Mongabay.co.id

Ratusan Hektar Hutan dan Lahan Gambut Riau Terbakar

Masyarakat peduli api dan tim gabungan padamkan api di Medang Kampai. Foto: dokumen warga/ Mongabay Indonesia

 

 

Kebakaran mulai melanda Riau, Sumatera, dalam beberapa pekan ini dengan luas kebakaran sepanjang 2018, mencapai 680,5 hektar.  Plt Gubernur Riau, Wan Thamrin Hasyim, sudah menetapkan status siaga darurat, Senin (19/2/18).

Status siaga darurat ini setelah empat kabupaten menetapkan status sama, yakni, Indragiri Hilir, Bengkalis, Pelalawan dan Kepulauan Meranti.

Edwar Sanger, Kepala Pelaksana BPBD Riau, mengatakan, beberapa kabupaten dan kota terjadi kebakaran hutan dan lahan, kecuali Kuantan Singingi. Paling banyak di Kepulauan Meranti, sekitar 213 hektar terbakar.

Menyusul, Indragiri Hulu 121,5 hektar, Dumai (109,25), Kampar (15,25), Siak (13,5), Bengkalis (95), Pelalawan (31), Pekanbaru (31), Rokan Hilir (26), dan Indragiri Hilir 24 hektar.

“Paling sedikit Rokan Hulu, satu hektar,” kata Edwar.

Sekarang, katanya, api sudah dapat dipadamkan dan sebagian tim sudah ditarik. Dia bilang, cukup beruntung, karena beberapa hari ini turun hujan di beberapa wilayah yang terbakar.

“Sampai Senin ini tersisa dua hotspot di Siak dan satu di Bengkalis,” katanya.

Edwar mengakui, keterbatasan peralatan pemadam kebakaran karena jarak kebakaran dengan sumber air cukup jauh hingga memerlukan selang panjang dari sumber air untuk mencapai titik kebakaran.

Medan yang harus dilalui juga kendala hingga pemadaman tak cukup melalui darat juga udara dengan water bombing.

Kingga sekarang, BPBD masih menunggu bantuan helikopter dari BNPB. Selama ini, pemadaman lewat udara gunakan helikopter bantuan perusahaan Sinar Mas. Padahal, status siaga darurat telah ditetapkan satu minggu lalu.

“Kita sudah usulkan ke BNPB. Mendatangkan helikopter itu tidak semudah mendatangkan oplet (angkot). Ada prosesnya,” kata Edwar.

Pemerintah Riau telah menganggarkan Rp13 miliar untuk pencegahan kebakaran hutan dan lahan dalam APBD 2018. Anggaran ini dibagi ke beberapa SKPD. BPBD Riau kebagian Rp2,4 miliar.

Anggaran itu, katanya,  untuk penyediaan peralatan dan pelatihan pencegahan Karhutla.

Beberapa wilayah juga menganggarkan dana penanggulangan karhutla. Dumai, misal, menganggarkan Rp500 juta. Pelalawan tengah menggodok dana alokasi khusus, dana reboisasi 2018 sebesar Rp183 miliar, untuk pelatihan anggota MPA, pembelian peralatan dan operasional pemadaman karhutla.

“Dasar hukum penggunaan anggaran sudah ada. Baik peraturan pemerintan maupun peraturan menteri keuangan,” kata Syahrul Syarif, Kepala Bappeda Pelalawan, dikutip dari Koran Tribun Pekanbaru.

 

***

Selama sepekan terakhir, di Desa Penyengat, Siak, lebih 10 hektar gambut terbakar. Kobaran api sempat hilang setelah digempur water bombing dan hujan. Namun dua hari terakhir, cuaca panas kembali membuat lahan gambut terbakar lagi.

“Kemarin kena hujan dan water bombing. Panas dua hari ini menyengat. Kuat. Sekarang terbakar lagi,” kata Setiono, anggota Masyarakat Peduli Api, Desa Rawa Mekar Jaya turut membantu pemadaman sejak beberapa hari terakhir.

Kebakaran menghabiskan sejumlah kebun warga, hutan dan lahan gambut kosong. Kedalaman gambut di kawasan ini sendiri dia perkirakan lebih tiga meter hingga memicu api terus membakar meski telah dijatuhi bom air.

“Ada pengaruhnya juga kemarin (bom air). (Pemadaman) juga dilakukan anggota Manggala Agni, BPBD dan water bombing. Di dalam ternyata tetap ada api. Sekarang bukan hanya asap, juga nampak apinya,” katanya.

Mengantisipasi kebakaran hutan meluas hingga ke Desa Rawa Mekar Jaya, Setiono dan sejumlah warga membuat embung dan sekat api.

 

Masyarakat Peduli Api (MPA) Desa Rawa Mekar Jaya, Siak sedang memadamkan api yang hingga Senin (26/2/18) belum semua padam. Foto: FB Setiono/Mongabay Indonesia

 

Meskipun begitu, dia khawatir jika tak ada bantuan yang lebih banyak untuk memadamkan api dengan bom air, dampak kebakaran akan meluas. “Udah dekat sepadan. Air susah juga jangkauannya, jadi agak lama. Makanya kita buat sekat api dan embung kemarin,” katanya.

Di Kota Dumai, titik api terus meluas. Kalau akhir pekan lalu luas lahan terbakar mencapai 30 hektar, per awal pekan ini sudah jadi 50 hektar. Meski demikian, sudah banyak dipadamkan.

Jusman, Komandan Operasi Manggala Agni Dumai kepada Mongabay mengatakan, api sudah relatif padam. Namun, dia khawatir angin berembus kencang dan udara panas bisa kembali menyulut kobaran api.

“Masih ada titik api sekarang ini dipadamkan. Di Dumai Timur, dekat kota. Kendala air. Ada 20 hektaran,” katanya, Senin (26/2/18).

Selain itu, titik api di Medang Kampai mulai berkurang tetapi gambut masih berasap.

Hamzah, Ketua Masyarakat Peduli Api (MPA) Kecamatan Medang Kampai, sekitar pukul 10.00, dapat laporan dari anggota, bahwa kebun masyarakat di Jalan Nenas, Dumai Motor, terbakar. Lokasi berbatasan antara Kelurahan Mundam, Kecamatan Medang Kampai dan Tanjung Palas Kecamatan Dumai Timur, Dumai. Tanaman sayuran hingga sawit milik warga hangus.

Setelah dapat laporan, dia menghubungi tim Manggala Agni, kepolisian dan BPBD Dumai. Hamzah baru datang ke lokasi sore hari.

“Waktu itu saya sedang bantu pemadaman di lokasi lain,” katanya, lewat telepon.

Dia melihat tim sudah berjibaku memadamkan api. Mulai dari anggota polisi, Babinkamtibmas, Manggala Agni, TNI, BPBD termasuk anggota MPA. Sebagian masyarakat terutama yang punya lahan juga ikut bantu.

Api tak langsung padam. Hamzah bilang, berhari-hari mereka berupaya padamkan api dengan peralatan terbatas. Mesin dan selang kurang memadai.

Selain terkendala ketersediaan peralatan, tim pemadaman juga kesulitan mencari air. Jarak lokasi kebakaran dengan sumber air cukup jauh dan membutuhkan selang panjang.

Selama berhari-hari, api terus bergerak ke Teluk Makmur, Guntung dan Pelintung. “Tapi di situ hanya sedikit. Paling luas terbakar di perbatasan Mundam dan Tanjung Palas tadi,” katanya.

Sekarang, api sudah padam, tinggal asap. Tim terus membasahi areal gambut sampai asap benar-benar hilang. Patroli juga terus dilakukan anggota MPA. Mereka mengeluh biaya transportasi selama pakai uang pribadi untuk minyak kendaraan.

