Mengintip Hutan Batang Toru, Sumber Hidup Warga Tiga Kabupaten

 

Hutan Batang Toru terletak pada tiga kabupaten di Sumatera Utara (Sumut), yaitu  Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah dan Tapanuli Selatan. Kawasan ini punya kekayaan keragamanhayati tinggi.

Hutan yang juga disebut Harangan Tapanuli ini, berdasarkan citra satelit di peta, memiliki luas 133.841 hektar, terbagi dalam dua blok wilayah, yaitu blok barat dengan luas 78.891 hektar, dan blok timur luas 54.950 hektar.

Berdasarkan data Yayasan Ekosistem Lestari (YEL), sekitar 66,7 % dari hutan Batang Toru terdapat di Tapanuli Utara, 22,6% Tapanuli Selatan, dan 10,7% Tapanuli Tengah.

Dari peta satelit, kawasan hutan yang sangat kaya keragaman ini memiliki titik terendah 194 meter diatas permukaan laut (dpl), dan tertinggi 1.781 m dpl. Sebagian besar hutan Batang Toru lebih 800 m dpl, dengan kecuraman sangat tinggi.

Pekan kemarin, saya mendapat kesempatan berkunjung ke kawasan yang memiliki keindahan luar biasa ini. Bersama sejumlah peneliti dan analis dari Yayasan Ekosistem Lestari (YEL), perjalanan yang ditemani hujan lebat itu, makin membuat penasaran.

Adalah Gabriella Fredriksson, atau biasa disapa Gaby, Koordinator Program Batang Toru – Program Konservasi Orangutan Sumatera (SOCP, PanEco – YEL) sudah lebih dari 10 tahun melakukan berbagai penelitian di sini.

Saat diwawancarai Mongabay, dia tengah menyusun buku panduan kerja berbagai bunga anggrek dan bunga lain indah dan ditemukan dalam hutan Batang Toru.

Awal mula tertarik hutan Batang Toru pada 2005, katanya, mulai dari pembuatan station monitoring flora dan fauna. Juga memasang camera trap untuk mengetahui isi hutan. Sejak itu, penelitian-penelitian terus berjalan, termasuk habituasi orangutan dalam hutan Batang Toru.

Penelitian geofisik hutan juga dilakukan, untuk mengetahui bagaimana ketinggian, lereng, tanah, soal peka erosi atau tidak, dan meneliti bagaimana curah hujan dalam kawasan.

Semua dia buat dalam kajian hukum di Indonesia soal pembobotan dalam alokasikan hutan menjadi hutan lindung, hutan produksi, atau hutan produksi terbatas.

 

DAS Batang Toru harus terjaga karena sumber air manusia dan tanaman. Foto: Ayat S Karokaro/ Mongabay Indonesia

 

Waktu itu,  hutan Batang Toru dialokasikan jadi hutan produksi. Padahal pegunungan Batang Toru sangat terjal, keragaman hayati luar biasa, seperti ada harimau Sumatera, orangutan dan satwa langka lain masuk dalam status terancam punah, termasuk curah hujan sampai 4.000 mili pertahun.  Jadi perlu kerjasama dengan pemerintah daerah, untuk melihat dan membahas kajian itu.

“Banyak pertanyaan bagaimana kondisi hutan begitu bagus bisa menjadi hutan produksi? Banyak usaha harus dilakukan untuk menyelamatkan ekosistem Batang Toru dari kehancuran, ” ucap Gaby, Senin (2/10/17).

YEL juga memfasilitasi sejumlah mahasiswa, terutama dari Universitas Sumatera Utara (USU), Institut Pertanian Bogor dan sejumlah universitas lain di Indonesia, meneliti dalam kawasan Batang Toru.

Penelitian flora fauna para mahasiswa dikembangkan untuk ilmu pengetahuan. Muncul cukup banyak temuan sangat menarik, seperti anggrek dan lain-lain.

“Sebenarnya ada kerjasama dengan Botani dari Andalas. Ada lebih 1.000 jenis pohon dibangun dalam kawasan Batang Toru. Kekayaan cukup luar biasa di Indonesia ini harus tetap ada dan dilestarikan, ” ucap Gaby.

Selain isi dalam,  mereka juga penelitian sosial ekonomi masyarakat yang tinggal di sekitar Batang Toru. Di sini akan dilihat bagaimana masyarakat sekitar kawasan memanfaatkan hutan.

Selain itu, dilakukan sejumlah penelitian soal kondisi daerah aliran sungai (DAS)  hutan di pegunungan tinggi di Tapanuli. Hutan ini, katanya,  hutan primer terakhir  untuk delapan DAS.

DAS Sipansihaporas, air sudah untuk PLTA Batang Toru, DAS Batang Toru,  sudah gundul, dan ada beberapa DAS lain masuk status kritis, serta bahagian masih berhutan primer.

Kawasan ini, katanya,  sumber air memenuhi jutaan manusia di Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, dan Tapanuli Utara.

Hampir 95% masyarakat yang tinggal di sekitar hutan Batang Toru, memanfaatkan air secara langsung baik untuk mencuci, minum dan memasak. Tak ada pakai air yang dikelola pemerintah daerah.

“Jadi kita coba melihat kondisi dari daerah aliran sungai itu, mengingat betapa pentingnya sumber air untuk masyarakat maupun jasa lingkungan,”katanya.

Air hutan Batang Toru juga untuk pertanian, perkebunan dan lain-lain. “Kerjasama degan pemerintah daerah dengan memberikan hasil penelitian, analisis soal kawasan hutan Batang Toru. ini sangat penting agar tak ada salah mengambil keputusan.”

 

Gabriella Fredriksson, Koordinator Program-Batang-Toru-Program Konservasi Orangutan-Sumatera-SOCP-PanEco-YE.L. Foto: Ayat S Karokaro/ Mongabay Indonesia

 

 

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , ,