Mongabay.co.id

Pertama, Buku yang Mengupas Prasasti Talang Tuwo dengan Kondisi Lingkungan Hari Ini

Miniatur Prasasti Talang Tuo. Foto: Taufik Wijaya

Mongabay Indonesia beberapa kali mengangkat artikel terkait Prasasti Talang Tuwo, sebuah prasasti milik Kerajaan Sriwijaya yang dibuat pada 684 Masehi oleh Raja Sriwijaya saat mendirikan Taman Sriksetra di Palembang. Ternyata, artikel-artikel itu menarik perhatian Dr. Yenrizal dari UIN Raden Fatah Palembang. Selama setahun ini, dia melakukan penelitian dan hasilnya diterbitkan dalam sebuah buku berjudul “Nilai-Nilai Lingkungan Hidup Pada Prasasti Talang Tuwo.”

“Saya tergerak atau memiliki ide mengkaji dan menerbitkannya dalam sebuah buku setelah membaca beberapa artikel di Mongabay Indonesia yang mengupas Prasasti Talang Tuwo. Tentunya, dikaitkan dengan lingkungan hidup,” kata Yenrizal, Sabtu (06/01/2018) malam.

Buku terbitan Rafah Press yang bekerja sama dengan Fisip UIN Raden Fatah ini, tebalnya 136 halaman, terdiri lima bab. Terkait isi, ada tiga bab pembahasan. Pada bab IV, dibahas empat hal terkait Prasasti Talang Tuwo. Pertama, nilai-nilai lingkungan hidup. Kedua, pola dan struktur pesan. Ketiga, relevasi nilai-nilai lingkungan hidup pada naskah. Keempat, Prasasti Talang Tuwo dalam perspektif komunikasi lingkungan.

“Hal yang melatarbelakangi penelitian ini adalah realitas bahwa Prasasti Talang Tuwo merupakan peninggalan bersejarah semasa Kerajaan Sriwijaya, yang merupakan satu-satunya prasasti tentang lingkungan hidup dan penatan ruang,” tulis Yenrizal pada Abstrak buku tersebut.

“Prasasti ini diyakini relevan dengan kondisi sekarang. Sampai saat ini, prasasti tersebut cenderung tidak dikenal masyarakat, padahal banyak nilai penting tentang lingkungan hidup,” jelasnya.

 

Baca: Talang Tuo, Prasasti yang Mengajarkan Pemimpin Indonesia Menjaga Bumi

 

Riset ini coba menguraikan nilai-nilai lingkungan hidup yang ada, sesuai dengan teks yang tertulis pada batu tersebut. Selain itu juga dijelaskan relevansi penting prasasti dengan kondisi yang ada.

Kajian ini mengambil sudut pandang komunikasi lingkungan dengan perangkat analisis wacana. Secara metodologis, penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif dan mengambil sisi-sisi pendekatan etnoekologi komunikasi. Kebanyakan data yang didapat bersumber dari bahan-bahan tertulis, hasil wawancara, dan pengamatan pada lokasi ditemukannya prasasti.

Pengamatan juga dilakukan pada kondisi lingkungan di Palembang dan Sumatera Selatan secara umum. “Hasil penelitian ini menunjukkan, terdapat nilai-nilai lingkungan hidup yang memang sangat relevan dengan kondisi yang ada. Relevansi ini tampak dari berbagai isu lingkungan dan hubungan yang jelas dengan naskah prasasti,” terangnya.

 

Prasasti Talang Tuo yang merupakan peninggalan Kerajaan Sriwijaya. Sumber: Wikipedia/Creative Commons/Gunawan Kartapranata/

 

Dibaca semua pihak

Yenrizal berharap, buku ini dibaca semua pihak, bukan hanya akademisi, pegiat lingkungan, penyelenggara negara, tapi juga masyarakat umum. “Bagi saya, kekuatan utama dalam menjaga dan memperbaiki Bumi yang sebagian besar sudah rusak ini adalah terbangunnya kesadaran ekologi yang baik di masyarakat. Saya berharap buku ini dibaca, sehingga spirit Prasasti Talang Tuwo benar-benar dijiwai umat manusia hari ini, khususnya manusia Indonesia,” katanya.

Setelah peluncuran buku yang digelar awal 2018, Yenrizal berencana melakukan diskusi keliling. “Bukan hanya di kampus, juga di dusun-dusun yang saat ini mulai meraskan dampak kerusakan lingkungan, seperti hutan habis, aliran sungai terganggu, dan sebagainya,” ujarnya.

 

Cover Buku Nilai-Nilai Lingkungan Hidup Pada Prasasti Talang Tuwo oleh Dr. Yenrizal. Artikel di Mongabay Indonesia memberinya inspirasi menulis buku tentang Prasasti Talang Tuwo. Foto: Yenrizal

 

Dr. Tarech Rasyid dari Universitas IBA (Ida Bajumi) Palembang menyatakan, buku ini yang pertama membahas artefak sejarah Kerajaan Sriwijaya secara ekologis. “Selama ini, umumnya dikaji dari ekonomi, politik, dan militer. Belum ada yang mengkajinya terkait lingkungan hidup,” katanya.

Menurut Tarech, Prasasti Talang Tuwo memang sangat menarik dikaji. “Secara ekologis, mungkin banyak buku yang akan dilahirkan. Buku Yenrizal ini baru awal, semoga akan banyak lahir buku baru terkait Prasasti Talang Tuwo,” katanya.

Tarech menilai, gagasan pelestarian Bumi yang terkuat dari nilai-nilai dalam Prasasti Talang Tuwo dapat dijadikan acuan masyarakat untuk menilai para pemimpin daerah maupun nasional yang akan melalui proses politik dalam dua tahun ini. “Kita harus mendapatkan sosok pemimpin seperti Raja Sriwijaya yang memiliki visi dan misi ekologi yang baik, sehingga Kerajaan Sriwijaya Berjaya pada masanya,” tandasnya.

 

Banner: Miniatur Prasasti Talang Tuo. Foto: Taufik Wijaya

 

Exit mobile version