Merehatkan Bumi dengan 5 Hal Ini Saat Nyepi

Umat Hindu di Bali merayakan tahun baru Saka dengan hening. Kearifan lokal yang berdampak global, karena terbukti mengurangi emisi  yang menyebabkan perubahan iklim. Mungkin hanya di Bali sekitar 4 juta penduduknya menghentikan kegiatan harian setidaknya 24 jam.

Nyepi dilaksanakan setahun sekali, biasanya pada Maret atau April. Pulau Bali menjadi senyap karena seluruh aktivitas dihentikan, terutama fasilitas publik termasuk bandara dan pelabuhan selama 24 jam penuh.

Lima hal ini adalah kearifan nyepi yang bisa kamu lakukan di rumah, walau tak merayakan Nyepi. Rasakan perubahan drastis di sekitar seperti suara burung yang lebih nyaring, udara lebih bersih, dan keintiman di rumah.

 

  1. Tidak bekerja (amati karya)

Aktivitas pekerjaan kebanyakan membutuhkan energi dan emisi. Misalnya perpindahan orang dari rumah ke tempat kerja, energi listrik untuk menyalakan komputer,  ponsel. Bekerja konteks ini adalah yang melepaskan emisi seperti bahan bakar minyak, asap, dan lainnya. Pergerakan manusia tiap hari menyisakan banyak jejak karbon mulai dari sampah, transportasi, sarana hiburan, dan lainnya.

Saat ini  bumi menghadapi kerusakan lingkungan, konflik sosial atas sumberdaya yang kian langka  dan perubahan iklim akibat aktivitas manusia terutama produksi dan konsumsi yang tidak berkelanjutan. “Diperlukan sebuah  momentum untuk membuat manusia menyadari bahwa bumi ini, yang berjasa tujuh hari seminggu, 365 hari setahun, kini  perlu diberi waktu untuk memulihkan dirinya dari racun dan kerusakan,” seru Hira Jhamtani, salah seorang aktivis lingkungan di Bali.

 

 

  1. Tidak menyalakan api (amati geni)

Ada sejumlah tafsir, tapi intinya tidak menyalakan lampu, listrik, atau secara sosial bisa merujuk ke amarah. Saat Nyepi, satuan pengaman tradisional desa adat yang disebut pecalang akan menjadi pengawas aktivitas ini pada malam hari dengan cara melakukan patroli di tiap gang atau kompleks. Bali akan terlihat lebih gelap pada Nyepi. Bintang-bintang terlihat lebih jelas karena tak ada terpaan cahaya lampu dan langit yang lebih bersih.

 

  1. Tidak bepergian (amati lelungan)

Seluruh tempat publik ditutup 24 jam seperti bandara, pelabuhan, jalan raya lengang karena tak seorang pun kecuali kondisi darurat keluar rumah. Warga yang harus keluar karena sakit keras atau perlu bantuan darurat harus menghubungi pecalang yang akan mengawal ke lokasi tujuan. Unit gawat darurat rumah sakit siaga dan semua penunggu pasien harus bermalam di sana.

 

Suasana di sebuah pura dengan seorang warga yang sedang fokus mengarahkan pikirannya pada penguasa semesta. Sebelum dan saat Nyepi warga melakukan penyucian diri dan alam. Foto: Luh De Suriyani

 

  1. Tak mengumbar hawa nafsu (amati lelanguan)

Secara umum dipersepsikan tak bersenang-senang seperti pesta dan menonton televisi. Saluran televisi dan televisi kabel tak diliburkan. Ada juga yang puasa online walau koneksi internet masih on, namun dilakukan terbatas oleh mereka yang berkemauan kuat. Tak ada yang bisa mengintervensi penggunaan fasilitas di dalam rumah karena itu menjadi kesadaran diri sendiri. Kecuali jika suara atau lampu menyala terdeteksi pecalang, akan ada peringatan.

Namun sangat mudah ditemukan iklan-iklan paket Nyepi di hotel atau akomodasi lain di Bali. Pemerintah dan desa adat menyarankan pihak hotel menghormati Nyepi dengan tak membuat pesta walau tak ada inspeksi pecalang sampai ke dalam hotel, hanya di luar bangunan.

 

Bandara, pelabuhan, dan jalan raya di Bali akan lengang sedikitnya 24 jam. Foto: Luh De Suriyani

 

  1. Pemantauan emisi dan polutan

Secara ilmiah, Nyepi memang terbukti mengurangi emisi. I Wayan Suardana, dari BMKG Bali sebelumnya mengatakan hasil pemantauan 2013 menunjukkan pengaruh anthropogenic pada kenaikan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) mencapai 33%. Artinya pada Hari Raya Nyepi terjadi penurunan emisi GRK rata-rata 33 persen. Pemanasan global disebut perlu memperhatikan dua parameter, yaitu kenaikan suhu dan konsentrasi GRK di atmosfer.

BMKG meneliti lima daerah di Pulau Bali, yaitu Denpasar, Bedugul-Tabanan, Karangasem, Singaraja, dan Negara-Jembrana. Penelitian ini dilakukan di antaranya dengan cara langsung menggunakan alat digital Wolf Pack Area Monitor dan Continous Analyzer IRIS 4600. Alat ini mengukur konsentrasi gas rumah kaca per jam, dengan parameter untuk karbondioksida (CO2) dan nitrogendioksida (NO2).

Tahun ini kembali dilakukan pemantauan di sejumlah lokasi untuk mengukur polutan dan emisi sebelum, saat Nyepi, dan sesudahnya. Masyarakat juga secara mudah bisa merasakan bagaimana perbedaan suasana sekitar tanpa menggunakan alat bantu. Setidaknya tak ada asap kendaraan dan penghematan listrik.

Pengamatan gas rumah kaca di Bali pada saat Nyepi, dan perbandingannya dengan Bali pada hari-hari biasa, menunjukkan besarnya pengaruh aktivitas manusia terhadap alam dan kontribusinya pada peningkatan gas rumah kaca, terutama CO2.

 

Pesisir juga akan senyap, turis diminta berada di dalam kawasan hotel saat pelaksanaan Nyepi. Foto: Luh De Suriyani

 

Dalam konteks global, konsep Nyepi dalam skala lebih pendek pernah diusulkan sebagai inisiatif pengurangan emisi oleh sejumlah LSM dan komunitas di Bali saat konferensi Perubahan Iklim (COP) 13 United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) di Nusa Dua pada 2007. Kampanye ini dinamakan World Silent Day (WSD), mengajak warga melakukan pengurangan aktivitas penggunaan energi selama empat jam tiap 21 Maret, dilakukan secara terbatas  sejak 2008. Namun beberapa tahun ini tak lagi dikumandangkan.

World Silent Day atau Hari Hening Dunia adalah gerakan masyarakat bersama untuk menyelamatkan bumi. WSD merupakan gerakan moral untuk memberikan ruang bagi bumi bernafas, walaupun hanya sehari.

 

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , ,