Kini Sumbar Punya Pusat Rehabilitasi Harimau di Dharmasraya

 

 

Namanya Leony. Harimau Sumatera betina berusia tujuh tahun ini jadi penanda peresmian Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Dharmasraya (PR-HSD) di Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat, Sabtu (29/7/17), bertepatan dengan Hari Harimau Internasional.Leony pindah dari kandang perawatan 54 meter persegi ke kandang rehabilitasi seluas 2.500 meter, oleh Menteri Siti bersama Hashim Djojohadikusumo, Direktur Utama perusahaan sawit PT. Tidar Kerinci Agung (TKA).

“Ini pertama kali saya meresmikan pusat rehabilitasi digagas swasta,” kata Siti kala berpidato.

PR-HSD, katanya, wujud penerapan UU Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya, yang merupakan tanggung jawab dan kewajiban pemerintah maupun masyarakat. TKA, sebagai unsur masyarakat turut melakukan upaya konservasi dengan membangun PR-HSD.

Upaya penyelamatan harimau penting, katanya,  mengingat harimau salah satu satwa marak diburu hingga tiap tahun populasi terus turun. “Tahun ini saja tercatat empat harimau mati, disusul gajah lima,” katanya.

Kondisi ini, katanya, jadi ancaman serius bagi harimau hingga pemerintah menargetkan kenaikan 10% dari 25 jenis satwa langka dilindungi salah satu, harimau.

Di dunia internasional, katanya, Indonesia selalu menjadi perhatian dalam kaitan lingkungan dan keberadaan satwa dilindungi. “Di dunia ada 13 negara punya harimau salah satu Indonesia. Negara-negara di dunia, selalu memperhatikan kita terutama untuk empat macam satwa yakni, orangutan, gajah, harimau dan badak,” katanya.

Selain siklus dan sistem alam membutuhkan mereka, Indonesia juga bagian dari lingkungan internasional diharapkan dunia bisa menjaga satwa-satwa itu.

Siti berharap, selain pusat rehabilitasi dapat juga terbangun suaka alam di berbagai daerah, terutama di Sumatera Barat. Suaka alam,  bisa makin melindungi flora dan fauna negeri ini.

Disinggung soal kemungkinan 12 harimau di Kebun Binatang Bukittinggi pindah ke PR-HSD, Siti bilang masih mempertimbangkan. Di beberapa balai konservasi atau kebun binatang, katanya, memang ada harimau cacat. “Kalau fasilitas disini bagus kita pakai saja.”

Meskipun begitu, katanya, perlu pembahasan terlebih dahulu. Saat ini, katanya,  masih proses evaluasi keberadaan kebun binatang. Untuk penyusunan standar kebun binatang sudah hampir selesai, sedang diolah dan rapat tim serta pertemuan-pertemuan para pihak termasuk dengan ahli dan lembaga non pemerintah.

Direktur Utama TKA, juga pendiri PR-HSD sekaligus Ketua Yayasan Arsari Djojohadikusumo (YAD), Hashim Djojohadikusumo mengatakan, dengan PR-HSD sebagai sumbangsih terhadap upaya konservasi harimau Sumatera. Semua pihak, katanya, dapat menggunakan dan bekerjasama dengan PR-HSD baik merehabilitasi sampai lepasliarkan harimau Sumatera.

 

Menteri LHK, Siti Nurbaya, kala meresmikan pusat rehabilitasi harimau di Sumbar. Foto: Vinolia/ Mongabay Indonesia

 

 

Penghuni pertama

Leony merupakan sitaan dari kepemilikan ilegal dan dititipkan di pusat transit satwa Animal Sanctuary Trust Indonesia (ASTI), di Gadog, Jawa Barat, sejak Februari 2010. Di tempat ini,  Leony dilatih kembali ke alam liar melalui program rehabilitasi.

Dokter Hewan Andita Septiandini, Site Manager PR-HSD mengatakan, ada tantangan tersendiri mengembalikan naluri alami Leony yang berusia tujuh tahun lahir dan besar di kandang.

Harimau betina sepanjang 128 cm, berat 85 kg dan tinggi 70 cm ini, sudah terbiasa hidup di kandang sempit dengan makan daging ayam yang sudah terpotong-potong.

Dia memperkirakan, perlu sekitar empat sampai tujuh tahun untuk mengembalikan sifat liar Leony. Meskipun begtu, waktu terbilang tentatif tergantung karakter serta kecerdasan harimau dalam beradaptasi.

“Dalam melatih insting liar Leony, kita memiliki 10 tahapan kandang, kandang pertama 25 meter persegi hingga kandang selanjutnya. Kandang terakhir sekitar satu atau dua hektar dengan vegetasi, kepadatan vegetasi, bentuk koridor semua berbeda dengan tantangan-tantangan tersendiri,” katanya.

Mereka akan melatih Leoni agar bertahan di alam dengan indikasi bisa membunuh dan memakan mangsa dengan cara benar. “Kita mencari keseimbangan fisik dan psikologis serta lingkungan. Ketika Leoni bisa menyeimbangkan ketiga hal ini, dia bisa naik satu tingkat lagi, hingga 10 tingkat.”

Di pusat rehabilitasi ini, katanya, memfokuskan diri untuk menyelamatkan harimau-harimau konflik, yang masuk ke permukiman warga atau terkena jebakan. Setelah harimau layak rilis, segera kembali ke alam liar.

PR-HSD memiliki semua fasilitas untuk pusat rehabilitasi, seperti klinik dengan mesin anastesi dan dilengkapi mesin PCR untuk pemeriksaan DNA. Untuk tenaga rehabilitator ada empat orang, terdiri dari manager, dokter hewan, rehabilitator bioekologi dan rehabilitator veteriner.

Tahap awal dibangun, dua kandang rehabilitasi berukuran masing-masing 50×50 meter dilengkapi satu kandang jepit berukuran 1,5 x3 meter dan dua kandang perawatan berukuran 9×6 meter. Tahap lanjutan kandang rehabilitasi lebih besar, masing-masing satu hektar.

Kandang rehabilitasi dibikin mirip habitat asli harimau dengan total luasan lahan 10 hektar. Perkiraan daya tampung kandang sekitar tujuh harimau. Sebagai penunjang juga dilengkapi perpustakaan, kantor, dapur umum, klinik, ruang staf, guest house dan CCTV untuk memantau harimau.

 

 

Leony, di kandang rehabilitasi. Foto: Vinolia/ Mongabay Indonesia

 

 

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , ,