Mongabay.co.id

Menyedihkan…Begini Kondisi Satwa di Kebun Binatang Kasang Kulim

Anak beruang dengan badan kurus dalam kandang di Kebun Binatang Kasang Kulim, Riau. Foto: Zamzami/ Mongabay Indonesia

Sejumlah satwa di Kebun Binatang Kasang Kulim, Kabupaten Kampar, Riau,  terlihat mengenaskan. Tubuh mereka kurus, tak lagi berbulu dan diduga sakit. Mongabay mengabadikan kondisi satwa-satwa itu, Rabu (27/12/17).

Pengunjung pun heran dan sedih dengan kondisi miris satwa-satwa ini. Belum lagi mendekat ke kandang kuda di kebun binatang itu, Irham warga Sei Pagar, Kampar,  langsung berkomentar. “Kurus kali. Lihat tulangnya bisa begitunya,” katanya geleng-geleng kepala.

“Apa ndak dikasih makan, kok sampai kurus begini.”

Siang itu, Irham kebun binatang bersama keluarga besarnya. Rata-rata mereka membicarakan kondisi badan kuda-kuda yang terlihat kurus.

 

Kuda-kuda dengan tulang terlihat karena begitu kurus di kebun binatang di Riau. Foto: Zamzami/ Mongabay Indonesia

 

Irham mengisi libur akhir tahun. Dia sering datang ke sejumlah kebun binatang. Dia sedih melihat kondisi satwa di Kasang Kulim.

Pengamatan Mongabay, di kandang itu terdapat tiga kuda. Tulang rusuk ketiga kuda itu terlihat sangat jelas, bahkan jika dilihat dari jarak 10 meter. Tulang pinggul semua kuda mencuat ke permukaan. Berbeda dengan foto kuda berbadan besar yang dipasang di pagar besi. Foto itu sebagai penanda bahwa itu kandang kuda.

Selama 30 menit saya berada di dekat kandang, kuda-kuda itu cuma bergerak pelan di sekitar pengunjung yang dibatasi pagar besi. Ketiga kuda itu hanya bermain di tanah yang berlumpur.

Reaksi serupa juga disampaikan pengunjung lain. Tak hanya kuda, juga rusa Timor (Cervus timorensis) tepat di sebelah kandang kuda.

Setidaknya ada dua rusa terlihat jelas tulang rusuknya. Kulit badan, leher dan bagian belakang tak lagi tertutup bulu dan terlihat korengan. Rusa ini berbaring di bawah terik matahari.

“Masya Allah. Masak kuda sampai kurus begitu. Itu rusa bisa kurus begitu. Apa ndak dikasih makan ama mereka,” kata Iswahyudi, warga Pekanbaru.

“Binatang itu punya hak juga untuk hidup layak,” katanya. “Apa ndak ada biaya untuk kasih makan. Itu siapa pemerintahannya yang bertanggung jawab.”

Satu anak beruang dengan badan begitu kurus dalam kandang ukuran 3×3 meter dan tinggi dua meter. Ia hilir mudik di jeruji besi setiap kali ada pengunjung mendekat. Kandang di sebelahnya ukuran sama bahkan dihuni tiga beruang dewasa. Satu jantan, dua betina. Di kandang itu, ada kolam berisi air. Tidak ada unsur kayu atau tanah di dalamnya kecuali semen dan besi. Perilaku sama saat pengunjung mendekat, mereka hilir mudik di jeruji.

Di kandang orangutan,  ada tiga yang terpisah di dua tempat. Satu tampak duduk malas merapat ke jeruji sembari mengulurkan tangan kiri ke pengunjung. Tangan kanan menggenggam erat jeruji.

Tangan kiri yang diulur ke luar jeruji dengan telapak tangan terbuka seperti meminta-minta ini kemudian bergerak ke mulutnya. Gerakan ini berulang. Ia seperti meminta makan. Seketika saja pengunjung mengerti apa yang diinginkan satwa terancam punah ini.

Terlihat satu pengunjung memberikan makanan ringan. Akses pengunjung memberikan makanan sangat terbuka. Tak ada penjagaan meski terdapat tulisan larangan memberi makanan kepada satwa.

Tidak ada kolam air. Semua lantai semen. Di satu kandang terdapat ban bekas, satu orangutan terlihat bersembunyi di balik ban. Di kandang buaya, kolam air lebih kecil dari panjang badan buaya.

Mongabay berusaha konfirmasi ke pengawas Kebun Binatang Kasang Kulim yang diperoleh dari petugas jaga tetapi nomor telepon itu tidak dapat dihubungi beberapa hari terakhir.

 

Orangutan tampak gemuk diduga menderita diabetes. Foto: Zamzami/ Mongabay Indonesia

 

Femke Den Haas, pendiri Jakarta Animal Aid Network (JAAN), mengatakan, kesejahteraan satwa di kebun binatang Indonesia secara umum di bawah standar. Dia syok dan sedih melihat foto-foto yang Mongabay perlihatkan.

“Mereka kelihatan sangat-sangat kurus. Kelihatan depresi. Mereka kelihatan kurang nutrisi. Kurang aktivitas, lari pun malas, dan kalau kuda kan harusnya ada lahan rumput, biar bisa aktif makan. Perilaku alami kuda seperti itu, maka istirahat, 24 jam aktif seperti itu. Jadi ndak ada pohon yang alami,” katanya dihubungi dari Pekanbaru, Jumat (5/12/18).

Komentar sama disampaikan Femke terhadap kondisi rusa-rusa yang berbaring malas. Dia juga sedih dengan kondisi orangutan. Tidak ada kolam air, semua lantai disemen.

“Menyedihkan sekali. Saya tak melihat kayu dalam kadang, orangutan hidup di atas pohon, sebenarnya di alam ndak pernah turun ke tanah. Orangutan ini binatang sosial, jadi perlu aktivitas banyak. Harus ada banyak yang bisa dimainkan di dalam kandang. (Foto) ini kelihatan sangat-sangat bosan dan depresi,” katanya.

Soal badan gemuk, katanya, dia menduga orangutan menderita diabetes apalagi jika sangat besar akses pengunjung memberikan makanan ke hewan.

“Kalau pengunjung dapat akses memberi makan, hal-hal manis, orangutan sangat sensitif dengan diabetes. Kalau saya lihat suspect diabetes.”

Seharusnya, kata Femke,  pemerintah segera bertindak menyelamatkan satwa dan memperingatkan pengelola kebun binatang untuk memperhatikan serius kesejahteraan satwa.

Selain itu, perlu juga standardisasi memperlakukan satwa. Standar dan protokol memperlakukan satwa harus dirumuskan ahli kesejahteraan satwa independen bukan ditunjuk perhimpunan kebun binatang. Satwa-satwa, katanya, juga harus diperiksa rutin oleh dokter hewan independen.

“(Pemerintah) harus segera turun ke sana, harus buat peringatan ke pemilik kebun binatang, segera ditangani dokter hewan yang steril (independen). Perbaikan segera dilakukan.”

Baru pada Sabtu siang (6/1/18), Tina, pemilik Kebun Binatang Kasang Kulim, Riau, berhasil dihubungi.  Dia membantah, satwa-satwa itu kurang makanan.

Kuda kurus, katanya, karena baru melahirkan. Tiga kuda itu adalah satu keluarga, jantan, betina dan anak. Saat melahirkan beberapa waktu lalu, satu anak mati lantaran tak mau diberi susu oleh ibunya.

“Kalau melahirkan biasanya begitu. Nanti pulih lagi,” katanya, melalui telepon.

Rusa Timor tak lagi berbulu di bagian perut dan pinggul serta tulang rusuk yang terlihat jelas,  katanya, itu bentuk asli dari rusa dari Timor. “Itu tidak kurus. Itu rusa Timor Leste (yang) memang tulang begitu dan kerangkanya besar,” katanya.

Soal orangutan diduga diabetes, kata Tina, perawakan orangutan Sumatera memang besar-besar. Berat badan orangutan, katanya, normal.

Mengenai tak ada penjaga di setiap kandang hingga pengunjung sering memberi makanan, katanya, telah mengatur satu karyawan satu kandang.

Dia mengklaim telah menjaga kesejahteraan satwa-satwa di kebun binatang dengan mendatangkan dokter hewan secara regular. Dokter hewan itu, katanya, datang dua kali sebulan guna memastikan perawatan dan kesehatan satwa.

 

Rusa tampak begitu kurus hingga tulang belulang terlihat di kebun binatang di Riau. Foto: Zamzami/ Mongabay Indonesia

 

 

Exit mobile version