Mongabay.co.id

Merehatkan Mata dan Jiwa di Desa Sidemen

Pagi di Sidemen adalah suara derasnya air sungai dan kicau burung berbagai nada di dekat kamarmu. Lanskap alam dan ketenangan hadir di desa yang belum banyak dijelajahi di Kabupaten Karangasem, Bali ini.

Sungai Tukad Unda mengalir deras di antara bebatuan besar. Anak-anak melompat dan mandi di bawah jembatan. Tak nampak banyak sampah plastik di alirannya, halnya sungai-sungai lain di kota. Sebelah kanan dan kiri sempadan beberapa petani berkebun sayur.

Suara burung dan pohon buah-buahan mendominasi jalur saat trekking menuju bebukitan. Tinggal pilih, trekking di dalam persawahan atau perbukitan.

Ada banyak jalur jalan-jalan keliling desa menikmati kehijauan dan udara segar. Bisa sendiri tanpa guide atau jika ingin lebih cepat menemukan spot-spot menarik tinggal booking pemandu di tempatmu menginap. Jalur lewat pinggir jalan aspal pun masih aman karena tak banyak kendaraan lalu lalang. Di kanan dan kiri jalan lahan hijau masih terbentang. Kebun ditata sistem tumpang sari dengan banyak jenis pangan. Misalnya di area tanaman bawang merah juga ditanami kacang tanah, jagung, dan cabe.

 

Gunung Agung terlihat di sudut manapun di Desa Sidemen, Karangasem, Bali. Foto : Anton Muhajir

 

Gusti Ayu Komang, seorang petani perempuan sedang membersihkan kebunnya dari tanaman gulma. Kebunnya menghadap Gunung Agung. “Waktu letusan 1963, desa ini hanya dilewati lahar dingin di sungai sebelah,” ia menunjuk Tukad Unda. Tak heran saat status awas ini, kehidupan di desa ini berlangsung normal. Di Sidemen masih ada sejumlah pos pengungsi yang menampung ratusan pengungsi dari kawasan rawan bencana 6 km dari puncak gunung.

Setelah atau sebelum trekking di pagi hari, salah satu lokasi yang harus dikunjungi adalah pasar tradisional yang berada dekat kawasan akomodasi. Misalnya untuk mencari sarapan seperti bubur, kue tradisional, atau nasi campur.

Kemudian kios-kios yang menjual kain tenun khas Sidemen, kadang bisa melihat langsung para penenun menyelesaikan selembar kain. Sidemen adalah salah satu produksi tenun dan songket di Bali.

Menu jalan-jalan berikutnya adalah perkampungan yang berdampingan dengan pusat akomodasi di Banjar Tabola, Sidemen. Di area ini lah ada banyak tempat menginap di pinggir jalan raya desa. Keseharian warga seperti ritual dan pertanian mewarnai kampung. Tinggal mengikuti jalur jalan atau masuk ke belakang yang menjadi pusat panorama tiap akomodasi. Persawahan dan pegunungan.

 

Pasar tradisional di desa Sidemen, Karangasem, Bali, selalu menyenangkan karena bisa mencoba berbagai pangan lokal dan hasil pertanian desa. Foto: Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia

 

Mencari akomodasi dengan pemandangan alam di Sidemen sangat mudah karena jadi daya tarik utama. Di berbagai aplikasi pencarian hotel, kata kunci Sidemen, Bali memberikan banyak pilihan jenis tempat menginap, dari guest house sampai hotel berbintang. Harganya dari Rp200 ribu per malam tergantung musim apakah sedang musim ramai (peak season) atau sepi (low season).

Nah, tengah Januari-Mei termasuk low season dan saat seperti ini seringkali adalah waktu terbaik menjadwalkan plesiran di Bali karena transortasi lebih lancar, dan sejumlah obyek wisata massal lebih lengang. Lebih penting lagi, harga akomodasi pasti lebih murah.

Untuk orang Bali sendiri pasti tak menyangka di Sidemen ada banyak unit akomodasi. Jika ingin melihat dulu baru memastikan pilihan juga tak sulit. Tata ruang lokasi menginap ini sudah ditata terpusat di sebagian area persawahan dan bebukitan. Bentuknya seperti lingkaran, memutar menghadap aliran sungai dan sawah di tengah-tengahnya.

Jadi, hampir semua tempat menginap punya akses menuju sungai, sawah, dan bukit. Potensi alam yang dikembangkan desa ini sebagai daya tarik. Tak heran menu utama di desa ini adalah keheningan dan jalan kaki menikmati panorama.

 

Jalur trekking di sawah atau bebukitan di Desa Sidemen, Karangasem, Bali sama asyiknya. Foto: Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia

 

Termasuk pemandangan Gunung Agung yang berjarak sekitar 20 km dari Sidemen. Gunung ini juga menjadi pusat panorama sehinggga sebagian akomodasi mengatur bangunannya agar leluasa menikmati gunung berapi ini.

Terlebih saat erupsi sejak November 2017 lalu, Sidemen jadi salah satu titik mengamati hembusan asap dan titik api saat muncul di kawahnya. Tak sedikit foto-foto yang beredar di media sosial memperlihatkan turis yang sedang berenang sambil melihat gunung Agung dari Sidemen.

Alam seolah mengatur pemilik akomodasi di mana cocok membangun bungalow atau restorannya. Saat ini belum ada berlomba membangun paling tinggi sehingga menutupi akses akomodasi lainnya.

 

Exit mobile version