Mongabay.co.id

Mola Pertama Kali Ditemukan Terdampar di Perairan Buleleng

Seekor ikan yang masuk kategori terancam, Mola atau ocean sunfish ditemukan sekarat di perairan dangkal dekat Pelabuhan Buleleng, Bali, Jumat (12/1) malam. Warga berusaha mendorong ke dalam namun sesaat kemudian mati. Diperkirakan untuk kali pertama terdampar di perairan Buleleng.

Gede Iwan Setiabudi, dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Jurusan Perikanan dan Kelautan Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) di Buleleng melakukan nekropsi bersama rekannya yang lain pada Sabtu (13/1) di Lab Biologi kampus setempat. “Data dan informasi terkait ikan ini jarang, sampel kami pelajari bersama dan organnya dikeringkan untuk edukasi,” katanya.

Hasil nekropsi sementara menyimpulkan kematian karena organ hati terinfeksi parasite cacing. Iwan juga menyebut penyebab penyakit belum bisa diidentifikasi karena referensi pihaknya soal ini masih terbatas.

 

Mola ini terdampar di perairan Buleleng, Bali Utara dan diperkirakan pertama kali ditemukan terdampar di kawasan ini. Paling sering terlihat di cleaning station kepulauan Nusa Penida. Foto: Dewa/Dinas Perikanan Buleleng

 

Mola yang seperti kerap dijumpai di perairan Nusa Penida, Klungkung ini juga akan diuji DNA untuk memastikan spesiesnya. Dari pemeriksaan, panjang mola ini total 170 cm, lebar 130 cm, dan berat 375 kg. Sampel juga dibawa oleh sejumlah pihak lain seperti akademisi Universitas Udayana untuk dipelajari bersama.

Setelah nekropsi, saat ini sedang proses pengawetan untuk menambah koleksi bahan edukasi di Undiksha. Menambah spesies selain lumba-lumba yang sudah ada. “Anak sekolah juga berkunjung, kami undang secara reguler,” tambah Iwan.

Mola menurutnya spesies ikan unik, bertulang sejati dengan habitat tertentu. Ikan ini lebih senang di laut dalam sekitar 100-150 m, dan pada waktu khusus naik ke permukaan seperti terlihat di kepulauan Nusa Penida. Warga diminta tak menangkap atau jika tertangkap tak sengaja segera dilepaskan.

Di Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida, ada kode perilaku untuk wisatawan dan operator kapal yang melihat Mola. Misalnya tak memegang, dan tak mengganggu kegiatan kesukaan mereka sampai berenang ke sini yakni area cleaning station.

Permana Yudiarso, Kepala Seksi Program dan Evaluasi Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar menyebut ini kejadian pertama ikan Mola ditemukan di perairan Buleleng. Tidak terlihat ada luka bekas alat tangkap perikanan seperti jaring dan lainnya. Laporan penemuan oleh petugas Polair di Buleleng kepada Dinas Kelautan setempat.

Ia menambahkan ini juga data terbaru karena ikan ini hidup di perairan dalam dan akan ke perairan dangkal untuk membersihkan jamur/parasit yang menempel di badannya. “Ada beberapa spesies mola di dunia, di Nusa Penida diketahui sebagai Mola Ramsayi. Kami menduga di perairan Bali Utara hingga selatan Sumenep, Madura sedang musim cumi dan plankton yang merupakan makanan ikan ini,” paparnya.

 

Mola ini terdampar di perairan Buleleng, Bali Utara. Setelah nekropsi atau otopsi di Lab Undiksha, disimpulkan sementara mati karena hatinya terserang parasit cacing. Foto: Dewa/Dinas Perikanan Buleleng

 

Deskripsi Ulang Jenis Mola

Kebiasaan umum menyebut semua jenis ikan Mola sebagai Mola-mola kini perlu lebih dipertajam. Sebuah riset akhir tahun lalu dipublikasikan untuk mendefinisikan ulang termasuk untuk yang kerap ditemui di perairan Nusa Penida.

“Dulu kita bilang Mola-mola, padahal itu jenis lain. Bahwa Mola-mola itu bukan jenis di Penida tapi Mola ramsayi yang sekarang disebut Mola alexandrini,” kata Wira Sanjaya dari lembaga pendidikan dan konservasi CTC yang juga bekerja di Nusa Penida merespon hasil penelitian dari peneliti internasional itu.

Dampaknya mungkin tidak langsung ke ekosistem namun edukasi dan tantangan jangka panjang menurutnya adalah menjaga ekosistem di Nusa Penida. “Bagaimana menjaga kondisi lingkungan di Penida agar mola ini tetap merasa nyaman untuk terus ada di sana,” kata pria ini. Misalnya mematuhi kode etik penyelaman mola agar para turis nyaman dan mola juga tidak terganggu.

Sebuah artikel mengingatkan bahwa kita telah salah mengidentifikasikan raksasa lautan ini selama bertahun-tahun. Sunfish laut (Mola mola) terdaftar di Guinness World Records sebagai ikan kura-kura terberat di dunia. Beberapa hiu lebih besar, tapi kerangka mereka terbuat dari tulang rawan daripada tulang.

Rekor tersebut telah berdiri sejak tahun 2002, berdasarkan spesimen yang tertangkap di lepas pantai Jepang pada tahun 1996. Namun sekarang analisis terperinci mengenai foto dan informasi lainnya tentang spesimen tersebut telah mengungkapkan bahwa ini bukan sunfish laut, namun ikan sekerabat bernama Mola alexandrini.

 

Tiga jenis Mola langka di dunia diidentifikasi dari bentuk dan corak tubuhnya.Gambar: dokumen riset

 

Sunfish terlihat sangat aneh bagi mata kita. Mereka tampak hampir berbentuk cakram dari samping dan sangat sempit bila dilihat langsung. Mereka memiliki lobus seperti lobus yang melengkung di bagian belakang, di mana sebagian besar ikan memiliki sirip ekor. Banyak yang melebihi 2000 kg dan mencapai panjang 3 m.

Etsuro Sawai di Universitas Hiroshima di Jepang dan rekan-rekannya meninjau tiga spesies Mola yang dikenal: M. mola, M. ramsayi dan M. tecta langka yang baru ditemukan pada bulan Juli. Saat melihat gambar tangkapan monster itu, Sawai menyadari bahwa itu sebenarnya M. alexandrini. Dia juga berpendapat bahwa spesies ini sama dengan M. ramsayi, yang sekarang harus disebut M. alexandrini karena nama itu dulu digunakan.

Berbeda dengan dua spesies lainnya, M. alexandrini/ramsayi memiliki pembengkakan yang besar pada dahi, karenanya nama yang umum: sunfish benjolan. Juga benjolan pada dagunya dan “ekor” yang berbentuk berbeda. Fitur ini memungkinkan Sawai membedakannya dari M. mola.

 

Exit mobile version