoloni pulau-pulau sebagai larva, yang bisa berenang. Akan tetapi, karena jarak yang jauh antar pulau, beberapa peneliti percaya stadium larva selama 28 hari tidak cukup untuk melalui jarak tersebut, dan mereka menganggap ketam kenari muda mencapai pulau lain melalui kayu terapung atau benda lainnya.
Di Indonesia penyebarannya terpisah-pisah, contohnya disekitar pulau Kalimantan, Indonesia atau Irian. Pulau-pulau ini mudah dicapai oleh ketam kenari, dan merupakan habitat yang sesuai, walaupun tidak ada populasi ketam kenari. Hal ini karena ketam kenari di daerah tersebut dikonsumsi manusia, hingga hampir punah. Namun ketam kenari juga diketahui hidup di Taman Nasional Wakatobi di Sulawesi, juga di Maluku, Indonesia
Menurut kriteria IUCN Red List, sekarang tidak terdapat cukup data untuk memutuskan ketam kenari sebagai spesies terancam, oleh karena itu ia sementara terdaftar sebagai DD (data deficient/data kurang), menandakan bahwa hal ini perlu diperbarui. Dipercaya bahwa ia umum ditemukan pada beberapa pulau namun jarang pada pulau lainnya. Pembangunan daerah pantai pada banyak pulau mengurangi habitat ketam ini.
Secara keseluruhan, nampaknya populasi manusia yang besar berdampak negatif bagi populasi ketam kenari, dan di beberapa daerah, populasinya dilaporkan menurun karena penangkapan berlebih. Ketam kenari dilindungi dibeberapa areal, dengan ukuran minimum untuk ditangkap serta periode perkembangbiakan yang dilindungi
Karenanya, undang-undang atau peraturan ketat diperlukan untuk melindungi keberadaan si hewan langka ini. dan yang paling penting adalah kesadaran manusianya untuk membatasi atau bahkan tidak mengkonsumsi hewan-hewan langka seperti si ketam kenari ini.
Selain keindahan bawah laut, Pulau Maratua ini membawa kenangan tersendiri bagi saya, karena saya telah berkesempatan melihat si raksasa yang sangat menyukai kelapa ini.