Mongabay.co.id

Tak Hanya Bank Sampah, Sekolah Ini Didik Siswa-siswinya Buat Produk Dari Limbah

Seorang siswa mengumpulkan sampah-sampah plastik di sekitar SMA Negeri I Kutasari, Purbalingga, Jawa Tengah pekan lalu. Mereka mengumpulkan berbagai macam sampah plastik dan sampah organik untuk disimpan di gudang sekolah. Sudah sekitar setengah tahun belakangan, sekolah setempat mulai mengumpulkan sampah kemudian disimpan di bank sampah. Baik itu sampah organik maupun anorganik.

Oleh para siswa, sampah-sampah anorganik kemudian dimanfaatkan menjadi rupa-rupa kerajinan. Bahkan, pada Sabtu (27/1/2018), para siswa memamerkan berbagai macam produk kerajinan dengan bahan baku sampah.

“Sejak beberapa bulan lalu, kami para siswa memang mengelola bank sampah. Kemudian, oleh sekolah kami diminta untuk berkreasi, membuat berbagai macam keajinan dengan bahan baku sampah. Kelompok kami membuat kerajinan dari tempat lampu dari benang-benang bekas,” ungkap Dwi Asih Setiyani siswi kelas 10 MIPA 1 SMA Negeri Kutasari saat berbincang dengan Mongabay.

 

Para siswa SMA Negeri Kutasari, Purbalingga, Jawa Tengah memamerkan hasil kerajinan bunga berbahan baku limbah plastik. Foto : L Darmawan/Mongabay Indonesia

 

Ia bersama teman-teman satu kelasnya sengaja mebuat berbagai macam kerajinan yang inovatif. “Kalau untuk tas dari bekas bungkus plastik berbagai macam kemasan produk kopi atau mi instan sudah biasa. Namun produk-produk lainnya seperti tempas lampu atau bunga-bunga belum terlalu banyak yang buat. Tetapi wadah lampu ini menjadi salah satu produk unggulan kami,” tambah Maulita Dwi Anarsi, teman sekelas Dwi Asih.

Sementara siswa lainnya, Sasa Pramesri kelas 11 IPS mengungkapkan kalau dia bersama timnya memanfaatkan bekas sedotan minuman untuk pembuatan bunga dan hiasan dinding. “Ada juga bekas sendok es krim untuk bahan berbagai jenis kerajinan seperti kapal, mobil dan lainnya. Semuanya memanfaatkan barang bekas atau sampah. Pembuatannya cukup lama juga, karena masih belajar, sekitar satu minggu,” ungkapnya.

Memang sekolah setempat sengaja menggelar pameran produk-produk daur ulang dari sampah. “Kebetulan dalam setengah tahun terakhir, kami mulai membuat bank sampah. Tetapi tempatnya masih menggunakan gudang sekolah untuk pengumpulannya. Kami menamakan bank sampah ‘Cinta Bumi’. Dengan adanya bank sampah ini, kami berharap para siswa tidak membuang atau membakar sampah-sampah yang ada di lingkungan sekolah, melainkan dimanfaatkan untuk produk yang lebih berharga,” ungkap Ketua Panitia Pameran Produk Daur Ulang SMA Negeri Kutasari, Bambang Yuniarto.

 

Inovasi dari para siswa SMA Negeri Kutasari, Purbalingga, Jawa Tengah yang membuat wadah lampu dari bahan benang bekas. Foto : L Darmawan / Mongabay Indonesia

 

Menurut Bambang, setelah membentuk bank sampah, sekolah ingin para siswa berkreasi dari bahan-bahan sampah yang yang dikumpulkan. “Kalau untuk sampah organik, kami telah menjadwalkan pemanfaatannnya pada pekan mendatang untuk diproses menjadi pupuk. Sedangkan bahan-bahan anorganik bakal dikreasikan oleh para siswa agar dapat dijadikan kerajinan. Dan ternyata, hanya diberi waktu tidak sampai satu bulan, ternyata para siswa mampu berinovasi dengan memanfaatkan limbah dan menghasilkan produk daur ulang yang menarik,” ungkapnya.

