Mongabay.co.id

Pesut Mahakam Ditemukan Membusuk di Perairan Kutai Kartanegara

Lagi, seekor pesut Mahakam (Orcaella brevirostris) ditemukan mati membusuk di Perairan Anggana, Kampung Kajang Kecamatan Anggana, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur (Kaltim), Senin (2/2/2018).

Bangkai itu pertama kali ditemukan oleh Anggota Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Mahkota Sejahtera Wilayah Delta Mahakam, Nurdiansyah.

Saat ditemukan, kondisi bangkai sudah membusuk dan menguning. Diperkirakan pesut tersebut telah mati beberapa hari sebelumnya, sebab tingkat kebusukannya tinggi dan melebar.

Nurdiansyah lantas menghubungi pihak Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Kaltim dan Yayasan Konservasi Rare Aquatic Species of Indonesia (YK RASI) untuk identifikasi dan penanganan pada pesut itu.

 

Seekor anakan pesut Mahakam (Orcaella brevirostris) ditemukan mati membusuk di Perairan Anggana, Kampung Kajang Kecamatan Anggana, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur (Kaltim), Senin (2/2/2018). Foto : BKSDA Kaltim/Mongabay Indonesia

 

Dikatakan peneliti RASI, Danielle Kreb, setelah mendapat laporan, pihaknya bersama BKSDA langsung menuju ke lokasi yang penemuan bangkai. Pihaknya juga langsung melakukan pemeriksaan terhadap bangkai pesut tersebut. “Setelah mendapat laporan, kami langsung menuju ke lokasi. Diduga pesut ini mati karena terjerat jaring nelayan, karena waktu ditemukan pertama kali badannya terlilit jaring terutama di pangkal ekor,” sebutnya katanya saat dihubungi, Senin (5/2/2017)

Dari hasil pemeriksaan, diperkirakan usia pesut tersebut masih anakan berumur 10-12 bulan. Untuk pemeriksaan intensif, Daniella langsung melakukan autopsi di lokasi penemuan. Menurutnya, pada saat ditemukan pesut masih dalam keadaan utuh namun sedikit membusuk. Terutama di bagian pangkal ekor, bekas lilitan nilon yang menjeratnya. Diduga oleh warga bahwa pesut itu tersangkut jaring nelayan yang memiliki rengge (jaring yang membentang) di perairan Kutai Kartanegara.

Pesut tersebut meniliki panjang 173 cm (dari kepala hingga ekor) atau 160 cm dari kepala hingga tulang belakang tanpa ekor. Berdiameter 93 cm dan berkelamin jantan. “Setelah dilakukan pengamatan, terbukti penyebab kematiannya adalah terdapat bekas lilitan jaring ikan atau renggek masyarakat atau nelayan sekitar,” sebutnya.

Setelah melewati tahap autopsi, bangkai tersebut tidak lantas dikuburkan. Dikhawatirkan dapat menyebarkan bibit penyakit, maka tetap diamankan di permukaan air.

 

Seekor anakan pesut Mahakam (Orcaella brevirostris) ditemukan mati membusuk di Perairan Anggana, Kampung Kajang Kecamatan Anggana, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur (Kaltim), Senin (2/2/2018). Foto : BKSDA Kaltim/Mongabay Indonesia

 

Kepala Resort Samarinda SKW II Tenggarong BKSDA Kaltim, Puji Mulyanto menerangkan, proses evakuasi akan dilakukan dengan cara penenggelaman. Pilihan tersebut karena bangkai pesut telah membusuk dan tidak mungkin dikuburkan.

Sedangkan bagian kepala akan diambil bagian rangkanya untuk kepentingan pendidikan (Media informasi). “Rangka kepala akan diambil untuk keperluan media informasi. Mengingat selama ini kami memilikinya. Rangka itu akan diawetkan. Sementara bangkainya akan kami tenggelamkan menggunakan pemberat. Sembari menunggu proses pembusukan yang sempurna, bangkainya sudah kami amankan di tempat yang jauh dari jangkauan predator dan masyarakat sekitar,” jelasnya.

 

Kasus Kematian Pertama di Tahun 2018

 Sebagai balai yang berwenang, BKSDA selalu berusaha menyelamatkan dan mengamankan semua satwa lindung di Kaltim. Terkait kematian pesut tersebut, merupakan kasus kematian pertama di tahun 2018. BKSDA berupaya keras agar kasus ini tidak terjadi lagi, mengingat jumlahnya yang terus menyusut.

“Satwa langka dilindungi UU, BKSDA bertugas melindungi semua satwanya. Terkait pesut Mahakam, kami jelas lindungi pesutnya, namun sungainya bukan jangkauan kami. Karena itu perlu kerjasama dan monitoring bersama,” ujarnya.

 

Pesut yang mati di Perairan Anggana, Kampung Kajang Kecamatan Anggana, Kutai Kartanegara, Kaltim, Senin (2/2/2018), merupakan kejadian pertama di tahun 2018. Foto : Danielle Kreb/Yayasan RASI/Mongabay Indonesia

 

Kedepan, untuk mengurangi intensitas konflik yang terjadi, BKSDA akan menekan angka kematian pesut termasuk konflik dengan manusia. “Kematian yang terjadi saat ini karena renggek yang berkaitan dengan nelayan. Tentu saja lembaga-lembaga terkait sudah sosialisasi pada semua nelayan tentang keberadaan pesut ini. Dibutuhkan bantuan masyarakat sekitar untuk sigap melaporkan apapun kejadian yang berkaitan dengan satwa lindung ke BKSDA melalui call centre kami. Tidak hanya pesut, orangutan, badak, buaya dan lain-lain,” harapnya.

Disinggung masalah rencana zonasi di Kutai Kartanegara, Puji mengatakan pihaknya sangat mendukung rencana tersebut. Jika berhasil, BKSDA siap membantu. Mengingat habitat satwa di hulu Sungai Mahakam memang rawan dengan hilir mudik kapal dan tongkang batubara di sana.

“Kasus kematian ini merupakan pesut yang dari Hulu Mahakam dan terbawa arus hingga ke hilir. Di sana memang menjadi alur hilir mudiknya kapal-kapal besar dan tongkang. Namun murni kematian pesut kali ini karena renggek dan bukan karena kapal-kapal atau tongkang. Jika benar rencana zonasi tersebut sukses, kami pasti membantu,” pungkasnya.

 

Exit mobile version