“Uang rokok pun tak ada.”

Edi, anggota MPA Kelurahan Mundam, juga demikian. Dia patroli tiap hari walau tak dapat dana. Dia pinjam kendaraan dinas kantor kelurahan dan beli bensin pakai uang pribadi.

Dia bilang, program sekat kanal di Dumai perlu diperluas. Terlihat, sebagian gambut yang disekat kanal tak terbakar sama sekali. Gambut, basah dan ketinggian air terjaga.

Kebakaran juga terjadi di Palalawan. Arjun, anggota MPA Desa Pulau Muda, Teluk Meranti, pada 10 Februari 2018, diberitahu ada api di lahan masyarakat di Parit Pinang. Kala ke lokasi, api sudah menjalar ke kebun kelapa, karet dan sawit.

Anggota TNI, polisi, tim pemadaman kebakaran PT Wira Karya Sakti (WKS) dan masyarakat pemilik lahan ikut padamkan api. Lebih kurang satu minggu, mereka berjibaku padamkan api.

Sejak Juli 2017, katanya, sesekali api mulai muncul namun dapat mereka padamkan seketika.

Kelompok MPA ini tak kesulitan biaya operasional karena dibiayai WKS, termasuk alat pemadam kebakaran seperti empat mesin robin dan selang sudah tersedia.

“Peralatan kami simpan di dusun,” katanya.

 

  

 

Kebakaran bukan area restorasi BRG

Di Desa Lukun, Kecamatan Tebing Tinggi Timur, Kepulauan Meranti, api membakar hutan gambut dan kebun sagu. Luas terbakar sejak 10 hari lalu mencapai 100 hektar.

Pagi-pagi, 9 Februari 2018, Wawan, Kaur Pemerintahan Desa Sendanu, dapat kabar dari karyawan PT Nasional Sago Prima (NSP), ada api di Pelampin, Desa Lukun. Wawan yang pernah bekerja di NSP, langsung bertolak gunakan speedboat menyusuri kanal sekitar tiga kilometer.

Dia bantu padamkan meski api bukan berasal dari desanya. Semua anggota MPA dari beberapa desa di Tebing Tinggi Timur turun bawa peralatan masing-masing.

Api menjalar ke kebun sagu masyarakat maupun areal NSP. Di sana juga ada kilang sagu. Cuaca panas dan angin kencang menyulitkan tim memadamkan api. Siang malam, anggota MPA, tim pemadam kebakaran NSP, TNI, Polres, Polsek, BPBD dan Manggala Agni berjibaku.

“Kami nginap dalam hutan. Bangun tenda dan masak di sana,” kata Wawan.

Jarak kebakaran dan sumber air juga jadi kendala. Medan menuju lokasi kebakaran sulit. Pemadaman dengan water bombing  gunakan helikopter milik Sinar Mas.

“Dua helikopter lagi patroli. Peralatan kita juga masih terbatas.”

Kades Lukun, Lukman mengatakan, pemadaman masih berjalan karena bara api masih ada di kedalaman gambut.

“Sekitar 100 hektar. Kini warga masih memadamkan bunga-bunga api khawatir bisa lebih luas kalau tidak dipadamkan,” katanya kepada Mongabay melalui telepon.

Desa Lukun sendiri jadi salah satu lokasi restorasi gambut Badan Restorasi Gambut (BRG). Namun kebakaran yang terjadi jauh dari proyek restorasi. “Oh jauh itu. Memang ada proyek BRG di desa kita, tapi tidak terbakar. Karena jauh dari titik kebakaran.”

 

Foto utama: Masyarakat peduli api dan tim gabungan padamkan api di Medang Kampai. Foto: dokumen warga/ Mongabay Indonesia

 

Kebakaran gambut di Medang Kampai, Riau. Foto: dokumen warga/ Mongabay Indonesia

 

 

 

 

Exit mobile version