Dikatakan oleh Bambang, berbagai macam produk daur ulang tersebut sengaja dipamerkan supaya diketahui kalau limbah ternyata dapat dimanfaatkan. “Kami memang memiliki tujuan dengan adanya pameran produk daur ulang tersebut. Di antaranya adalah memberikan ruang bagi peserta didik untuk berkreasi memanfaatkan barang bekas dan mendidik jiwa wirausaha. Karena siapa tahu, dari produk-produk daur ulang ini brnilai ekonomis dan mampu dipasarkan. Selain itu, tentu saja dengan adanya pemanfaatan sampah, bakal menjaga lingkungan lebih bersih. Di sisi lain, menjadikan SMA Negeri Kutasari sebagai sekolah Adiwiyata yakni sekolah yang nyaman dan aman untuk proses kegiatan pembelajaran,” jelasnya.

Meski baru pertama kali penyelenggaraan pameran produk daur ulang, tetapi para siswa cukup antusias. Bahkan, pesertanya tidak hanya dari para murid sekolah setempat, melainkan juga masyarakat umum yang juga memanfaatkan limbah untuk menghasilkan produk daur ulang. Ada 12 stan yang memamerkan berbagai macam kerajinan berbahan baku limbah dari peserta didik dan enam stan dari umum. Secara total, para siswa yang terlibat sebanyak 316 siswa. Sedangkan untuk produk daur ulang yang dipamerkan sebanyak 445 barang, 352 produk para siswa dan 82 hasil kerajinan masyarakat umum.

 

Sebuah hiasan dinding dari bahan baku bekas gelas plastik air mineral buatan siswa

 

Kepala Sekolah SMA Negeri Kutasari Purbalingga Kuat Risyanto mengaku bangga kepada para siswa yang telah mampu berkreasi dengan memanfaatkan sampah. “Dengan demikian, saat sekarang para siswa tidak lagi melihat sampah sebagai sesuatu yang tidak berguna, melainkan sampah sebagai berkah, karena mampu dimanfaatkan. Sekolah juga akan lebih bersih dan nyaman, karena tidak ada sampah yang berceceran. Justru sebaliknya, sampah dibuat untuk kerajinan yang dapat ditempel di ruangan dan sebagai asesoris di rumah,” ujarnya.

Menurut Kuat, pihaknya juga menyelenggarakan penilaian kepada para peserta lomba pemanfaatkan produk daur ulang tersebut. Sehingga mereka lebih termotivasi dalam membuat kerajinan. “Ternyata hasilnya memang cukup mengejutkan, sebab barang-barang yang benar-benar tidak berguna, bisa berubah menjadi kerajinan dengan nilai ekonomi,” tambahnya.

Kepala Bidang  Persampahan, Limbah Bahan Berbahaya Beracun, dan Peningkatan Kapasitas Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Pemkab Purbalingga, Sukirto menyatakan bahwa pameran produk daur ulang di sekolah merupakan yang pertama kali di Purbalingga. “Kami bangga, karena SMA Negeri Kutasari mengawali pameran bahan daur ulang di sekolah. Saya menegaskan kalau ada tiga hal yang tidak boleh dilanggar siapapun, yakni HAM, hak demokrasi, dan lingkungan hidup (LH). Karena LH yang sehat merupakan amanat dari konstitusi, sehingga harus diciptakan sebuah lingkungan yang sehat dan baik,” tegasnya.

 

Pengumpulan sampah dan disimpan di bank sampah sekolah SMA Negeri Kutasari, Purbalingga, Jawa Tengah. Foto : L Darmawan / Mongabay Indonesia

 

Menurutnya, upaya tersebut tidak lain adalah menciptakan lingkungan yang bersih karena bebas sampah serta sehat. “Jadi, sampah dapat diambil berkahnya. Padahal sebelumnya sampah adalah siswa aktivitas manusia atau alam yang tidak memiliki nilai ekonomi, tetapi di tangan-tangan para siswa dan masyarakat yang kreatif, sampah mampu diubah menjadi sesuatu yang berguna, sebuah produk daur ulang yang dapat dijual. Di sisi lain, lingkungan juga lebih bersih karena ada pemanfaatan sampah,” tandasnya.

 

Exit mobile version