Mongabay.co.id

Bukan Sinar Matahari, Bakteri Ini Hidup Mengandalkan Energi Nuklir

Kita mungkin sering menduga tentang kehidupan alien, dan seperti apa bentuk makhluk asing tersebut. Sayangnya, hingga saat ini, teknologi mutakhir yang dimiliki manusia belum menyentuh tanda-tandanya di luar angkasa.

Meski begitu, bisa jadi alien tak harus kita cari jauh ke luar angkasa. Ia ada di bumi, tepatnya di lingkungan paling ekstrim yang ada di planet ini, tiga kilometer di bawah tanah. Namanya, bakteri Desulforudis audaxviator.

Bakteri ini hidup dalam kegelapan total, di suhu hingga 60 derajat Celsius, dan dalam lingkungan yang tidak memiliki sinar matahari, oksigen, atau senyawa organik. Ia telah berevolusi sempurna untuk mendapatkan energinya dari peluruhan radioaktif uranium di bebatuan sekitarnya. Artinya, ia hidup dari energi nuklir, bukan mengandalkan matahari.

Hal ini, menurut para periset dari Brazilian Synchrotron Light Laboratory dan Universitas São Paulo, menjadikannya model yang sangat baik untuk mempelajari kemungkinan kehidupan di luar Bumi. Secara khusus, kemungkinan kehidupan di satelitnya Planet Jupiter, yakni Europa, sebuah planet tertutup es, jauh dari cahaya dan kehangatan matahari, sebagaimana dilansir dari Science Alert, 26 Februari 2018.

“Kami mempelajari kemungkinan dampak dari sumber energi yang dapat digunakan secara biologis di Europa berdasarkan informasi dari lingkungan analog di Bumi,” kata peneliti utama Douglas Galante kepada kantor berita Brazil FAPESP.

 

Europa, satelit kenamaan Planet Jupiter. Foto: NASA/Photojournal/JPL

 

Sebelumnya, NASA telah menyampaikan kemungkinan, Europa memiliki lubang hidrotermal seperti Bumi – lubang di dasar laut yang memuntahkan panas, kawasan yang biasanya terdapat klaster kehidupan yang jauh dari sinar matahari. Tapi, bentuk kehidupan di sekitar ventilasi hidrotermal masih menggunakan oksigen di dalam air, yang diproduksi oleh organisme yang lebih dekat ke permukaan.

Desulforudis audaxviator ini melangkah lebih jauh. Ditemukan 2008, ia satu-satunya bakteri yang berada di sampel air bawah tanah di tambang emas Mponeng, Afrika Selatan, tempat tinggalnya jutaan tahun.

Makhluk ini benar-benar sendirian di ekosistemnya – bahkan tidak memakan spesies lain. “Tambang bawah tanah yang dalam itu memiliki kebocoran air melalui retakan yang mengandung uranium radioaktif,” Galante menjelaskan.

“Uranium memecah molekul air untuk menghasilkan radikal bebas. Radikal bebas ‘menyerang’ bebatuan di sekitarnya, terutama pirit, menghasilkan sulfat. Bakteri menggunakan sulfat untuk mensintesis ATP [adenosine triphosphate], nukleotida yang menyimpan energi dalam sel.

“Ini adalah pertama kalinya ekosistem ditemukan bertahan hidup secara langsung berdasarkan energi nuklir.”

 

Ilustrasi sistem orbit di Planet Jupiter. Sumber: Spaceplace.nasa.gov

 

Dalam makalah mereka, tim menentukan bahwa Desulforudis audaxviator telah berkembang begitu lama, juga masuk akal di Europa.

Ada tiga bahan yang dibutuhkan untuk membuat Europa layak huni, menurut NASA. Air, yang nampaknya berdasarkan observasi dan model bulan; panas; dan bahan kimia yang dibutuhkan untuk memberi makan kehidupan.

Meski jauh dari matahari, sangat mungkin ada panas di lautan Europa. Ini karena orbitnya mengelilingi Jupiter berbentuk elips, yang berarti gaya pasang surut bekerja di atasnya lebih kuat pada titik-titik tertentu di orbit. Europa berubah bentuk bila berada pada titik tersebut, yang menciptakan gesekan internal, menghasilkan panas pada gilirannya.

Kimia adalah bagian yang paling sulit untuk dikonfirmasi, karena saat ini kita tidak memiliki sarana untuk meneliti dan melihat perairan Europa. Tapi, berdasarkan kehadiran bahan radioaktif di tata surya, mungkin saja mereka ada di Europa.

“Kehadirannya telah terdeteksi dan diukur di Bumi, di meteorit yang datang ke Bumi, dan di Mars. Jadi, kita dapat mengatakan dengan pasti bahwa ini pasti terjadi di Europa juga,” kata Galante.

“Dalam penelitian, kami bekerja dengan tiga elemen radioaktif: uranium, torium dan potassium, yang paling melimpah dalam konteks terestrial. Ini berdasarkan persentase yang ditemukan di Bumi, di meteorit, dan di Mars, yang dapat kita prediksi kemungkinan jumlahnya di Europa.”

 

Koloni bakteri Desulforudis audaxviator yang ditemukan di tambang emas Mponeng, Afrika Selatan. Foto: NASA via Mother Nature Network

 

Mereka dapat menunjukkan bahwa bahan radioaktif ada di Europa dalam jumlah yang cukup untuk mendukung kehidupan. Tentunya, berdasarkan pada apa yang kita ketahui tentang Desulforudis audaxviator – asalkan ada cukup banyak pirit, mineral sulfida, untuk menghasilkan sulfat yang diperlukan.

NASA berencana mengirim pesawat antariksa ke Europa untuk menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini. Europa Clipper akan diluncurkan antara 2022 dan 2025, dan akan mengorbit di Jupiter untuk menindaklanjuti pengamatan Europa yang dilakukan pesawat ruang angkasa Galileo.

“Dasar samudera di Europa nampaknya menawarkan kondisi mirip Bumi, di miliaran tahun pertamanya. Jadi, mempelajari Europa hari ini sampai batas tertentu seperti melihat kembali ke planet kita di masa lalu. Studi ini merupakan pintu gerbang memahami asal usul dan evolusi kehidupan di alam semesta,” tandas Galante.

Laporan ini telah dipublikasikan di Jurnal Nature, edisi 10 Januari 2018.

 

 

Exit mobile version